Kita telah meilhat dalam artikel SAKSI MISTERIUS (1) tentang Sepuluh Perintah Allah itu. Siapakah yang menulis Sepuluh Perintah? Tuhan. Bagaimana Dia menulis itu? Dengan jari-Nya. Dimanakah Dia menuliskan itu? Pada batu untuk menunjukkan sifat yang abadi.
Namun sekarang itu tidaklah cukup bagi kita untuk mengetahui tentang Sepuluh Perintah, Tuhan ingin kita menaatinya. Mari kita baca dari itulisan Paulus dalam Roma 2:13: “Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum tauratlah yang akan dibenarkan.”
Sekarang di sini kita perlu berhati-hati. Mengapa kita harus taat melakukan Sepuluh Perintah Allah? Untuk mendapatkan keselamatan? Dapatkah Anda memperoleh keselamatan dengan manaati Sepuluh Perintah Allah? Tidak, itu hadiah atau anugerah. Mari kita lihat apa yang dikatakan Efesus 2:8, 9, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu, jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Keselamatan adalah hadiah. Anda tidak bisa mendapatkan itu dengan menaati perintah Allah. Karena kita tidak bisa memperoleh keselamatan dengan menuruti hukum, lalu mengapa kita harus mematuhinya? Berikut alasan sebenarnya dari Dia yang memberikan hukum.
Yohanes 14:15, Kristus berkata, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.” Mengapa kita perlu memelihara Sepeuluh Perintah itu? Karena kita mengasihi pemberi hukum-Yesus. Cinta adalah menjadi motivasi untuk menjaga Sepuluh Perintah Allah. Kita akan melihat bahwa dari Matius 22:36-40. Berikut seorang ahli hukum bertanya kepada Yesus tentang hukum yang terutama dan apa jawaban Yesus: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Ini adalah perintah yang pertama dan terutama” (ayat 37, 38). Perintah itu sebenarnya juga ada dalam Perjanjian Lama, tepatnya dalam Ulangan 6:5. Tuhan juga menginginkan umat-Nya dalam Perjanjian Lama untuk mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, dan pikiran.
Jika saya mengasihi Allah dengan segenap hati dan jiwa saya, akankah saya menyebut nama-Nya dengan sia-sia? Apakah saya memiliki allah lain di hadapan-Nya? Tidak. Empat perintah yang pertama dari Sepuluh Perintah Allah itu menunjukkan bagaimana untuk mengasihi Allah dengan segenap hati dan jiwa saya.
Sekarang kita lanjut dengan ayat 39: “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Lagi, Kristus mengulangi suatu perintah Perjanjian Lama dalam Imamat 19:18. Jika saya mengasihi sesama seperti diri sendiri, akankah saya mencuri dari mereka? Apakah saya akan berzinah dengan istri orang lain? Apakah saya mengutuknya atau berbohong padanya? Tidak. Sekarang kita perhatikan ayat 40: “Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.” Disitulah dua saksi: hukum dan para nabi. Apakah yang menjadi dasar dari kedua saksi itu? Cinta atau Kasih.
Apa motivasi untuk menjaga empat perintah yang pertama? Kasih kepada Allah. Apa motivasi untuk menjaga enam perintah terakhir? Kasih bagi sesama kita yang berakar pada kasih kita kepada Allah. Jika kita mengasihi mengasihi Allah dan sesama seperti diri kita sendiri, kita secara alami akan ingin menjaga Sepuluh Perintah Allah. Dan cinta kepada Allah dan manusia adalah kunci bagi perdamaian dan kebahagiaan. Cinta atau kasih adalah motif untuk semua ketaatan sejati. Kedua saksi memberikan kita kunci untuk kedamaian dan kebahagiaan. Mereka menunjukkan area dalam hidup kita yang merusak kedamaian dan kebahagiaan kita.
Bahkan, hukum Allah sebenarnya digambarkan sebagai cermin dalam Yakobus 1:23-25, “Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya. Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.”
Sekarang pertanyaannya, berapa banyak dari Sepuluh Perintah Allah yang dapat Anda langgar tanpa berdosa? Kita akan baca jawabannya dalam Yakobus 2:10 mengatakan: “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.” Jadi jika Anda melanggar salah satu perintah, maka Anda telah melanggar seluruh Perintah atau Hukum Allah. Berapa banyak cermin dapat Anda pecahkan tanpa merusak cermin itu? Tidak ada. Tapi ada satu hal yang hukum Allah tidak bisa lakukan, yaitu tidak bisa menyucikan kita. Itu bukan tujuannya.
