Amazingfacts.id: Kita bisa maklum memikirkan kasus Elisa yang terpilih untuk pekerjaan pelayanan. Nabi Elia akan mengakhiri pekerjaannya di bumi.
dituntun berjalan ke utara
Yang lain harus dipanggil untuk melanjutkan pekerjaan di zaman itu. Dalam perjalanannya, Elia dituntun ke arah Utara. Sungguh berubah pemandangan yang dihamparkan di hadapannya sekarang dari daerah yang baru dilihat sebelumnya.
Waktu itu daerah pertanian itu belum dibajak; tanahnya kering, karena tidak ada embun ataupun hujan turun selama tiga tahun. Sekarang segala sesuatu tampak bersemi seolah menebus masa kelaparan dan kekurangan.
Curah hujan yang banyak telah memberi lebih banyak kepada tanah daripada kepada hati umat manusia; ladang-ladang sudah dipersiapkan untuk dikerjakan dengan lebih baik daripada hati Bangsa Israel yang murtad.
dari keluarga yang menyembah Allah
Ke mana pun Elia memandang, tanah yang dilihatnya dimiliki oleh satu orang yang tidak menyembah Baal, yang hatinya tetap tak tergoyahkan dalam pelayanan kepada Allah. Bahkan selama penahanan ada jiwa-jiwa yang tidak turut dalam kemurtadan.
Keluarga ini termasuk dalam tujuh ribu orang yang tidak menyembah kepada Baal. Pemilik tanah itu adalah Safat. Sementara ternak sedang menikmati padang rumput yang hijau, tangan-tangan para pelayan sibuk menabur benih.
Perhatian Elia tertuju pada Elisa, putra Safat, yang sedang membajak bersama para pekerja dengan dua belas lembu bajak. Jauh dari kota dan kemewahan istana, Elisa telah menerima pendidikannya. Ia telah dilatih dalam kebiasaan yang sederhana, penurutan kepada orangtua dan kepada Allah.
jubah yang dilemparkan
Elisa menanti sambil berjuang, melakukan pekerjaannya dengan setia. Hari demi hari, melalui penurutan praktis dan kasih karunia Ilahi yang dipercayainya, ia memperoleh sikap jujur dan tujuan yang kuat. Sembari melakukan segala hal yang bisa dilakukannya bekerja sama dengan ayahnya.
Dia bekerja dalam usaha keluarga, ia sedang melakukan pelayanan Allah. Ia sedang belajar bagaimana bekerja sama dengan Allah. Ketika sang nabi melihat Elisa bersama para pelayannya sedang membajak dengan dua belas lembu, ia datang ke ladang kerja itu, dan sementara berlalu, ia melepaskan jubahnya dan melemparkannya ke bahu Elisa.
Ia kemudian berlalu seolah itulah akhir dari persoalan itu. Tetapi ia mengetahui bahwa Elisa memahami makna tindakan itu; dan ia meninggalkannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, untuk memutuskan apakah ia akan menerima atau menolak panggilan itu.
Ketika Elia lalu dari dekatnya, ia melemparkan jubahnya kepadanya. 1 Raja-raja 19:19.
-Suara Hati Nurani Hlm. 257-