SEKALIPUN BANYAK, KITA ADALAH SATU

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Dalam lukisan Leonardo da Vinci “Perjamuan Terakhir,” Yudas digambarkan meletakkan sikunya di atas meja. Beberapa orang berpendapat bahwa ini mungkin telah menyalahi aturan etiket kita saat ini yang tidak menganjurkan meletakkan siku di atas meja saat makan.

Ketika kita berkumpul untuk mengingat betapa besarnya berkat yang dicurahkan Kristus dengan mengorbankan diri-Nya bagi kita, kita disatukan dalam cara yang penuh kuasa. Kita tertunduk haru saat kita mengingat cinta yang mendalam yang Dia miliki, tidak hanya untuk kita, tetapi untuk semua orang. Menyadari betapa Dia rela mengampuni kita, mewajibkan kita untuk saling mengampuni. Ini menghasilkan rekonsiliasi dan persatuan.

Yesus berkata bahwa jika kita menerima pengorbanan tubuh-Nya yang diremukkan untuk kita, kita adalah tubuh-Nya. Jutaan orang percaya menjadi “satu roti dan satu tubuh” karena kita semua menerima apa yang telah dilakukan Kristus bagi kita, karunia luar biasa yang telah Dia berikan.

Paulus mengatakan bahwa di dalam Kristus “sekalipun banyak, kita adalah satu.”

Apa artinya menjadi satu? Itu tidak berarti kita semua akan memiliki ide yang sama tentang bagaimana mencapai sesuatu. Kita terdiri dari individu, masing-masing memiliki kekuatan dan karunia. Tetapi jika kita menggunakannya bersama-sama untuk memajukan pekerjaan Kristus, kita dipersatukan di dalamnya dan kita membentuk satu tubuh dalam tujuan.

Seberapa pentingkah menjadi satu? Yesus secara khusus meminta kita untuk saling mengasihi. Kesatuan dan kasih kita satu sama lain adalah tanda bagi dunia bahwa kita benar-benar murid-Nya.

Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. 1 Korintus 10:31.

-Doug Batchelor-


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *