Dalam perikop ini, Yesus berbicara tentang kebangkitan di masa depan. Dia tidak bermaksud bahwa Abraham, Ishak, atau Yakub masih hidup, melainkan mereka akan hidup pada saat kebangkitan—karena Dia adalah Allah yang dapat menghidupkan orang mati.
Yesus tidak memandang orang percaya yang telah meninggal sebagai orang mati, melainkan sedang tidur. Ketika sahabat Yesus, Lazarus, meninggal, Kristus berkata, “Lazarus, saudara kita, telah tidur” (Yohanes 11:11). Konteks Matius 22:32 adalah Yesus berbicara kepada orang Saduki, yang tidak percaya pada kebangkitan apa pun (lihat ayat 23).
Berikut adalah teks lengkap yang menjelaskan masalah ini: “Tetapi tentang kebangkitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda: Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.” (Matius 22:31, 32, penekanan saya). Topik yang dibahas adalah kebangkitan, bukan keadaan orang mati. Yesus berbicara tentang Abraham, Ishak, dan Yakub sebagai bapa bangsa yang akan mengambil bagian dalam kebangkitan.
Kepastian akan janji ini begitu kuat, ada kalanya Alkitab membicarakannya seolah-olah sudah digenapi. Perhatikan bagaimana Paulus menulisnya: “Seperti ada tertulis: ‘Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa’ – di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.” (Roma 4:17, penekanan saya).
Contoh lain adalah dalam hubungan kita dengan Kristus. “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, … menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, … dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga.” (Efesus 2:4-6). Karena kematian Kristus di Kalvari, kita diyakinkan akan hidup yang kekal, bahkan jika kita dibaringkan dalam tidur kematian.
Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup. Matius 22:32.
-Doug Batchelor-