Bendera Merah Tanda Bahaya

Blog AFI
Mari bagikan artikel ini

Bendara merah tanda bahayaPada tanggal 23 Mei 2014 Elliot Rodgers mengamuk melakukan pembunuhan massal.

Pemuda yang marah tersebut mempunyai rasa benci yang mendalam kepada teman sekamarnya, karena wanita… pada kenyataannya pada semua umat manusia. Dia memilih “sebuah hari pembalasan,” dan mulai mengupload video-videonya di situs mengekspresikan pandangannya yang menyimpang, merahasiakan detil finalnya sampai tepat sebelum dia lakukan aksi mematikannya.

Ketika semuanya berakhir, dia telah menusuk mati ketiga orang teman sekamarnya, menembak dan membunuh tiga orang lainnya, dan melukai 13 orang lainnya dengan BMW nya, yang dia pakai untuk menabrak pengendara sepeda dan pemain skateboard. “Saya sangat bahagia membantai kalian semua,” katanya di videonya yang terakhir. Akhirnya dia tabrakkan mobilnya, dan ditemukan mati karena menembakkan pistol pada kepalanya sendiri.

Tetapi hanya sebulan sebelumnya, ibunya memberitahu pihak berwajib saat dia melihat beberapa videonya yang mengganggu dimasukkan dalam situs internet. Rodgers sedang ada dalam counseling, bahkan suatu ketika polisi mengecek dia di apartemennya. Mereka diyakinkan bahwa dia tidak akan melakukan tindakan yang mengancam dirinya sendiri ataupun orang lain.

Tentunya sesuatu berjalan salah.
“Dorris A. Fuller, direktur eksekutif based Treatment Advocacy Center – Virginia mengatakan bahwa hukum di California memiliki ketentuan yang mengizinkan evaluasi darurat psikis dari individu yang diduga membawa ancaman serius, tetapi [mereka] tidak pernah melakukannya. ‘Sekali lagi kami turut berduka atas banyak kematian dan kehancuran yang disebabkan oleh seorang pemuda yang mengirimkan sinyal bendera merah tanda bahaya yang gagal mendapat intervensi pada waktunya untuk mencegah tragedi terjadi,’ ungkap Fuller dalam sebuah pernyataan. ‘Dalam kasus ini bendera merah itu begitu besar sampai orang tuanya memanggil polisi… tetapi tetap sistem itu gagal,’ katanya.”

Banyak orang menyaksikan tragedi mengenaskan semacam ini di dunia kita dan bertanya-tanya kenapa Tuhan belum juga turut campur tangan. Seakan bendera merah tanda bahaya telah berkibar dimana-mana di seluruh bumi, terlihat sepertinya Tuhan mengabaikan seruan permintaan tolong kita. Seperti halnya posting video dan email Rodgers, doa-doa seakan terlihat masuk kepada telinga-telinga tuli di surga.

Apakah sistemnya gagal? Apakah Sang Pencipta tidak punya strategi intervensi untuk menghentikan semua pembunuhan keji ini?

Tebakan-tebakan para komentator baru dan psikolog mengenai semua tragedy mengenaskan ini hanya memberi sedikit jawaban yang memuaskan. Akan tetapi Alkitab pada kenyataannya memberikan pemandangan dibalik layar dari peperangan akan kebaikan dan kejahatan, dan mengapa Tuhan mengizinkan semua ini terjadi – dan yang terpenting kita punya hak istimewa untuk melihat hasil akhirnya. Pekabaran pasti akan pengharapan satu-satunya datang dari Alkitab. Itu menunjukkan bahwa Tuhan sangat peduli pada dunia ini, dan menunjukkan keprihatinan mendalam akan kejahatan yang terjadi di seluruh planet bumi saat ini.

Sebuah penghakiman segera datang yang akan menghentikan semua kejahatan ini untuk selamanya. Pada saat itu keadilan akan diberikan. “Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya” (Yeremia 17:10). Kristus segera datang untuk mengakhiri semua penderitaan. Kerusakan sistem keadilan dan komunitas adalah tanda-tanda akhir, tetapi kita boleh yakin satu hal, bahwa sistem Tuhan tidak akan gagal.


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *