otak

APAKAH GAIRAH SEKSUAL DI LUAR PERNIKAHAN MERUSAK OTAK?

Rumah Tangga
Mari bagikan artikel ini

Otak kita adalah organ yang luar biasa kompleks dengan kapasitas untuk berubah dan melakukan rewiring (pengkabelan ulang) berdasarkan pengalaman dan pilihan yang kita buat. Seiring berjalannya waktu, pilihan-pilihan yang kita buat akan mengubah sirkuit otak kita. Pada awalnya, Tuhan merancang otak kita untuk beroperasi dalam keseimbangan yang sempurna dengan “lobus frontal” dalam pengaturan. Namun, sejak dosa, keseimbangan ini menjadi terganggu. Alkitab mengatakan bahwa kita dicobai oleh “keinginan” atau perasaan kita (Yakobus 1:13), yang berhubungan dengan bagian otak kita yang disebut sistem limbik. Bagian otak kita ini sering disebut otak “primitif” dan merupakan pusat dari nafsu, agresi, rasa takut, dan dorongan untuk bertahan hidup.

“Lobus frontal” terdiri dari berbagai daerah yang bertanggung jawab atas fungsi yang berbeda. Korteks prefrontal bagian luar, yang disebut korteks prefrontal lateral dorsal (DLPFC), merupakan tempat kita bernalar, menyusun strategi, dan membuat rencana. Jika Anda mengambil jari Anda dan menyentuh tepi alis yang paling dekat dengan telinga Anda dan kemudian menggerakkan jari Anda lurus ke atas hingga menyentuh garis rambut alami, DLPFC terletak di bawah titik ini.

Di bawah DLPFC, tepat di atas bagian atas rongga mata, terdapat korteks frontal orbital (OFC), dan bersebelahan dengan OFC ke arah garis tengah di belakang hidung Anda adalah korteks prefrontal medial ventral (VMPFC). Ilmu pengetahuan otak saat ini mengimplikasikan OFC dan VMPFC sebagai tempat yang paling mungkin untuk hati nurani. Di OFC dan VMPFC-lah kita mengalami keyakinan akan rasa bersalah, mengenali perilaku yang tidak pantas secara sosial, dan dari situlah otak mengirimkan instruksi untuk memperbaiki perilaku yang tidak pantas.[ii][iii][iv][v]

Korteks cingulate anterior (ACC) – bagian dari korteks prefrontal yang berada tepat di antara mata dan sedikit ke belakang dari dahi – adalah “jantung” neurologis. Di wilayah korteks prefrontal inilah kita mengalami empati, kasih sayang, cinta, dan tempat kita memilih yang benar dari yang salah. ACC juga merupakan pusat dari “kehendak,” tempat di mana kita memilih yang benar dari yang salah.

DLPFC (akal) yang dikombinasikan dengan OFC dan VMPFC (hati nurani) membentuk kemampuan yang dikenal sebagai penilaian. Menariknya, penelitian otak telah menunjukkan bahwa ketika VMPFC aktif, DLPFC kurang aktif, dan ketika DLPFC aktif, VMPFC kurang aktif. Hal ini menyiratkan bahwa ketika hati nurani kita jernih, kita dapat bernalar dan berpikir lebih efisien. Tetapi ketika kita terlibat dalam kegiatan yang melanggar hukum kasih Tuhan, hati nurani merusak strategi dan perencanaan. Dengan kata lain, kita tidak dapat berpikir jernih ketika kita dihinggapi rasa bersalah. Agar penilaian kita dapat berjalan dengan baik, hati nurani kita harus jernih. Hal ini hanya dapat terjadi jika kita hidup selaras dengan hukum kasih.

Jadi, apa yang terjadi ketika kita terlibat dalam gairah seksual di luar pernikahan? Kita mengaktifkan sirkuit limbik, yang harus dievaluasi oleh PFC dan ACC harus memilih untuk menyangkal atau bertindak. Jika kita memilih untuk bertindak berdasarkan impuls ini (termasuk dalam imajinasi kita), hal ini akan mengakibatkan aktivasi VMPFC dan OFC yang menyebabkan rasa bersalah, hal ini akan mengganggu fungsi DLPFC dan kita tidak dapat berpikir dengan baik. Rasa bersalah yang meningkat akan mengaktifkan amigdala, yang merupakan pusat rasa takut, dan hal ini menyebabkan peningkatan hormon stres dan faktor inflamasi yang dilepaskan. Selain itu, penembakan amigdala mengakibatkan berkurangnya aktivitas ACC dan DLPFC dengan gangguan pada kemampuan untuk mencintai secara altruistik dan berpikir secara wajar. Orang tersebut menjadi lebih fokus pada diri sendiri, akan merasionalisasi, mendistorsi, dan menyalahkan orang lain. Hal ini menyebabkan aktivasi lebih lanjut dari sirkuit limbik dan lebih banyak kerusakan pada sirkuit PFC.

Namun, gairah seksual bukanlah dosa itu sendiri – yang menjadi dosa adalah pilihan kehendak (ACC) untuk mengatakan ya pada godaan yang ditimbulkan oleh gairah tersebut. Jika ACC malah mengatakan tidak dan mengarahkan DLPFC untuk mematikan imajinasi dan sebagai gantinya memikirkan pikiran yang sehat, tidak ada kerusakan yang terjadi, dan sebaliknya sirkuit pengaturan diri diperkuat.

Referensi:

Todd A. Hare, Colin F. Camerer, Antonio Rangel. Self-Control in Decision-Making Involves Modulation of the vmPFC Valuation System. Science, 1 May 2009: Vol. 324. no. 5927, pp. 646 – 648.

[ii]Heerkeren, Hauke R. et al., An fMRI study of simple ethical decision-making. Neuroreport. 2003 July;14(9):1215-19.

[iii] Samuel M. McClure, David I. Laibson, George Loewenstein, Jonathan D. Cohen. Separate Neural Systems Value Immediate and Delayed Monetary Rewards. Science 15 October 2004: Vol. 306. no. 5695, pp. 503 – 507.

[iv] Jorge Moll, Paul J. Eslinger, Ricardo de Oliveira-Souza. Frontopolar and Anterior Temporal Cortex Activation in a Moral Judgment Task: Preliminary functional MRI results in normal subjects. Arq. Neuro-Psiquiatr.  vol.59 no.3B São Paulo Sept. 2001.

[v] Jorge Moll, Ricardo de Oliveira-Souza, Paul J. Eslinger, Ivanei E. Bramati, Janaína Mourão-Miranda, Pedro Angelo Andreiuolo, and Luiz Pessoa. The Neural Correlates of Imaging Investigation of Basic and Moral Emotions. The Journal of Neuroscience, April 1, 2002, 22(7):2730-2736.


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *