BERBAKTI KEPADA ALLAH MAKA KAMU AKAN SEJAHTERA

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Kebaktian Keluarga dalam Hidupku

Semua anakmu akan menjadi murid Tuhan, dan besarlah Kesejahateraan mereka. Yesaya 54:13

Rumah tanggamu adalah sebuah dunia kecil. . . . Engkau yang akan menentukan apakah anak-anakmu akan memilih mengabdi kepadaAllah atau kepada mammon, akan memilih hidup yang kekal ataukematian yang baka. . . .”

Sama seperti para leluhur zaman dahulu! mereka yang mengaku mengasihi Allah harus mendirikan mezbah bagiNya di mana mereka berkemah. . . . Biarlah ayah, sebagai imam keluarga, meletakkan di mezbah Allah korban pagi dan petang, sementara isteri dan anak-anak bersatu dalam doa dan pujian. Di dalam rumah tangga yang demikianlah Yesus suka tinggal.

Dari tiap-tiap rumah tangga Kristen terang yang kudus haruslah memancar. Kasih haruslah dinyatakan dalam tiap-tiap perbuatan. Kasih itu haruslah mengalir ke luar dalam segala hubungan rumah tangga, menunjukkannya sendiri dalam keramahtamahan, dalam budi Bahasa yang lemah lembut dan tidak mementingkan diri sendiri. Banyak rumah tangga di mana azas ini dilaksanakan rumah tangga dimana Allah disembah dan kasih yang paling murni memerintah. Dari rumah tangga seperti inilah naik doa kepada Allah bagaikan ukupan yang harum baunya pada waktu pagi dan petang, dan rahmat dan berkat-berkat-Nya turun kepada orang-orang yang memohonkannya seperti embun pagi.

Marilah kita mengangkat pandangan kita kepada pintu yang terbuka pada tempat kudus yang di sorga, dimana terang kemuliaan Allah memancar pada wajah Kristus yang “sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah.” . . .

Jiwa dapat naik lebih dekat ke sorga di atas sayap-sayap pujian. Allah dipuji dengan nyanyian dan musik dalam istana yang di sorga, dan bilamana kita mengungkapkan ucapan syukur kita, maka kita sedang menghampiri perbaktian balatentara sorga. “Siapa yang mempersembahkan pujian memuliakan Allah. Marilah kita dengan sukacita yang kudus datang ke hadapan Khalik kita, dengan “nyanyian syukur dan lagu yang nyaring”.

 

Hidupku Kini, Hal. 35

 


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *