Amazingfacts.id: Bila kita melihat kepada Alkitab, maka kita akan mendapati begitu banyak janji Tuhan di sana. Setiap orang mungkin pasti memiliki jawaban yang berbeda mengenai janji Tuhan yang menjadi favoritnya. Namun bila harus memilih manakah janji terpenting, maka kebanyakan orang akan memilih Yohanes 3:16 sebagai yang terbaik yang ada di dalam Alkitab. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus inilah Yesus mengucapkan janji tentang hidup kekal, yang di kemudian hari paling diingat oleh begitu banyak orang Kristen.
Namun bukankah janji itu bersyarat? Iya. Apa yang menjadi syarat supaya kita memperoleh janji hidup kekal itu? Percaya kepada Dia, Anak-Nya yang tunggal, yang telah dikaruniakan.
Ada satu hal yang menarik dalam ayat ini menyebutkan Bapa mengaruniakan Yesus. Apa definisi mengaruniakan? Itu adalah suatu tindakan memberi tanpa pamrih. Namun ada satu hal yang menarik tentang bagaimana Bapa mengaruniakan Yesus supaya melalui Dia manusia dapat beroleh hidup kekal. Sungguhkah bahwa Bapa mengaruniakan Yesus kepada kita?
Beberapa ayat menunjukkan bahwa Yesus memulaikan pelayanan-Nya di usia 30 tahun saat Dia diurapi dalam baptisan yang dialami-Nya di sungai Yordan. Di situlah Bapa menyatakan perkenaan-Nya kepada Yesus saat dari surga Bapa berseru, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan” (Matius 3:17). Namun 3,5 tahun kemudian Dia disalibkan, mati, bangkit pada hari ketiga, dan 40 hari kemudian Dia terangkat dan kembali ke surga.
Bila kita melihat kisah tersebut, lebih tepatkah mana, antara Bapa mengaruniakan Yesus atau hanya sekadar “meminjamkannya” selama 33 tahun di dunia ini? Bila sungguh dikaruniakan, mengapa seolah-olah Bapa mengambil-Nya kembali setelah kebangkitan-Nya? Bukankah lebih tepat kalau Yesus hanya “dipinjamkan”? Namun saya ingin memastikan bahwa Bapa sungguh mengaruniakan Yesus meski hanya 33 tahun Dia berada di dunia ini. Nanti akan ketahui dan buktikan bahwa Yesus sungguh-sungguh dikaruniakan.
Sekarang kita pelajari dulu mengapa Yesus disebut sebagai Anak Tunggal di Yohanes 3:16? Mengapa ayat ini tidak langsung menyebutkan nama Yesus?
Dalam Alkitab Yesus memilih banyak gelar atau nama panggilan. Yohanes Pembaptis menyebut Dia sebagai “Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Mengapa Anak Domba? Itu merujuk kepada pengorbanan dan kematian-Nya di kayu salib untuk memastikan kemenangan-Nya atas maut. Dia juga disebut Imanuel yang berarti “Allah menyertai kita” (Matius 1:23). Yesus juga disebut sebagai Mesias yang merujuk sebagai Juruselamat kita. Namun apa sebabnya Yesus disebut sebagai Anak Tunggal, yang tentunya adalah Anak Tunggal Bapa si surga?
Kita lihat dahulu dari ayat lain bilamana seseorang disebut Anak Tunggal. “Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal” (Ibrani 11:17). Ayat ini berbicara mengenai Abraham dan putranya Ishak. Paulus menyebut Ishak sebagai Anak Tunggal Abraham (sama dengan Kejadian 22:2). Sebelum Ishak lahir bukankah Abraham memiliki anak, yaitu Ismail? Artinya Abraham memiliki lebih dari satu anak. Namun mengapa Alkitab menyebut Ishak sebagai Anak Tunggal Abraham? Status Ishak sebagai Anak Tunggal bukan untuk menyatakan dia sebagai satu-satunya anak Abraham, namun itu merujuk sebagai anak perjanjian yang Allah janjikan kepadanya di masa tua. Melalui Ishak pula Allah berjanji akan memenuhi janji-Nya kepada Abraham bahwa keturunannya akan menjadi bangsa yang besar (Kejadian 12:2). Ishak adalah unik atau istimewa sehingga dia disebut sebagai Anak Tunggal Abraham.
Begitu pula Yesus disebut sebagai Anak Tunggal Bapa merujuk bahwa Dia adalah istimewa. Apa keistimewaan Yesus sebagai Anak Tunggal? “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1:14). Yesus disebut Anak Tunggal Bapa oleh karena hanya melalui Dialah dunia dapat melihat kemuliaan Tuhan, yaitu karakter Tuhan (kasih karunia dan kebenaran).
Mengapa hanya Yesus yang satu-satunya dapat menyatakan kemuliaan karakter (kasih) Allah? Ayat 18 memberikan jawabannya untuk kita: “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.” Karena Yesus memiliki pengalaman bersama Bapa sehingga hanya Dia yang dapat menyatakan kepada kita mengenai siapakah Bapa itu.
Pada prosesnya untuk dapat menyatakan kemuliaan Allah kepada dunia, ada pengorbanan besar yang Yesus harus lakukan. Untuk menolong kita mengerti betapa Yesus telah merendahkan diri-Nya saat menjadi manusia, maka perhatikan satu ilustrasi berikut. Dalam dunia ini manusia adalah makhluk ciptaan bergerak dengan derajat tertinggi. Anggaplah di bawahnya adalah hewan-hewan yang mungkin menjadi favorit peliharaan manusia, seperti kucing, anjing, atau hewan lain yang menjadi favorit manusia. Namun binatang sejenis serangga, kecoa, atau binatang kotor seperti tikus mungkin berada dalam tingkatan yang lebih rendah.
Alkitab tidak mengajarkan reinkarnasi manusia, namun mari gunakan reinkarnasi dalam ilustrasi ini. Bila seandainya seseorang menjadi kecoa atau tikus, berapa tingkatan dia harus lalui? Dua tingkatan. Jangankan menjadi kecoa atau tikus, pasti tak ada seorang manusia normal yang mau menjadi binatang favorit macam kucing, anjing, atau binatang favorit lain seperti lumba-lumba.
Tetapi Yesus harus turun dua tingkat untuk dapat menjadi manusia dan menyatakan kemuliaan Allah kepada dunia. “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia” (Ibrani 2:9).
Yesus, yang adalah Tuhan, pada prosesnya menjadi lebih rendah dari malaikat. Tentunya dari Tuhan untuk menjadi manusia maka Yesus harus turun dua tingkat dengan melewati malaikat di tengah-tengahnya. Dan setelah menjadi manusia harus menderita maut. Bukankah sungguh besar pengorbanan-Nya?
Karena pengorbanan-Nya, rasul Paulus mencatat suatu janji yang digenapi bagi umat-Nya saat kedatangan Yesus kedua kali. “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah” (1 Korintus 15:51, 52). Paulus menyatakan menyatakan bilamana Tuhan datang kedua kali maka tubuh kita yang fana ini akan diubahkan, dari tubuh yang berkerut karena usia akan diubahkan menjadi seperti bayi. Janji luar biasa yang dihasilkan karena pengorbanan Kristus.
Bahkan kita akan semakin memahami betapa besar pengorbanan Kristus bila kita melihat keadaan tubuh Kristus dalam masa kekekalan. Saat sebelum turun ke dunia Yesus adalah 100% Ilahi. Saat turun ke dunia Dia memang tetaplah Ilahi meski tidak menggunakan kuasa keIlahian-Nya untuk kepentingan diri dan pelayanan-Nya, namun Dia juga adalah manusia 100%. Lalu bagaimana setelah kembali ke surga?
Nabi Zakharia menyatakan jawabnya untuk kita mengenai keadaan Yesus sepanjang masa kekekalan. “Dan apabila ada orang bertanya kepadanya: Bekas luka apakah yang ada pada badanmu ini?, lalu ia akan menjawab: Itulah luka yang kudapat di rumah sahabat-sahabatku!” (Zakharia 13:6). Ayat ini menyatakan suatu percakapan yang mungkin akan terjadi saat kita berada di surga. Bilamana kita bertemu dengan Yesus di sana dan bertanya, “Luka apakah yang membekas di tangan-Mua? Mengapa kaki-Mu berlubang? Mengapa ada bekas cambukan?” Namun Yesus akan menjawab, “Itulah luka yang kudapat di rumah sahabat-sahabatku!” Anda lihat, bukankah sungguh indah bahwa Yesus memanggil kita sahabat. Yang jauh lebih utama dari ayat itu adalah selama masa kekekalan Yesus akan tetap mengenakan tubuh-Nya sama seperti saat Dia naik ke surga 2000 tahun silam.
Kitab yang ditebus mengenakan tubuh yang akan diubahkan, namun tidak dengan Juruselamat kita. Dia akan tetap mengenakan tubuh yang terluka demi menjadi pengingat dan mengajarkan kepada kita sepanjang kekekalan mengenai kasih Tuhan demi menyelamatkan kita. Sungguh besar pengorbanan Yesus dan betapa dalamnya kasih Bapa untuk mengorbankan Anak-Nya yang tunggal.
Yesus memang hanya 33 tahun berada di dunia ini. Sepertinya Bapa hanya “meminjamkan” Anak-Nya tatkala Dia kembali ke surga. Namun Dia sungguh dikaruniakan Bapa kepada kita karena untuk selamanya Yesus mengenakan tubuh yang “cacat” sebagai konsekuensi menanggung maut demi kita. Tangan dan kaki-Nya tetap menyisakan lubang supaya untuk selamanya manusia dapat belajar apa itu arti kemuliaan kasih Bapa bagi manusia keturunan Adam.