CAHAYA PAGI YANG GEMILANG

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

pagi-hari-cerah-hijau-15-6-2015Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia. Matius 24:27

Sementara seluruh dunia ditudungi kegelapan, pada setiap tempat orang kudus terdapat terang yang bercahaya. Mereka akan melihat terang mula-mula daripada kedatanganNya yang kedua.

Segera di sebelah timur muncul sebuah awan hitam kecil, kira-kira sebesar separuh kepalan tangan manusia. Itulah awan yang mengelilingi Juruselamat dan yang tampak dari jauh seperti selimut yang gelap. Umat Allah mengetahui ini merupakan tanda Anak Manusia. Dengan khidmat dan tenang mereka memandangi awan itu ketika semakin dekat ke bumi, menjadi lebih terang dan lebih mulia, sampai menjadi awan besar yang putih, dasarnya mulia seperti api yang menyala-nyala, dan di atasnya terdapat pelangi perjanjian. Yesus naik di atasnya sebagai penakluk yang sangat perkasa. Kini bukan lagi “seorang yang menanggung kesusahan,” untuk meminum cawan pahit menderita malu dan hina, Ia datang sebagai pemenang di sorga dan berperang dengan adil.” Dan “semua pasukan yang di sorga” (Wahyu 19:11,14) mengikuti Dia. Dengan menyanyikan lagu kebangsaan sorga malaikat-malaikat yang kudus, yang tidak terhitung banyaknya itu menyertai Dia dalam perjalanNya. Tampaknya cakrawala penuh dengan cahaya yang gemerlapan – berlaksa-laksa dan beribu-ribu laksa.” Tidak ada pena manusia dapat menggambarkan pemandangan ini; tidak ada pikiran fana yang mampu memahami kemegahannya. “KeagunganNya menutupi segenap langit, dan bumi pun penuh dengan pujian kepadaNya. Ada kilauan seperti cahaya sinar cahaya dari sisiNya.” Habakuk 3:3,4. Sementara awan yang hidup itu semakin mendekat, tiap-tiap mata memandang Raja kehidupan. Kini tidak ada mahkota duri yang mengotori kepala yang suci itu; tetapi mahkota kemuliaan bertengger di atas keningNya yang kudus. WajahNya  memancarkan cahaya matahari siang yang menyilaukan. “Dan pada jubahNya dan pahaNya tertulis satu nama, yaitu: RAJA SEGALA RAJA dan Tuan di atas segala tuan.” Wahyu 19:16.

Dengan kepala yang menengadah ke atas, dengan cahaya terang-benderang Matahari Kebenaran yang bersinar ke atas mereka, dengan tempik sorak karena keselamatan mereka tiba, mereka (orang-orang kudus yang hidup), maju ke muka bertemu dengan  sang Mempelai, sambil berkata, “Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan.”

 

Maranata Hal. 288 


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *