Berbuah dalam Roh
Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah. Kej. 5:25.
Kesalehan adalah buah yang dihasilkan oleh tabiat Kristiani. Bila kita tinggal di dalam Pokok Anggur itu, kita akan menghasilkan buah-buah Roh. Kehidupan Pokok Anggur itu akan nyata melalui cabang-cabangnya. Kita harus memiliki suatu hubungan yang dekat dan erat dengan surga, jika kita memiliki anugerah kesalehan. Yesus harus menjadi tamu di dalam rumah tangga kita, menjadi anggota dari seisi rumah kita, jika kita memantulkan peta-Nya dan menunjukkan bahwa kita adalah putra-putri Yang Mahatinggi.
Agama merupakan suatu perkara yang indah di dalam rumah tangga. Jika Tuhan tinggal bersama kita, kita akan merasakan bahwa kita adalah anggota keluarga Kristus dalam surga. Kita menyadari bahwa para malaikat sedang mengawasi kita, dan sikap kita akan menjadi lembut dan sabar. Kita akan mempersiapkan diri? untuk memasuki istana surga, dengan mengembangkan kesopanan dan kesalehan. Percakapan kita menjadi suci,dan pikiran akan diarahkan kepada perkara-perkara surga.
Henokh hidup bergaul dengan Allah. Dia memuliakan Allah dalam setiap perkara hidup. Di rumah tangganya dan dalam segala usahanya, dia selalu bertanya, “Akankah ini berkenan kepada Tuhan?” Dan dengan mengingat Allah, dan mengikuti nasihat-Nya, tabiatnya diubahkan, dan menjadi seorang yang saleh, yang segala perbuatannya berkenan bagi Tuhan. O, alangkah pentingnya langkah ini kita lakukan, menambahkan kualitas ini ke dalam tabiat kita. Di dalam banyak rumah tangga yang terlihat adalah roh kekerasan dan pertengkaran. Kata-kata yang mengkritik dan tindakan yang tak berbelas kasihan berlawanan bagi Allah. Kata-kata yang memerintah dan sikap-sikap congkak dan memaksa tidak berkenan kepada Allah. Alasan mengapa terdapat banyak perbedaan di antara saudara-saudara adalah karena mereka gagal memupuk kebaikan kepada sesama saudara. Kita harus menunjukkan kasih itu kepada orang-orang lain karena Kristus telah menunjukkannya kepada kita.
Tuhan di surga menilai manusia sesuai dengan nilainya yang sebenarnya. Bila dia tidak baik kepada anggota keluarganya di dunia ini, dia tidak layak untuk rumah yang di surga. Bila ia hanya mau melaksanakan kemauannya, tak peduli siapa yang jadi bersedih karenanya, dia tidak akan puas di surga, kecuali dia sendiri yang memerintah di sana. Kasih Kristus harus mengendalikan hati kita, dan damai Allah akan tinggal di rumah kita.—Review and Herald, 21 Feb. 1888.
Kamu Akan Menerima Kuasa, hlm. 90