Selama Perang Dunia I, Presiden dan Nyonya Woodrow Wilson memelihara sekawanan domba di halaman Gedung Putih. Domba penghasil wol ini, termasuk Old Ike—domba jantan yang suka mengunyah tembakau—menjaga halaman rumput gedung putih tetap indah. Ini menghemat uang yang akan dihabiskan untuk pemeliharaan. Setiap tahun domba dicukur dan wol mereka dilelang, yang menghasilkan lebih dari $100.000 untuk Palang Merah.
Domba adalah pusat konflik antara Yakub dan ayah mertuanya, Laban, yang sering curang. Sementara Yakub bekerja keras dengan sekuat tenaga untuknya, Laban mengubah upah Yakub hingga sepuluh kali dan mencoba menipu dia.
Tapi Tuhan mengawasi Yakub. Seperti yang dijelaskan Yakub kepada istri-istrinya, jika Laban berkata, “yang berbintik-bintiklah akan menjadi upahmu, maka segala kambing domba itu beroleh anak yang berbintik-bintik; apabila ia berkata: yang bercoreng-corenglah akan menjadi upahmu, maka segala kambing domba itu beroleh anak yang bercoreng-coreng.” (Kejadian 31:8).
Yakub kemudian mengambil semua miliknya dan diam-diam meninggalkan Laban. Laban, tidak senang dengan cara Yakub pergi, mengejarnya selama seminggu penuh dan akhirnya berhasil menyusulnya.
Kata-kata pahitpun tercurah, tetapi akhirnya mereka membuat perjanjian. Laban, seorang kafir, berkata saat berpisah, “TUHAN kiranya berjaga-jaga antara aku dan engkau, apabila kita berjauhan”. Dia meminta Yakub untuk bersikap baik kepada putrinya, dan kedua pria itu setuju untuk tidak pernah menyakiti satu sama lain.
Karena Tuhan telah berbelas kasih dan mengampuni Yakub, diapun memaafkan Laban, yang telah berbuat curang kepadanya.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Matius 5:44.
-Doug Batchelor-