LAGU KAREN

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Tetapi aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh banyak orang” Mazmur 22:7.

Wahai! Dan apakah Penebusku mencurahkan dara? Dan apakah Rajaku mati? Apakah Dia mau menyerahkan kepala yang suci itu dikorbankan bagi seekor ulat seperti saya?” demikian tulis Isaac Watts dalam salah satu lagu yang terkenal. Sejak saat itu, beberapa orang telah berhenti ketika sampai pada baris terakhir.

Pada masa sekarang ini, ilmu kejiwaan tentang merasa baik dan kesadaran diri, teologi tentang “ulat” yang kuno sudah ditinggalkan. Satu generasi yang menyangkal akan adanya dosa-dosa yang timbul, tentu saja tidak ingin merasakan ekspresi semacam itu.

Namun dari sudut pandang Alkitabiah, Isaac Watts itu benar sekali. Berita baik mengenai Allah dimulai dengan kabar buruk mengenai diri kita. Di hadapan-Nya semua kebenaran kita hanyalah kain kotor. Di dalam diri kita sendiri tidak adal sesuatu pun yang dapat kita hadapkan kepada-Nya. Tidak ada. Kita ini sesungguhnya cuma ulat-ulat. Sampai kita mengakui kebutuhan kita yang terbesar, Firman yang dapat memenuhi kasih karunia-Nya.

Ada sisi lain yang menyebabkan perasaan seperti seekor ulat, dan aspek ini memiliki kualitas yang mahatinggi dan dahsyat.

Dalam penerbangan panjang ke negeri lain, ketika saya sudah lelah membaca, saya mengambil alat pendengar untuk mendengarkan musik-musik yang diperdengarkan. Satu suara dari suatu generasi yang sudah berlalu—menarik, menimbulkan nostagia, dengan sedikit kepedihan—sedang diperdengarkan di sound sistem. Saya melihat ke layar, kepada pemimpin acara dan membaca nama program yang tertera, ternyata memang merupakan pilihan dari lagu-lagi Karen dan Richard Carpenter.

Karen Carpenter—kisahnya mengingatkan saya kembali kepada seseorang, ketika saya mendengar suara yang bening itu lagi. Karen, yang didampingi oleh saudara laki-lakinya, Richard, pernah mencapai tangga sukses sebagai seorang artis rekaman tahun 1970, dan telah berhasil menjual lebih dari 100 juta album sampai tahun 1990. Menarik dan memikat, dia adalah idola gadis-gadis muda. Di balik nama besar yang telah disandangnya, sebenarnya Karen itu memiliki rasa rendah diri. Kalau dia melihat cermin, gadis muda yang memikat ini, hanya berpikir betapa buruk penampilannya. Tahun 1983, Karen yang pada waktu itu berusia 32 tahun, meninggal dunia karena penyakit jantung akibat dari anorexia nervosa (suatu penyakit kejiwaan tidak memiliki selera makan). Selama beberapa tahun dia membiarkan dirinya sendiri kelaparan. Pada waktu itu, penjelasan tampaknya tidak mungkin dapat diterima, tetapi sejak kematian Karen yang tragis, kondisi semacam ini dapat dikenali dengan baik, sebagai suatu pergumulan yang dialami oleh gadis-gadis muda yang lainnya.

Sisi lain dari teologi “ulat” adalah satu-satunya yang saya ingin dengar dapat ditemukan oleh Karen Carpenter. Di pandangan Allah, kita ini bukan ulat-ulat. Kita ini adalah orang-orang yang memikat, berharga, istimewa, kita cantik. Kita ini adalah ratu-ratu dan pangeran-pangeran dari Raja yang di surga.

Ps. William G. Johnsson – Hati yang Berlimpah Kasih Karunia, hlm.  97

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *