Apakah Mereka Berbicara dan Mendengar?
Alexander Bogomoletz, seorang ilmuwan Rusia, pernah berkata bahwa seorang manusia harus hidup setidaknya sampai 150 tahun. Dia sebenarnya menyiapkan sebuah serum yang dimaksudkan untuk memperlambat proses penuaan jaringan penghubung tubuh. Sayangnya, dokter pelajar itu meninggal pada usia 64 tahun, Kurang 86 tahun untuk tujuan yang telah ditentukan bagi dirinya sendiri dan bagi semua umat manusia. Dan kita masih tidak mengerti misteri kehidupan dan kematian.
Tak seorangpun menemukan mata air awet muda, dan tidak ada yang pernah melalui tabir kematian itu dan kembali memberi tahu kita seperti apa itu di sisi lain. Satu-satunya informasi otentik yang kita punya tentang hal ini yang ditemukan di dalam buku besar Tuhan, Alkitab. Di sini terungkap jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah mengganggu hati para pria dan wanita sepanjang zaman. Menusuk melalui buih emosi manusia dan takhayul, itu akan membawa jaminan yang memuaskan bagi mereka yang takut akan masa depan dan yang mempertanyakan apa yang terjadi pada jiwa itu 5 menit setelah kematian.
Untuk memperkenalkan hal ini, kita harus menemukan jawaban untuk sebuah pertanyaan mendasar yang besar. Jika kita dapat menjawab dengan benar, semua pertanyaan lain mengenai kematian dan jiwa itu akan terbuka seperti bunga di bawah sinar matahari. Masalah yang sangat penting adalah ini: seperti apa sifat melekat yang dimiliki manusia? Bagaimana Tuhan menciptakan dia? Apakah dia bersifat fana ataukah abadi? Menurut kamus, kata “fana” berarti “akan mati,” dan kata “abadi” berarti “tidak akan mati.” Sederhananya kita mempertanyakan apakah Tuhan menciptakan manusia dengan alamiah yang bisa mati atau dengan kuasa hidup yang tak terbatas.
Jawaban untuk pertanyaan penting ini ditemukan dalam Ayub 4:17 [terjemahan literal], “Mungkinkah seorang manusia fana lebih adil di hadapan Allah, mungkinkah seseorang lebih kudus daripada Penciptanya?” Terdapat kata yang kita cari! Manusia adalah fana. Dia tunduk pada kematian. Tuhan tidak membuatnya tanpa kapasitas menurun dan mati. Kenyataannya adalah, hanya Tuhan yang memiliki kekuatan yang melekat pada keberadaan yang kekal. Ia abadi. Dan sekali-kalinya kata itu dipakai dalam Alkitab, dan sekali-kalinya kata itu muncul di Alkitab dipakai untuk Tuhan. “Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin” (1 Timotius 1:17).
Umat manusia tidak diinvestasikan dengan kebakaan alamiah. Firman Tuhan meyakinkan kita bahwa hanya Tuhan sendiri yang memiliki sifat alamiah itu. Dia adalah penulis hidup, sumber terbesar dari semua yang ada. Dari Dia setiap kehidupan lainnya di alam semesta telah ada. “Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan; Dialah satu-satunya yang tidak takluk kepada maut, bersemayam dalam terang yang tak terhampiri. Seorangpun tak pernah melihat Dia dan memang manusia tidak dapat melihat Dia. Bagi-Nyalah hormat dan kuasa yang kekal! Amin” (1 Timotius 6:15, 16).
Pada tahap ini seseorang dapat mengajukan pertanyaan lainnya tentang kekekalan. Apakah mungkin bahwa manusia memiliki tubuh yang fana tetapi punya roh abadi yang tinggal di kemah badani? Mungkin merupakan “nyata” seseorang bukanlah dalam tubuh yang sama sekali tetapi abadi rohnya – kesatuan yang tinggal di dalam tubuh yang fana. Kita tidak perlu bertanya-tanya atas hal ini, karena ini secara singkat dapat diselesaikan oleh beberapa ayat Alkitab.
Dapatkah Jiwa Mati?
Tuhan berkata, melalui nabi-Nya, ” Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati” (Yehezkiel 18:4). Hal ini tegas menetapkan bahwa jiwa jelas tidak abadi secara alamiah, atau tidak dapat mengalami kematian. Kata “abadi” berarti “tidak akan mati,” maka tidak ada pertanyaan tentang kematian bagi jiwa yang memiliki suatu keabadian bawaan. Setidaknya sepuluh ayat lainnya menegaskan hal yang sama: jiwa tidaklah abadi secara alamiah.
Yesus, Guru besar itu, menyatakan bahwa jiwa bisa mati, dalam Matius 10:28. ” Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh … takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” Dengan pernyataan yang jelas ini, Kristus menempatkan masalah ini melebihi semua pertanyaan. Jiwa bisa mati dan akan mati dalam api neraka. Itu tidaklah abadi secara alamiah.
Hal ini mengejutkan banyak orang. Posisi tradisi telah jelas bertentangan dengan ini. Betapa mengecewakan mengetahui bahwa dalam 1700 kali itu kata “jiwa” dan “roh” muncul dalam Alkitab, tidak sekalipun pernah disebut “abadi” atau “tidak dapat binasa”.
Jika demikian, apakah ajaran itu berasal? Sebagian besar dari kita telah mendengar tentang “jiwa yang tak pernah mati” dari masa awal masa kanak-kanak kita. Satu hal yang pasti: itu tidak berasal dari Kitab Suci. Yang benar adalah bahwa itu datang langsung dari tradisi pagan dan mitos. Penyembahan leluhur pada bangsa Cina kuno sebenarnya berakar pada kepercayaan bahwa jiwa tidak mati. Yakni berupa hieroglif piramid Mesir yang mengungkapkan ajaran tentang suatu jiwa yang alamiahnya abadi adalah dasar untuk penyembahan mereka dari dewa matahari. Di India, di mana saya tinggal selama bertahun-tahun, orang Hindu sangat percaya pada reinkarnasi dan transmigrasi jiwa. Upacara voodoo terjahat yang dibangun di daerah Afrika dibangun atas konsep jiwa tidak binasa.
Tidak ada satupun tulisan yang mendukung ajaran seperti itu dalam Alkitab umat Kristen; Namun demikian, Firman memang mengatakan pada kita bagaimana pengajaran ini dimulai dan yang mengkhotbahkan pertama kali tentang hal ini. Baca Kejadian 3:1-4, “Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.” Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati.”
Tolong perhatikan bahwa seseorang tidak setuju dengan Tuhan, Sang Pencipta mendeklarasikan bahwa dosa membawa maut, tetapi setan berkata sebaliknya,”kamu tidak akan benar-benar mati.” Itu adalah kebohongan terbesar yang pernah diungkapkan, dan orang yang mengatakannya telah berusaha mengokohkannya sejak saat itu. Awal mula khotbah tentang kekekalan bawaan telah diulangi berkali-kali selama bertahun-tahun, sering melalui pengkhotbah dan teologia yang seharusnya mengetahui lebih baik. Beberapa tahun yang lalu the Readers mencerna fitur sebuah artikel yang berjudul “Tidak Ada Kematian,” oleh salah satu pendeta Protestan terkenal di Amerika. Seorang pengkhotbah hebat mengatakan hal yang sama yang dikatakan oleh penipu besar itu kepada hawa “Anda tidak benar-benar mati sama sekali. Itu mungkin tampak seperti kematian, tetapi Anda benar-benar tetap hidup dan tahu lebih banyak sesudahnya dari pada yang sebelumnya.”
Dapatkah doktrin (pengajaran) itu jadi berbahaya? Sudah barang tentu, bahkan itu melibatkan lebih dari sekedar menyebarkan sebuah peryataan palsu. Implikasi dari pengajaran setan ini sangat luas dan kekal akibatnya. Jutaan akan hilang karena mereka tidak mengerti kebenaran akan keadaan alamiah manusia. Penipuan akan hal ini membuka pintu yang dapat membanjiri kehidupan dengan kegelapan dan kendali langsung iblis. Satu-satunya perlindungan kita yang punya guna melawan penyusupan bahaya ini adalah dengan mengetahui kebenaran tentang kematian dan jiwa.
Roh kembali kepada Tuhan
Definisi paling jelas dan paling singkat tentang kematian ditulis oleh Salomo “dan debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya.” (Pengkhotbah 12:7).
Segera kita ditarik oleh kata “kembali.” Setelah kematian segala sesuatu tampaknya kembali darimana ia datang. Debu kembali menjadi tanah dari mana ia diambil, dan roh kembali kepada Tuhan yang mengaruniakannya. Kematian adalah kebalikan dari penciptaan.
Adalah mudah bagi kita untuk menggambarkan proses kerusakan dan penguraian dari tubuh. Kita mengerti sangat baik bahwa komponen fisik dari tubuh adalah sama seperti tanah itu sendiri. Ketika itu di kubur, tubuh kembali pada unsur-unsur kimia dari tanah dari mana Pencipta mengambilnya pada awalnya.
Tetapi bagaimana dengan roh yang kembali kepada Tuhan, itu tidak begitu mudah dipahami, tidak ada manusia didunia ini yang dapat menjelaskan itu dengan kebijaksanaan manusia. Namun demikian, banyak ayat di alkitab yang menyoroti hal penting ini. Yakobus menulis “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.” (Yakobus 2:26). Kata “roh” mempunyai referensi margin lain seperti “nafas.” Ini sangat penting, akar kata yang sebenarnya dalam bahasa yunani adalah “pneuma,” kata yang artinya “nafas” atau “udara.” Kita mengambil dari kata inggris kita “pneumonia” dari pneuma karena ini adalah penyakit paru-paru atau pernafasan. Kita mempunyai ban pneumatic, itu berasal dari pneuma, karena mereka mempunyai udara di dalamnya. Tetapi kata Yunani yang sama “pneuma” juga mempunyai arti yang lain. Itu artinya “roh.” Sebagai contoh, istilah kata Yunani untuk “Roh Kudus” adalah “Hagios pneumatos” atau “nafas kudus” atau “Roh Kudus.”
Ini membawa kita kepada kesimpulan yang menarik. Kata “nafas” dan “roh” juga sering digunakan bergantian di dalam alkitab. Ayub berkata “selama nafasku masih ada padaku, dan roh Allah masih di dalam lubang hidungku,” (Ayub 27:3). Tidak diperlukan kecerdasan tinggi untuk mengetahui bahwa Ayub menjelaskan hal yang sama dengan menggunakan kata “nafas” dan “roh” manusia hanya memiliki nafas dihidungnya. Faktanya, itulah yang Tuhan tiupkan dalam hidung manusia pada saat penciptaan. “ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” (Kejadian 2:27).
Dan sekarang gambar mulai terlihat jelas, ketika Salomo menjelaskan bahwa roh kembali kepada Tuhan, ia sedang merujuk kepada nafas, karena itulah yang Tuhan berikan pada mulanya, dan itu adalah satu-satunya hal yang saat itu “kembali” pada Dia yang memberikannya. Sebagai catatan Kejadian 2:27 merujuk pada nafas hidup sebagai “nafas roh kehidupan.”
Pemazmur menjelaskan kematian dengan kata ini, “apabila Engkau mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu. Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta,” (Mazmur 104:29,30). Di sini urutan dibalik, nafas kembali kepada Tuhan pada saat kematian. Salomo katakan bahwa roh kembali. Di sini Tuhan memberikan roh untuk menciptakan, tetapi kejadian mengatakan bahwa Tuhan memberikan nafas hidup pada saat penciptaan. Ini masuk akal ketika kita mengerti bahwa dua kata itu digunakan saling tukar dan mempunyai arti sama.
Harap perhatikan bahwa “roh kehidupan” tidak selalu sama dengan Roh Kudus, tidak juga “nafas hidup” sama dengan udara yang biasa kita hirup. Nafas atau roh ini adalah khusus, memberi kuasa kehidupan dari Tuhan yang membuat organisme tubuh berfungsi. Baca Kejadian 2:27 kembali, dan coba untuk menggambarkan tindakan penciptaan. “dan Tuhan membentuk manusia itu dari debu tanah.” Kita tidak mempunyai kesusahan dengan ini. Kita dapat melihat tubuh yang mati itu secara sempurna dibentuk dan mengandung unsur-unsur yang penting bagi kehidupan. Tetapi di sana belum ada kehidupan, jantung tidak berdetak. Darah ada disana, tetapi belum mengalir. Otak ada disana, tetapi itu belum berpikir.
Dan Tuhan menambahkan satu hal lagi untuk tubuh yang telah Dia ciptakan. Tuhan “menghembuskan nafas hidup dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” (Kejadian 2:27). Jangan lewatkan kata-kata penting ini—mereka sering disalah artikan. Tuhan tidak pernah menaruh jiwa dalam tubuh. Dia hanya menambahkan satu hal—nafas atau roh. Kemudian, sebagai hasilnya tubuh dan nafas bersatu, manusia MENJADI sebuah jiwa.
Jutaan orang menerima kesalahan, pandangan kuno bahwa Tuhan meletakan jiwa dalam tubuh untuk menciptakan manusia. Ini berdasarkan pandangan umum, doktrin yang salah dari semua agama non-kristen. Di dalam alkitab, kecuali dalam penggunaan puitis atau perumpamaan, jiwa tidak pernah pergi masuk atau keluar dari tubuh, itu juga tidak hidup dengan sendirinya di luar tubuh. Karena kata ibrani “psuche, “ artinya “hidup,” kadang-kadang diartikan “jiwa” dalam versi alkitab King James kita, beberapa telah menarik kesimpulan yang salah, hanya karena mereka menerima definisi yang salah untuk kata “jiwa.” Jutaan orang mengajarkan bahwa jiwa memiliki keabadian bawaan, dan setiap kali mereka membaca dan mendengar kata tersebut mereka beranggapan sesuatu yang salah dan tidak alkitabiah. Tidak satu kalipun dalam alkitab jiwa merujuk sebagai sesuatu yang abadi atau tidak mati.
Faktanya, jiwa adalah kesadaran hidup yang mana hasil ketika Tuhan menambahkan nafas atau roh ke tubuh. Ilustrasi yang sederhana akan membuat kita melihat kebenaran lebih jelas. Mari kita samakan tubuh dengan bola lampu, arus listrik yang mengalir dalam bola lampu mewakili nafas yang Tuhan letakan kedalam tubuh, dan cahaya itu sendiri melambangkan jiwa manusia setelah nafas bergabung dengan tubuh. Sama seperti kita melihat cahaya bersinar kita melihat gambaran sempurna dari penciptaan yang telah diselesaikan. Sekarang kita menekan tombol dan mematikan lampu. Apa yang akan terjadi? Arus listrik meninggalkan bohlam, seperti halnya nafas meninggalkan tubuh pada saat mati. Jadi di mana cahaya itu? Apakah itu ke soket listrik? Tidak, secara sederhana tidak ada lagi pada saat arus dipisahkan dari bohlam. Kemudian izinkan saya bertanya, di mana roh ketika nafas terpisah dari tubuh? Sederhananya tidak ada roh sampai kebangkitan, Tuhan mengembalikan nafas hidup ke tubuh.
Itu tidak seharusnya terdengar begitu asing bagi kita, bahwa sekarang kita telah menemukan bagaimana segala sesuatu “kembali” pada saat kematian pada hal itu sediakalanya. Sebelum penciptaan, manusia belum ada dalam bentuk yang tanpa tubuh. Tidak ada kepribadian, tidak ada kesadaran emosi sampai Tuhan menambahkan nafas hidup ketubuh. Pada saat itu manusia “menjadi mahluk hidup.” Jika jiwa datang sebagai hasil dari persatuan itu, kapan itu sirna? Tentu sebagai hasil dari pemecahan persatuan itu.
Misalkan kita memiliki dua hal di hadapan kita: papan dan paku-paku, kita mengambil palu dan memukul palu ke papan dan membuat sebuah kotak. Sekarang kita mempunyai 3 hal daripada dua; kita ada papan, paku-paku dan kotak. Kemudian kita cabut paku-pakunya dan meletakkannya di samping papan, sekali lagi, kita memiliki hanya 2 hal didepan kita; papan dan paku-paku. Tidak ada kotak, karena itu membutuhkan dua hal bersama untuk membuat itu ada.
Dengan cara yang sama Tuhan memulai dengan dua hal, tubuh dan roh. Ketika Tuhan menempatkan mereka bersama, jiwa itu “menjadi” terbentuk, itubaru ada. Pada saat kematian, orang bijak itu berkata kepada kita, roh kembali kepada Tuhan, dan tubuh kembali ke tanah. Jadi tidak ada di alkitab di mana arwah keluar dari tubuh, atau gentayangan ada tanpa tubuh. Jiwa atau kehidupan, tidak akan ada tanpa kuasa Tuhan yang berada dalam tubuh. Pada saat kematian kuasa itu dihapus; itu kembali kepada Tuhan; dan keadaan daripada manusia itu persis sebelum nafas bergabung dengan tubuh. Artinya tidak ada kehidupan, tidak ada kesadaran dan tidak ada kepribadian.
Bahkan hewan disebut sebagai jiwa dalam alkitab. Karena mereka mempunyai kuasa yang sama dari Tuhan yang membuat mereka hidup. (Wahyu 16:3). Seorang bijaksana menulis “Karena nasib manusia adalah sama dengan nasib binatang, nasib yang sama menimpa mereka; sebagaimana yang satu mati, demikian juga yang lain. Kedua-duanya mempunyai nafas yang sama,…..Kedua-duanya menuju satu tempat; kedua-duanya terjadi dari debu dan kedua-duanya kembali kepada debu.” (Pengkhotbah 3:19-20). Ini bukan tidak berarti, tentu, bahwa manusaia dan hewan mempunyai tujuan akhir yang sama. Akan ada kebangkitan dan penghakiman untuk makhluk hidup yang bermoral, Tetapi hidup hanya datang dari Tuhan, entah dia manusia atau hewan. Dan hidup seringkali dalam Alkitab merujuk pada jiwa.
Kapan Orang Benar Memperoleh Upahnya?
Dengan latar belakang ini sekarang kita siap untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi pada orang yang meninggal. Dalam khotbah petrus pada hari pentakosta, dia membuat sebuah pernyataan yang kuat tentang daud. Yang mana telah meninggal lebih dari 1000 tahun; “sebab Daud tidak diangkat ke surga” (Kisah 2:34 – terjemahan literal KJV). Jadi pikirkan ini sejenak. Daud sudah lama meninggalkan kehidupan ini, dan meskipun dia terkadang tidak patuh, dia menerima jaminan pengampunan dan keselamatan. Mengapa, kemudian dia tidak menikmati kebahagiaan surga sepuluh abad setelah kematiannya? Jawaban pertanyaan ini ada dalam ayat 29 ketika Petrus menjelaskan “Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan di kubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini.”
Petrus yang terinspirasi mengatakan bahwa Daud masih dalam kuburnya, dan sama sekali belum pergi ke surga. Betapa menariknya! Jika manusia yang hati Tuhan terpaut olehnya tidak menerima upah setelah 1000 tahun kematiannya, bagaimana dengan semua orang baik lainnya yang telah hidup dan meninggal sampai saat itu? Mereka juga sementara beristirahat di dalam kubur, menunggu panggilan Tuhan pada saat kebangkitan.
Yesus menyakinkan orang-orang pada masa itu, “…Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar” (Lukas 14:14). Sekali lagi, Yesus berkata, “Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya.” (Matius 16:27). Tidak ada keragu-raguan di sini, secara sederhana, bahasa langsung Yesus menyatakan bahwa tak seorangpun akan menerima upah sampai kebangkitan pada kedatangan-Nya kedua kali. Ini artinya tidak ada orang benar yang telah mati pergi ke surga sejauh ini. Semua menunggu di kubur mereka untuk penghakiman dan akhir dari dunia. Ayat mendekati penutupan dari Alkitab menegaskan fakta ini “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya” (Wahyu 22:12). Upah pada hari terakhir ini dijelaskan oleh Paulus dalam 1 Korintus 15:23,” ….yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.” Kapan itu terjadi? “dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir.” (ayat 52).
Ini menyelesaikan masalah tentang upah orang benar tanpa ada pertanyaan, tetapi bagaimana dengan orang jahat? Kapan mereka akan dihukum karena dosa mereka? Jawaban yang mengagumkan ini ditemukan di 2 Petrus 2:9, “maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman,” itu dia! Orang fasik disimpan sampai tiba penghakiman. Di mana mereka disimpan? Yesus menjawab pertanyaan ini, “Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya,dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.” (Yohanes 5:28-29).
Tuhan kita membuat itu sangat jelas bahwa setiap orang akan disimpan dalam kubur sampai panggilan keluar dalam kebangkitan untuk menerima hidup atau hukuman. Tidak hanya ini adalah teologi yang bagus, tetapi juga masuk akal. Jelas bahwa tidak satu orangpun akan dihukum sampai sesudah mereka dihakimi. Keadilan menuntut bahwa hal ini harus dilakukan. Bahkan hakim duniawi yang paling tidak adil akan dipecat apabila berbuat sebaliknya. Misalkan seorang pria datang ke hadapan hakim dituduh mencuri, dan hakim berkata,”penjarakan dia selama sepuluh tahun, lalu kita lihat kasusnya,” Tidak demikian, itu tidak akan pernah terjadi! Dan akankah hakim seluruh bumi melakukannya dalam berurusan dengan orang fasik? Tidak pernah! Penghakiman akan menjadi lelucon dalam suatu kasus – itu akan menjadi tidak berarti.
Keindahan pekabaran dari alkitab adalah bahwa orang baik dan orang jahat tidur di kubur mereka sampai hari kebangkitan. Kemudian mereka akan dibawa keluar untuk menghadapi penghakiman, setelah penghukuman dan upah ditetapkan. Ayub berkata “demikian juga manusia berbaring dan tidak bangkit lagi, sampai langit hilang lenyap, mereka tidak terjaga, dan tidak bangun dari tidurnya. Ah, kiranya Engkau menyembunyikan aku di dalam dunia orang mati, melindungi aku, sampai murka-Mu surut; dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingat aku pula! Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? Maka aku akan menaruh harap selama hari-hari pergumulanku, sampai tiba giliranku; maka Engkau akan memanggil, dan akupun akan menyahut; Engkau akan rindu kepada buatan tangan-Mu.” (Ayub 14:12-15).
Orang Mati Tidur
Dalam keselarasannya dengan semua alkitab. Ayub menjelaskan periode tidur tak sadarkan diri di kubur sebelum terjaga untuk menerima upahnya. Ini selaras dengan Daniel, yang berbicara kedatangan Kristus dalam ayat ini “Tetapi pada waktu itu bangsamu akan terluput,…..Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.” (Daniel 12:1,2). Ini adalah alasan bahwa kenapa banyak penulis yang diinspirasikan berbicara bahwa orang mati itu sama seperti tidur. Ini adalah penjelasan yang sempurna dari keadaan orang mati. Saat seseorang lelah dan terhanyut dalam tidurnya, yang dia tahu berikutnya adalah dia terbangun saat matahari terbit. Dia sepenuhnya tidak sadar akan apapun yang terjadi pada saat dia tertidur, begitupun juga dengan tidur kamatian.
Lazarus sudah mati. Yesus katakan kepada murid-Nya, “Lazarus, saudara kita, telah tertidur, tetapi Aku pergi ke sana untuk membangunkan dia dari tidurnya.” Maka kata murid-murid itu kepada-Nya: Tuhan, jikalau ia tertidur, ia akan sembuh. Tetapi maksud Yesus ialah tertidur dalam arti mati, sedangkan sangka mereka Yesus berkata tentang tertidur dalam arti biasa. Karena itu Yesus berkata dengan terus terang: “Lazarus sudah mati.” (Yohanes 11:11-14).
Ini adalah contoh kuno kebenaran alkitab tentang kematian. Kristus berkata mati adalah tidur. Kemudian, Yesus berdiri dekat kubur batu dari teman-Nya dan berteriak, “Lazarus, keluarlah!” Yesus tidak berkata, “Lazarus turunlah.” Lazarus tidak berada di atas di surga, tidak juga di manapun, tetapi di balik kuburnya. Sebagai respon dari panggilan Yesus, Lazarus bangun dari tidur kematiannya dan berjalan keluar menuju sinar matahari.
Banyak kisah-kisah berlebihan telah beredar tentang orang-orang yang kembali dari antara orang mati tapi ini adalah kisah paling otentik yang tercatat. Tidak ada keraguan bahwa Lazarus telah mati selama empat hari. Saudara perempuannya protes pada saat Yesus menyuruh agar batu digulingkan dari pintu. Marta berkata “Tuhan, ia sudah berbau” (Yohanes 11:39).
Banyak kesaksian dari para pasien yang sebenarnya hanya berhalusinasi melihat surga. Apa yang Lazarus ungkapkan tentang empat hari kematiannya? Apakah Lazarus menceritakan tentang dirinya berada di surga? Tidak satu katapun. Ia tertidur, sama seperti yang Yesus nyatakan. Itu sama seperti kehampaan beberapa saat.
Omong-omong hukuman mengerikan apa yang diberikan kepada Lazarus yang membawa dia kembali ke dunia yang gelap ini jika dia sungguh sudah ada ada di hadirat Tuhan? Tentunya ia akan memohon untuk tidak kembali, ia telah menikmati dari upah orang benar. Pengembalian ke bumi akan menjadi lebih buruk daripada kengerian neraka dibandingkan dengan sembilan puluh enam jam di surga. Tentu Tuhan kita akan bersalah dengan memainkan trik itu atas hidup teman-Nya Lazarus.
Kenapa kita begitu sulit untuk percaya terminologi sederhana yang Yesus gambarkan tentang kematian? Tentu saja kita tidak memiliki masalah dalam memahami sifat tidur. Misalkan seseorang tertidur pulas di bangku taman. Betapa lelapnya dia tertidur sehingga dia tidak menyadari ada seorang yang akan menyerang. Pada saat itu dia terbaring mati dengan berlumuran darah. Jadi menurut pandangan populer mengenai kematian, orang ini yang tidak tahu apa-apa sementara ia tertidur, tiba-tiba tahu semuanya saat jiwanya meninggalkan tubuhnya. Tetapi bagaimana itu menjadi benar? Yesus mengatakan mati adalah tidur. Jika manusia tidak mengetahui apa-apa pada saat tidur, bagaimana mungkin ia tahu lebih banyak pada saat mati? Kata-kata Kristus tidak akan ada artinya jika kita memutar balik hal ini sesuai keinginan kita.
Kita tidak dibiarkan bertanya-tanya tentang sifat kematian – tidur. Banyak penulis alkitab yang menjelaskan secara rinci seperti apa itu. “Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan. Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya.” (Mazmur 146:3,4).
Dari semua aspek membingungkan kematian yang bisa dibahas, penulis yang diinspirasikan paling sering berbicara tentang sifat tidak sadar itu. Tidak pernah sekalipun kita menemukan salah satu penjelasan menarik dari kehidupan setelah kematian yang menandai versi modern dari doktrin. Teologi telah mengadopsi pengajaran langsung dari bentuk penyembahan kafir. Daud berkata “ia kembali ke tanah; pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya,” Salomo menulis “Karena orang-orang yang hidup tahu bahwa mereka akan mati, tetapi orang yang mati tak tahu apa-apa, tak ada upah lagi bagi mereka, bahkan kenangan kepada mereka sudah lenyap. Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka sudah lama hilang, dan untuk selama-lamanya tak ada lagi bahagian mereka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari…. Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.” (Pengkhotbah 9:5, 6, 10).
Jika ada seseorang sengaja mencoba mengeluarkan kata-kata dan ekspresi yang lebih kuat untuk mendukung tidur yang tanpa mimpi dalam kematian, ia akan sulit untuk mencocokkan semua itu dengan kata seseorang yang bijak. Kiranya untuk saat itu, pernyataan kuat yang sama dibuat untuk menegaskan kesadaran setelah kematian. Dengan kata lain, misalkan Salomo berkata, ” Baik kasih mereka, maupun kebencian dan kecemburuan mereka akan berlanjut.. karena ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi.” Pernyataan yang sangat rancu itu akan langsung mengakhiri perdebatan dari semua subjek. Siapa yang bisa berdebat dengan itu?
Tetapi ini adalah kebenaran luar biasa! Bukan hanya Alkitab tidak mengandung pernyataan seperti itu, tapi berulang kali menyatakan sebaliknya! Namun orang tetap percaya hanya apa yang mereka ingin percayai. Melalui ayat-ayat yang jelas diberikan oleh banyak penulis yang diinspirasikan, yang mengatakan kebenaran tentang kematian, banyak orang tetap dengan buta mengikuti tradisi kosong dari orang tua atau pemimpin agama mereka.
Sekali lagi kita membaca “Sebab dunia orang mati tidak dapat mengucap syukur kepada-Mu, dan maut tidak dapat memuji-muji Engkau; orang-orang yang turun ke liang kubur tidak menanti-nanti akan kesetiaan-Mu. Tetapi hanyalah orang yang hidup, dialah yang mengucap syukur kepada-Mu, seperti aku pada hari ini;” (Yesaya 38:18,19). Bukankah orang benar yang telah mati dapat memuji Tuhan jika mereka diantar ke surga pada saat mereka mati? Daud mengulang kebenaran abadi yang sama, “Bukan orang-orang mati akan memuji-muji TUHAN, dan bukan semua orang yang turun ke tempat sunyi” (Mazmur 115:17). “Sebab di dalam maut tidaklah orang ingat kepada-Mu; siapakah yang akan bersyukur kepada-Mu di dalam dunia orang mati?” (Mazmur 6:6).
Dapatkan Orang Mati Muncul Kembali?
Mengapa begitu banyak yang menolak masukan yang jelas dari Alkitab? Prasangka kuno yang kuat bisa menjadi bagian dari jawabannya, tetapi ada lebih banyak yang terlibat. Banyak yang sungguh-sungguh percaya bahwa mereka memiliki saksi mata melihat bahwa orang mati kembali. Mereka memiliki kesaksian dari indra mereka sendiri bahwa mereka benar-benar berbicara dengan orang-orang yang mereka cintai yang telah pergi. Apa yang dapat kita katakan tentang manisfestasi ini? Mereka dapat memberikan tempat, waktu dan jam ketika mereka bertemu dengan saudaranya yang telah meninggal dan teman-temannya sama persis seperti mereka pada waktu hidup.
Haruskah kita mengabaikan berbagai penampakan hal aneh seperti penyimpangan mental dari emosional individu yang tidak stabil? Sungguh susah. Faktanya adalah bahwa manifestasi itu sungguh muncul, dan itu telah terbukti berkali-kali. Tapi atas dasar Firman Tuhan yang sempurna kita pasti dapat menolak mereka sebagai roh-roh orang mati. Orang mati tidak dapat kembali; mereka juga tidak memiliki keberadaan setelah kematian dalam kesadaran, kehidupan bentuk apapun.
Kemudian siapa yang muncul dalam bentuk tubuh dan membuat kebohongan dengan mengaku memakai nama orang mati yang tidak bersalah? Siapa lagi kalau bukan bapa dari segala pendusta yang membuat penyesatan pertama dalam masalah kematian? Dia berani menentang Tuhan ketika ia berkata kepada Hawa “sekali-kali kamu tidak akan mati.” Ketika kematian mengikuti, Setan berusaha membuat korban percaya bahwa itu hanya sebuah ilusi. Dengan menyamar sebagai mereka yang meninggal, Setan membujuk jutaan orang bahwa dia benar dan Tuhan salah. Menerima kesaksian dari mata dan pendengaran mereka di atas kesaksian dari Alkitab. Banyak orang jadi ahli dalam memanggil roh dalam pemanggilan arwah.
Sering kali setan memanfaatkan kesedihan orang-orang yang telah kehilangan anggota keluarga dan berusaha menarik mereka dengan jerat spiritualistiknya melalui dengan berpura-pura menjadi orang istimewa yang mereka cintai. Ini adalah penipuan yang luar biasa! Hanya mereka yang membentengi pikiran mereka dengan kebenaran Alkitab akan sanggup berdiri melawan serangan tipe tersebut.
Izinkan saya membagikan dengan Anda sebuah contoh luar biasa cara Setan beroperasi. Teman baik saya melayani selama bertahun-tahun sebagai misionaris di Afrika. Sementara ia dan istrinya tinggal di stasiun misi yang terisolasi, putri mereka yang baru tiga tahun itu tertimpa demam tropis yang parah, mereka mengubur gadis kecil itu di atas bukit seberang rumah mereka. Beberapa hari setelah penguburan, ibunya duduk di dapur ketika pintu terbanting dan terbuka, dan putri kecilnya berlari melintasi ruangan untuk melemparkan dirinya ke pelukan ibunya. Dapatkah membayangkan diri Anda di bawah semacam trauma ketakutan? Dan selain semua itu, gadis kecil itu berteriak “ibu, saya tidak mati! Saya tidak mati”
Untungnya, ibunya mengetahui tentang kebenaran Alkitab tentang orang mati, dan Tuhan memberikan dia kuasa untuk segera berdoa memohon pembebasan dari penyamaran setan. Ketika dia menyebut nama Yesus, penampakan itu menghilang.
Ini kasus luar biasa? Sayangnya tidak, pengalaman seperti ini akan terus terulang lagi dan lagi. Tidak diragukan lagi ada beberapa dukun yang menciptakan ilusi mereka sendiri. Tetapi kita harus mengenali itu, di mana sangat sering pangeran dari segala kejahatan memanipulasi pikiran orang-orang dengan keahlian supranatural dalam penipuan.
Pikirkan implikasi hal ini sejenak, Jutaan orang sungguh telah menyerahkan hidup mereka untuk dikendalikan Setan dan percaya bahwa mereka sedang dinasehati oleh kerabat yang mereka cintai. Tidak bisakah Anda melihat ironi mengerikan dari situasi ini? Dan dapatkah Anda dapat melihat bagaimana dengan mudah Setan bahkan dapat mulai mengendalikan kehidupan orang-orang Kristen yang belum memahami pengajaran Alkitab yang benar tentang kematian? Satu-satunya keamanan setiap orang adalah Firman Tuhan. Namun kondisi telah siap untuk sebagian besar Katolik dan Protestan untuk dibawa arus manisfestasi akhir dari kekuasaan Setan — semua mereka telah diajarkan kebohongan tentang keadaan orang mati.
Penghukuman dan Upah dalam kebangkitan
Pertimbangkanlah bagaimana membingungkannya jika upah dan penghukuman sekarang sedang diterapkan. Tujuan apa yang akan ada oleh sebuah kebangkitan? Mengapa kita ada sebuah kebangkitan? Jelas nasib setiap jiwa telah ditentukan saat ini, dan dengan beberapa lelucon membuat penghakiman terakhir seperti tidak berarti. Semua janji kesetiaan yang diungkapkan di pemakaman bahwa orang yang mereka kasihi berada di surga hanyalah pengulangan kebohongan pertama setan kepada keluarga manusia. Potret gambaran tentang arwah yang melayang-layang keluar dari tubuh pada saat kematian bukanlah sumber penghiburan bagi kerabat yang berduka. Paulus menggambarkan waktu di mana orang-orang benar yang telah mati akan bersama dengan Tuhan dalam 1 Tesalonika 4:16-18, dan diakhiri dengan kata-kata ini, “Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.”
Di sinilah gambaran sempurna inspirasi penghiburan sejati, dan kita perlu memahami dengan jelas apa yang Paulus katakan mengacu pada apa yang membawa penghiburan tersebut. Dua ayat sebelumnya menyampaikan perkataan pada kita “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.”
Paulus di sini menjelaskan dengan cara yang tanpa batasan dan cara bagaimana kita pergi bersama dengan Tuhan. Jangan mengabaikan kata “demikianlah” dalam keterangannya. Ini berarti “dengan cara ini.” Dengan kata ini Paulus mengungkapkan satu-satunya cara bagaimana kita bertemu dengan Tuhan. Ketika ia menggambarkan kedatangan Yesus dan kebangkitan orang-orang kudus sebagai cara dan sarana untuk bersama dengan Tuhan, ia secara otomatis menyingkirkan cara yang lain. Kemudian ia mengingatkan kita untuk “hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.”
Saya ulangi sekali lagi tidak ada penghiburan dari konsep kekristenan yang keliru semacam itu, bahwa ada roh meninggalkan tubuh pada saat kematian langsung untuk dihukum atau diberi upah. Apakah meyakinkan untuk percaya bahwa kerabat yang belum diselamatkan menderita siksaan api yang tak terpadamkan? Apakah ada hiburan dalam gambar orang yang dicintai melihat ke bawah dari surga pada keadaan patah hati dari mereka yang ditinggalkan? Tidak heran Paulus begitu spesifik dalam menggambarkan kedatangan kedua Yesus dan kebangkitan sebagai satu-satunya cara orang dapat bersama dengan Tuhan setelah kematian, serta sebagai satu-satunya cara untuk diberikan penghiburan pada saat kepergian mereka.
Penjelasan paulus atas poin tersebut menyatakan bahwa kematian dan kubur bukan akhirnya. Akan ada kebangkitan dari tidur kematian. Orang-orang benar akan menerima karunia keabadian, tetapi semua itu akan terjadi “dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.” (1 Korintus 15:52,53). Yesus berkata “Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.” (Yohanes 5:28,29)
Semua orang mati akan bangkit untuk menghadapi keputusan besar penghakiman. Apakah mereka pergi tidur 1.000 tahun yang lalu, atau lima menit sebelum Yesus muncul, akan tampak seperti hanya sepersekian detik.
Beberapa mempertanyakan cara di mana Kristus dapat mengembalikan yang rusak, tubuh yang membusuk dari semua yang mati pada masa lampau. Beberapa terkena ledakan, yang lain dibakar di api, dan banyak yang tenggelam ke kedalaman laut. Apakah akan ada masalah bagi Sang Pencipta Maha Perkasa yang hidup untuk membawa kembali setiap jiwa dan mengembalikan setiap pribadi? Tentu tidak ada. Dia yang dapat menghitung jumlah rambut di kepala dan memelihara burung pipit di langit tidak akan mengalami kesulitan dalam memulihkan identitas masing-masing individu.
Kita mungkin tidak dapat memahami prosesnya, tapi kita bisa tetap percaya di dalamnya. Ada banyak hal, seperti televisi dan komputer, yang masih menjadi misteri untuk rata-rata orang yang menggunakannya, tapi itu tidak mencegah kita percaya akan itu. Jika kebanyakan dari kita bingung dengan kerumitan peralatan elektronik, kita tidak harus berharap untuk memahami rahasia kuasa kebangkitan. Namun demikian, kita dapat memiliki iman yang sempurna bahwa Tuhan dapat dan akan memulihkan hidup semua orang yang telah mati.
Pencuri di Kayu Salib
Jadi mari kita lihat di salah satu keberatan utama yang telah diajukan terhadap doktrin Alkitab dari kematian dan jiwa. Ada beberapa teks rancu yang hanya dapat dipahami dengan mereka melihatnya dalam terang semua ayat-ayat lain pada subjek. Salah satu contoh dari hal ini ditemukan dalam pengalaman pencuri di kayu salib. Pada pandangan pertama tampaknya bahwa Yesus mengatakan kepada penjahat yang sekarat bahwa ia akan pergi ke surga pada hari yang sama ia meninggal.
Dalam konteks, pencuri bertanya kepada Yesus, di saat-saat terakhir hidupnya, “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Lukas 23:42,43).
Apakah ini bertentangan dengan ayat-ayat lain yang telah kita baca dalam masalah ini? Memang terdengar seolah-olah Yesus dan pencuri akan pergi hari itu juga ke hadirat Tuhan. Mari kita mengizinkan ayat-ayat lain untuk menjernihkan misteri ini. Tiga hari setelah Yesus berbicara kepada pencuri yang bertobat. Yesus bertemu dengan maria dekat dengan kubur yang terbuka. Saat ia jatuh menyembah dikaki-Nya Yesus berkata “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” (Yohanes 20:17).
Pernyataan Yesus membawa kita ke teka-teki membingungkan. Jika Dia belum pergi ke surga, bagaimana mungkin Dia meyakinkan pencuri tiga hari sebelumnya bahwa mereka akan pergi ke sana bersama-sama pada hari yang sama? Dan perhatikan bahwa surga dan tahta Bapa berada di tempat yang sama. Yohanes mengatakan pohon kehidupan terletak “di Taman Firdaus Allah.” (Wahyu 2:7). Dan dalam Wahyu 22:2 ia menjelaskan bahwa pohon itu melingkupi sungai kehidupan, yang mana mengalir dari takhta Tuhan. Ini memastikan hadirat Tuhan di surga, jika Yesus tidak pergi pada Bapa pada waktu Dia dibangkitkan, bagaimana bisa Dia sudah naik ke surga pada hari Ia wafat tiga hari sebelumnya.
Misteri ini akan lenyap ketika kita mempertimbangkan konteks Lukas 23:43. Kita harus menyadari bahwa naskah asli Alkitab ditulis dalam satu baris naskah. Tidak ada pemisahan kata, kalimat, ayat-ayat, atau bab. Pada tahun 1611 ketika King James Version diterjemahkan, sarjana memisahkan kata-kata, dimasukkan tanda baca, dan naskah dibagi ke ayat-ayat dan bab. Orang-orang ini tidak terinspirasi, meskipun mereka umumnya melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam tugas yang ditugaskan. oleh karena kebutuhan mereka memasukan koma dan sering memberikan makna terhadap kalimat yang diterjemahkan. Dalam Lukas 23:43 mereka menambahkan koma sebelum kata “hari ini” sehingga membuat Yesus berkata “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Dalam hal ini koma harus ditempatkan setelah kata “hari ini” bukan sebelumnya. Sehingga kalimat dapat dibaca “Aku berkata kepadamu sesungguhnya hari ini juga, engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. Hal ini akan membawa catatan harmoni yang sempurna dengan semua ayat Alkitab.
Dengan kata lain Yesus berkata kepada pencuri itu, “Aku memberikan kamu jaminan hari ini—ketika tampaknya bahwa saya dapat menyelamatkan siapapun, ketika murid-murid saya sendiri telah meninggalkan-Ku, dan Aku mati sebagai penjahat terkutuk-Aku memberikan jaminan itu hari ini bahwa kamu akan bersama-Ku dalam Firdaus.”
Apakah ini merusak catatan suci? Tidak, para penterjemah tidak lebih diinspirasikan daripada kita. Hanya penulis asli yang diinspirasikan. Penempatkan koma sesudah kata “hari ini” adalah hal yang tepat untuk dilakukan. Satu-satunya perbedaan adalah satu jalan membawa kepada keselarasan dengan kitab suci dan yang lain membawa kepada pertentangan. Itu tidak mengambil pengetahuan supranatural untuk mengetahui untuk memutuskan tempat yang benar untuk koma.
Perlu diketahui bahwa si pencuri hanya meminta untuk diingat saat Yesus datang dalam kerajaan-Nya. ia tidak meminta upah apapun pada hari itu pada saat kematiannya mendekat. Dengan nada yang sama kita dapati rasul besar kepada bangsa kafir mengantisipasi itu sebelum ia pergi dari kehidupan ini, “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, PADA HARI-NYA; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang MERINDUKAN KEDATANGAN-NYA.” (2 Timotius 4:6-8).
Seperti halnya pencuri menerima keselamatan dan Paulus yang diurapi keduanya berfokus pada harapan mereka akan upah yang kekal pada kedatangan kerajaan Kristus, jadi sekiranya kita juga boleh diingat pada hari itu.