Pada 4 Februari 1974, Patricia Hearst yang berusia 19 tahun diculik dari apartemennya di Berkeley, California, oleh satu organisasi yg kejam yang disebut Tentara Pembebasan Simbion, atau SLA. Upaya dilakukan untuk menukar Hearst dengan anggota SLA yang dipenjara, tetapi ketika gagal, SLA meminta agar keluarga Patricia memberikan makanan senilai $ 70 kepada setiap orang yang membutuhkan di California. Patricia Hearst berasal dari keluarga yang sangat kaya. Dia adalah cucu dari raksasa penerbitan William Randolph Hearst dan cicit dari jutawan George Hearst.
Segera setelah Ayahnya memberikan makanan senilai $ 6 juta kepada orang-orang yang membutuhkan di Bay Area, SLA masih menolak untuk melepaskan Patricia (alasannya adalah karena makanan tersebut berkualitas buruk). Kemudian pada tanggal 3 April 1974, Patricia Hearst mengumumkan dalam rekaman audio bahwa dia telah bergabung dengan SLA dan menggunakan nama “Tania”. Dapatkah Anda membayangkan keterkejutan dan sakit hati ayahnya ketika, setelah dua bulan diculik dan setelah memberikan $ 6 juta dolar, anaknya memutuskan untuk tinggal bersama para penculiknya?
Dia kemudian membantu SLA dalam perampokan bank dan ditangkap bersama anggota SLA lainnya. Selama persidangan, dia diwawancarai oleh psikolog yang percaya bahwa dia telah dicuci otaknya karena menunjukkan gejala klasik Stockholm Syndrome. Patricia masih dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman 35 tahun penjara. Hukumannya kemudian diubah menjadi tujuh tahun dan kemudian diubah lagi oleh Presiden Jimmy Carter. Pada tanggal 1 Februari 1979, dia dibebaskan dan kemudian diberi pengampunan penuh oleh Presiden Bill Clinton.
Saat ditahan, para penculiknya mencuci otaknya agar dia berpikir bahwa dia lebih baik bersama mereka.
Dapatkah Anda membayangkan bagaimana perasaan Bapa surgawi kita ketika kita menolak menerima kehidupan kekal dan istana yang Dia tawarkan kepada kita? Apalagi setelah mengirimkan putra satu-satunya Yesus sebagai tebusan untuk mati bagi dosa-dosa kita?
“Bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya” (Ibrani 2: 3, 4).
Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban. 2 Timotius 1:7.
-Doug Batchelor-