mengakui Yesus

DI LEMBAH KWAI

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah” Roma 5:20.

Beberapa tahun yang lalu sebuah film terkenal menggambarkan seorang perwira Inggris yang eksentrik mengarahkan pasukannya, serta semua tahanan Jepang, untuk membangun jembatan kereta api di Thailand. Diambil dari sebuah buku yang telah diterbitkan tentang peristiwa, film itu berjudul The Bridge on the River Kwai.

Dengan jatuhnya Singapura pada Perang Dunia II, pasukan Jepang telah menguasai Asia Tenggara dengan kecepatan kilat. Sekarang mereka menembus Papua dan mengetuk pintu Australia. Hadiah yang lebih besar memberi isyarat di India, tetapi Angkatan Laut Inggris menjaga laut. Sebuah jalur rel membentang ke utara dari Singapura ke perbatasan Thailand, dan satu lagi dari Burma ke India. Jika mereka bisa menghubungkan Chungkai ke Burma, mereka bisa menyerang India melalui darat.

Para tawanan perang dipekerjakan untuk meretas rute melalui hutan. Tanpa alas kaki dan hanya mengenakan celana dalam, mereka bekerja dari 5:30 pagi sampai larut malam dengan suhu 1200F. Dengan penjaga berteriak, “Speedo! Speedo!” kaki mereka tersayat dan memar, agas dan serangga merayap di atas tubuh mereka yang berkeringat, mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan. Jatah makan mereka sedikit, dan orang-orang itu jatuh dan mati seperti lalat karena kehausan, kelelahan, penyakit, dan kelaparan.

Penyelesaian jalur kereta api membutuhkan waktu satu tahun. Pembangunan rel sepanjang 250 mil ini menewaskan lebih dari 100.000 jiwa.

Ketika tawanan sakit, mereka akan dikirim kembali ke Chungkai. Jumlahnya terus membengkak, sampai kamp berisi hampir 8.000 pria yang kelaparan dan rusak. Perkemahan menjadi neraka di bumi, di mana keegoisan, kebencian, dan ketakutan berkuasa; di mana yang lemah diinjak-injak, yang sakit diabaikan, yang mati dilupakan. Semua harga diri menghilang. Orang-orang itu berjuang untuk mendapatkan sisa-sisa makanan, saling mencuri, menunggu seperti serigala manusia untuk merampok orang mati.

Jika ada dosa berlimpah, itu berlimpah di Chungkai. Tetapi ke dalam lubang neraka ini, anugerah Allah mulai menembus, perlahan-lahan dan tanpa disadari tetapi dengan kuat, sampai tempat dosa yang berlimpah menjadi tempat kasih karunia yang melimpah luar biasa.

Ps. William G. Johnsson – Yesus, Hati yang Penuh Kasih Karunia / Jesus a Heart Full of Grace, pg. 31

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *