Amazingfacts.id: Sebagai pekerja atau duta besar Allah kita diberikan nasehat supaya dalam menjalankan pekerjaan yang dipercayakanNya untuk kita, dapat dilakukan sesuai dengan arahan yang telah Dia berikan.
dalam perumpamaan
Pada satu kesempatan Ia mengatakan perumpamaan dalam hal mengupah para pekerja untuk mengilustrasikan cara Allah berurusan dengan mereka yang mengabdikan diri sendiri pada pelayananNya.
Sudah jadi kebiasaan di Yudea bagi para pria di pasar, menunggu seseorang datang dan mempekerjakan mereka; dan di Eropa kebiasaan ini masih berlaku.
Mereka yang perlu bantuan pergi ke pasar untuk menemukan para pekerja yang dapat mereka pekerjakan.
Tuan dalam perumpamaan ini disebutkan pergi pada waktu-waktu yang berbeda untuk merekrut pekerja. Mereka yang dipekerjakan lebih dulu setuju bekerja untuknya dengan upah tertentu, sementara mereka yang dipekerjakan setelah itu, mempercayakan upah yang akan diterima sepenuhnya kepada si tuan rumah.
siapa yang terbesar?
“Jadi ketika malam tiba, tuan dari ladang anggur itu berkata kepada mandornya, panggillah pekerja-pekerja itu, dan berikan upahnya, mulai dari yang terakhir sampai yang pertama. Dan ketika mereka yang dipekerjakan pada jam kesebelas datang, mereka menerima setiap orang satu dinar. Tetapi ketika yang pertama datang, mereka mengira akan menerima lebih banyak; dan mereka masing-masing sama-sama menerima satu dinar.”
Pelajaran dari para pekerja ini mengandung jawaban atas pertanyaan tentang hal yang diperselisihkan oleh para murid, siapa yang terbesar dalam kerajaan surga.
Sang Penebus dunia melihat ancaman yang akan membahayakan gerejaNya, dan berusaha menyadarkan umatNya pada satu pengertian tentang posisi mereka.
tidak memburu upah
Perumpamaan ini adalah kelanjutan dari pelajaran yang diajarkan ketika Petrus berkata, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?”
Dengan kepercayaan yang mutlak kita harus tinggal di dalam Allah, dan biarkan hati bersandar di dalam Dia tanpa mempertanyakan apa upah kita kelak.
Yesus ingin agar mereka yang terlibat dalam pelayananNya tidak memburu upah, tidak juga merasa bahwa mereka harus menerima ganti rugi atas semua yang mereka lakukan.
Tuhan mengukur hati dan upah dengan bijak, dan kasih yang murni, merendah seperti kanak-kanak membuat persembahan itu berharga pada pandanganNya.
Adapun hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang tuan rumah yang pagi-pagi benar keluar mencari pekerja-pekerja untuk kebun anggurnya. Setelah ia sepakat dengan pekerja-pekerja itu mengenai upah sedinar sehari, ia menyuruh mereka ke kebun anggurnya. Matius 20:1, 2.
-Suara Hati Nurani, Hlm. 110-