Hukum adalah seperti cermin yang menunjukkan kepada kita kondisi kita secara rohani. Dan untuk apa kita cermin itu kita gunakan? Hanya untuk menunjukkan kepada kita kondisi kita sesungguhnya atau menunjukkan bahwa kita punya masalah. Hal ini tidak dapat memecahkan masalah. Hukum Allah adalah seperti itu. Hal ini agar kita bisa melihat kondisi kita secara rohani, dan daerah mana kita memerlukan bantuan. Perintah atau Hukum Allah menunjukkan kepada kita bahwa kita adalah orang berdosa, dan kita pergi kepada Yesus untuk pembersihan.
Sebagai contoh: Anda pulang dari kerja, dan ada jelaga atau kotoran hitam di wajah. Apakah Anda tahu memiliki jelaga atau kotoran di wajah Anda? Tidak. Apa yang Anda perlukan untuk mengetahui seperti apa wajah Anda? Cermin. Ketika Anda melihat jelaga di wajah Anda, lalu Anda mengambil cermin dan membuangnya di tempat sampah, apakah itu membersihkan muka Anda dari kotoran atau jelaga itu? Tidak. Bagaimana jika Anda mencoba untuk membersihkan wajah dengan cermin, apakah itu akan membantu? Tentu saja tidak. Apa yang sesungguhnya Anda butuhkan? Anda membutuhkan kain bersih atau sabun dan air untuk membersihkan muka Anda.
Kita lihat, sebagaimana cermin hanya menunjukkan kotoran di wajah Anda dan tidak dapat membersihkan kotoran, begitu pula dengan hukum tidak dapat membersihkan kotoran dosa dari hidup Anda. Hukum atau Perintah Tuhan hanya berfungsi untuk menunjukkan kondisi kita bahwa kita orang berdosa.
Kita perlu untuk pergi kepada Yesus Kristus untuk membersihkan kehidupan kerohanian kita dari dosa. Mari kita melihat dalam 1 Yohanes 1:7. Di sini kita akan melihat apa yang Kristus lakukan bagi kita. “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia berada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.” Lanjut ayat 9 sekarang, “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” Hanya darah Yesus yang dapat membasuh noda dosa dari jiwa kita.
Sekarang jangan lewatkan hal ini: Jika Tuhan bisa menyisihkan hukumNya, Yesus tidak akan perlu datang ke dunia ini dan mati. Tetapi bukannya mengesampingkan hukumNya, Allah mengutus Yesus untuk membayar hukuman dan mengambil hukuman itu untuk diriNya sendiri, yang mana kitalah yang seharusnya menerima atau menanggung hukuman itu karena kitalah yang melanggar hukumNya. Kita lihat, Yesus menjadi pengganti kita supaya kita diselamatkan.
Pertanyaan: Bagaimana dengan orang yang mengaku Kristen tetapi tidak mematuhi perintah? Apakah ada orang seperti itu? Tentu saja. Contohnya: pecandu narkoba, pencuri, homoseksual, pelacur, yang beberapa dari mereka mungkin saja adalah orang Kristen. Apa yang Alkitab katakan tentang orang-orang semacam? Kita akan membaca jawaban dari 1 Yohanes 2:3, 4: “Dia yang berkata: Aku mengenal Dia, tetapi tidak menuruti perintah-Nya, adalah pembohong, dan kebenaran tidak ada di dalam dirinya.” Alkitab mengatakan kepada kita bahwa seseorang yang mengaku sebagai seorang Kristen dan tidak menaati perintah-perintah, adalah pembohong. Tentu saja, itu melanggar Perintah atau Hukum Allah.
Ada suatu kabar baik. Di bawah perjanjian yang baru, Allah menuliskan hukumNya di dalam hati kita. (Ibrani 8:10; 10:16). Ketika hukum itu di dalam hati Anda untuk melakukannya, maka akan menjadi mudah! Jika Anda mencintai seseorang, mudah untuk melakukan apa yang mereka minta untuk Anda lakukan. Itulah sebabnya Alkitab mengatakan kepada kita dalam Mazmur 40:9, “Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku: Taurat-Mu berada dalam dadaku.”
Yesus berkata: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu” (Yohanes 14:15). Kasih untuk Yesus adalah motifasi yang benar dalam menaati Perintah atau Hukum Allah. Sepuluh Perintah Allah adalah standar, dan Yesus memberikan kekuatan bagi kita untuk menaatinya! Kita belajar kembali ketika kita mempelajari Alpha dan Omega dalam buku Wahyu yaitu ketika kita menerima Yesus kita menerima semua kekuatan yang kita butuhkan sebagai orang Kristen.
