Salah satu hewan paling aneh di dunia adalah echidna moncong panjang [i-kid-na], atau pemakan semut/anteater berduri. Dengan berat sekitar 20 pon, makhluk nokturnal ini ditemukan terutama di hutan pegunungan yang lembab di New Guinea dan Indonesia. Diselingi dengan bulunya yang berwarna kecoklatan atau hitam terdapat duri-duri tajam dengan panjang yang bervariasi. Duri di tubuhnya dapat tegak berdiri dan lengan dan kakinya bisa ditarik untuk perlindungan, seperti landak.
Di ujung moncongnya yang panjang dan melengkung ke bawah berbentuk tabung, terdapat mulut yang sangat kecil di mana lidahnya yang panjang dapat dengan cepat dikeluarkan dan ditarik kembali. Ia tidak memiliki gigi di mulutnya tetapi ada semacam deretan paku seperti gigi di lidahnya. Echidna mencari makanan dengan moncongnya yang panjang di tanah berlumpur. Mereka mendeteksi adanya cacing atau invertebrata lainnya dengan mengeluarkan arus listrik yang lemah. Lidahnya kemudian melesat keluar dan cacing itu terikat oleh duri-duri pada lidahnya.
Meskipun secara teknis masuk dalam jenis mamalia, echidna betina moncong panjang memiliki telur yang diinkubasi dan ditetaskan di luar tubuh induknya seperti reptil, tetapi kemudian dibawa dan dipelihara dalam kantong kecil seperti marsupial. Mungkin fitur yang paling luar biasa adalah otaknya yang besar dan kompleks dengan kecerdasan tinggi, karakteristik yang tidak terduga pada mamalia paling mirip reptil di dunia. Mereka juga hidup sangat lama, satu telah disimpan di Kebun Binatang London selama lebih dari 30 tahun, dan satu lagi di Kebun Binatang Berlin selama 31 tahun.
Saat ini, echidna moncong panjang adalah spesies yang terancam punah. Beberapa alasan berkurangnya mereka adalah hilangnya habitat hutan akibat penebangan, pertambangan, pertanian dan perburuan tradisional. Daging echidna yang berminyak dinikmati oleh banyak orang di New Guinea.
Pemakan semut/anteater berduri adalah teka-teki bagi evolusionis, karena sepertinya menurut mereka, Tuhan menjadikannya dari sisa bagian yang ada setelah Dia menciptakan semua hewan lain. Terlepas dari banyaknya tulisan media, dunia tidak berevolusi selama jutaan tahun. Kitab Suci menegaskan kebenaran bahwa Allah adalah Pencipta, dan bahwa segala sesuatu di surga dan di Bumi “diciptakan melalui Dia dan untuk Dia.”
Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia. Kolose 1:16.
-Doug Batchelor-