Sekarang beberapa orang bertanya, ”Apakah salah satu dari dua saksi, yaitu hukum telah dipakukan di kayu salib?”
Pertanyaan lain yang mirip: “Apakah salah satu dari dua saksi-hukum-dipaku di kayu salib?” Ada undang-undang yang dipaku di kayu salib. Tahukah Anda bahwa sebenarnya ada dua hukum dalam Alkitab?
Kita akan melihat dalam Kolose 2:14. Jika Anda ingin suatu bagian paralel, baca juga Efesus 2:15. Kolose 2:14 mengatakan, ”Dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib.” Di sini kita memiliki hukum yang mendakwa dan mengancam kita, yang telah dipakukan di kayu salib. Hukum manakah yang dimaksudkan? Apakah Sepuluh Perintah atau hukum lainnya? Ada dua hukum Dalam Alkitab, yaitu Sepuluh Perintah Allah, dan Hukum Upacara. Kita akan melihat bahwa dalam Daniel 9:10, 11, “Dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya. Segenap orang Israel telah melanggar hukum-Mu dan menyimpang karena tidak mendengarkan suara-Mu. Sebab itu telah dicurahkan ke atas kami kutuk dan sumpah, yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, hamba Allah itu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Dia.”
Apakah Anda melihat dua undang-undang atau hukum dalam ayat ini? Sepuluh Perintah Allah dan Hukum Musa (yang sebenarnya juga diberikan oleh Tuhan juga kepada Musa).
Siapa yang menulis Sepuluh Perintah atau Hukum Allah? Tuhan. Bagaimana Dia menulis itu? Dengan jari-Nya. Diatas apa? Batu.
Siapa yang menulis hukum Musa? Musa. Tetapi tentu saja Tuhan mengatakan kepadanya apa yang harus ditulis. Namun sekali lagi Musa-lah menulis dengan tangannya (kita bisa melihatnya dalam Ulangan 31:24-26).
Sungguh menarik untuk dicatat di mana dua undang-undang atau hukum ditempatkan di tempat kudus. Hukum Allah itu ditempatkan di dalam tabut untuk menunjukkan bahwa itu adalah dasar dari pemerintahan-Nya. Hukum Musa ditempatkan di luar tabut. Hukum Tuhan ditulis dengan jari-Nya sendiri. Hukum Musa ditulis oleh tangan Musa. Hukum Allah ditulis di atas batu untuk menunjukkan bahwa itu bertahan selamanya. Hukum Musa, ditulis dalam sebuah buku.
Dan tentu saja hukum Allah berada di dalam tabut dan hukum Musa berada di luar tabut. Dapatkah Anda melihat dua hukum? Hukum Allah dan hukum Musa. Hukum Musa adalah hukum upacara yang mengatur tentang mempersembahkan korban; persembahan domba untuk korban penghapus dosa. Dan hukum yang dipakukan sebagaimana yang ditulis dalam Kolose 2:14 adalah Hukum Upacara yang ditulis oleh Musa berdasarkan apa yang dikatakan langsung oleh Tuhan.
Semua korban-korban, semua domba tersebut, menunjuk ke depan untuk siapa? Kepada Yesus-Anak Domba Allah. Tetapi ketika Kristus mati di kayu salib, upacara pengorbanan yang diatur dalam hukum Musa berakhir. Itulah sebabnya Alkitab mengatakan kepada kita dalam Daniel 9:27, “Pada pertengahan tujuh masa itu ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan.” Ayat ini berbicara tentang Mesias yang akan mengakhiri upacara korban. Semua jenis-jenis tersebut, semua simbol-simbol menunjuk ke depan kepada Yesus.
Jadi, ketika Kristus mati di kayu salib, hukum Musa dan upacara berakhir atau dipakukan di kayu salib sebagaiaman yang dituliskan dalam Kolose 2:14. Tetapi Sepuluh Perintah atau Hukum Allah tidak dipakukan.
Seseorang mungkin berpikir, tapi tidakkah Alkitab mengatakan bahwa kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Ya.
Kita akan membaca dari Roma 6:14-16, “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia. Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak! Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?”
Apa artinya di bawah kasih karunia? Paulus mengatakan meski kita berada di bawah kasih karunia, bukan berarti kita tidak perlu lagi menaati Perintah atau Hukum Tuhan. Karena dosa adalah pelanggaran Hukum Allah (1 Yohanes 3:4).
Jadi sekali lagi: Apakah kita akan melanggar hukum Tuhan karena kita berada di bawah kasih karunia? Apa jawabannya? Sekali-kali TIDAK (Roma 6: 15).
Lalu apakah artinya berada di bawah hukum? Mari kita perhatikan ilustrasi ini. Seorang pendeta memberikan seminar. Pada suatu malam dia terburu-buru. Dia tidak melihat kecepatannya karena sedang terburu-buru untuk memenuhi janji lain. Segera ia memacu kendaraannya 20 km/jam di atas batas kecepatan yang ditentukan. Seorang polisi menghentikannya dan meminta SIM-nya. Namun dia menyerahkan kepada petugas kartu kependetaannya. Petugas tersenyum karena itu bukan yang diminta oleh polisi itu. Kata sang pendeta, “Jujur, saya hanya menuju ke auditorium dan saya berkhotbah tentang hukum. Saya mengatakan kepada masyarakat bahwa mereka harus menaati hukum, jadi bisakah Anda memberi saya pengampunan satu kali ini saja? Karena Anda dan saya berada di tim yang sama.
Anda menangkap mereka setelah mereka melanggar hukum dan saya memberitahu mereka untuk menaati hukum. Saya membuat Anda bekerja lebih sedikit, jadi tolong, bisakah Anda memberi saya pengampunan satu kali ini saja?” Kata polisi itu, “Baik Pengkhotbah, kali ini Anda berada di bawah kasih karunia, jadi pergilah. Tetapi ingat untuk menaati batas kecepatan!”
Sekarang, ketika pendeta itu melanggar lagi hukum lalu lintas, apa yang dia pantas dapatkan? Sebuah Surat Tilang. Ketika ia menerima kasih karunia, itu bisa membebaskannya dari kutukan hukum. Apakah itu berarti bahwa ia tidak lagi perlu untuk mematuhi batas kecepatan? Tidak sama sekali. Ia berkewajiban untuk menjaga batas kecepatannya sekarang. Pertama, ia tahu apa hukum itu, ia tidak bisa mengabaikan. Kedua, dari apresiasi kepada polisi baik yang memberinya anugerah ketika dia sesungguhnya tidak layak mendapatkan anugerah itu.
Pertanyaan: Siapa yang memberi kita anugerah ketika kita tidak layak mendapatkannya? Yesus. Haruskah kita menyalahgunakan kasih karunia-Nya dan pergi melanggar hukum-Nya karena kita berada di bawah kasih karunia? Tentu saja tidak.
Perhatikan apa yang Alkitab katakan dalam Roma 3:31, “Adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya.”
Jadi ketika kita berada di bawah kasih karunia, maka seharusnya kita memilih untuk taat kepada Allah karena kasih kepada-Nya.
Yang menakjubkan adalah bahwa hukum Allah bahkan ada di surga. Mari kita membaca bahwa dari Wahyu 11:19, “Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu.” Berdasar yang telah kita pelajari di atas tadi, apa yang ada di dalam tabut? Sepuluh Perintah Allah (Ibrani 9:4; Keluaran 40:20).
Pantaslah kita mengakui bahwa dunia membutuhkan Perintah atau Hukum Allah. Apakah Indonesia membutuhkan Hukum Allah? Tentu saja, setiap negara. Kita sebagai masyarakat perlu hukum Allah yang memberi kita kedamaian dan kebahagiaan sejati. Itulah sebabnya Alkitab mengatakan, “Besarlah ketenteraman pada orang-orang yang mencintai Taurat-Mu, tidak ada batu sandungan bagi mereka.” Mazmur 119:165.
Yesus berkata dalam Yohanes 14:15: “Jikalau kamu mengasihi Aku,” melakukan apa? “Turutilah perintahKu.”
Apakah Anda mengasihi Yesus? Apakah Anda ingin meminta-Nya untuk menulis hukum-Nya di dalam hati Anda sehingga akan mudah untuk taat kepada-Nya?
Yesus katakan: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” Yohanes 15:5. Satu hal yang harus kita ingat, tidak akan pernah bisa kita manusia berdosa untuk menaati seluruh yang Tuhan perintahkan. Hanya Yesus yang bisa memberikan kemampuan kepada kita, karena di luar Yesus kita dapat berbuat kebenaran apa pun.
Dan satu kerinduan Rasul Paulus yang semoga juga akan menjadi kerinduan kita dan yang akan memotivasi kita untuk setia menaati perintah Tuhan: “Karena kami tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran; yang dapat kami perbuat ialah untuk kebenaran.” 2 Korintus 13:8.
Mari kita tutup pelajaran ini dengan doa supaya Tuhan memberikan kerinduan itu kepada kita dan juga kemampuan kepada kita masing-masing untuk menaati seluruh perintahNya.