Amazingfacts.id: Salju turun dengan lembut di antara pepohonan, bulan tertidur di balik awan yang bergulung-gulung.
dari keluarga protestan
Di kejauhan, sebuah cahaya kecil namun terang menyala dari sebuah tiang lampu di tengah-tengah hutan yang gelap, satu-satunya cahaya yang terlihat di sana. Seorang anak laki-laki kecil berjalan di atas air yang mengalir, kaus kaki wolnya basah kuyup.
Meskipun ia melihat cahaya, entah mengapa ia menjauh dari cahaya itu. Dia berjalan berputar-putar, secara zig-zag, ke segala arah yang mungkin kecuali ke arah cahaya itu. Dan dia tidak sampai ke mana-mana. Ini adalah pengalaman C.S. Lewis sebagai seorang ateis muda.
Terlahir dalam keluarga Protestan, Lewis gemar membaca sejak usia dini. Karena cacat lahir pada sendi ibu jarinya, ia lebih banyak bekerja secara mental daripada fisik, dan dengan demikian, ia mengembangkan imajinasi yang hidup dan kecerdasan yang tajam.
kekecewaan yang melandanya
Pada gilirannya, ia memandang dunia dengan buruk, penuh dengan keterbatasan dan kesalahan yang merusak. Bagaimana mungkin Tuhan menciptakan tempat seperti itu? Akibatnya, Lewis mulai mencintai dongeng-dongeng di kepalanya, yang ia tahu tidak akan pernah bisa ia miliki sepenuhnya, lebih dari realitasnya yang suram.
Hal ini membuatnya menjadi seorang pesimis pemula. Lewis menganggap Tuhan sebagai jin yang memberikan keinginan melalui doa. Jadi ketika ibunya jatuh sakit karena kanker, Lewis merasa kecewa. Ketika dia berusia sembilan tahun, ibunya meninggal dunia.
Di sekolah asrama, melalui doa-doa malamnya, sebuah pengalaman yang kompleks dan megah yang tidak pernah bisa ia capai. Di sekolah lanjutan, ia diperkenalkan dengan ilmu gaib, sebuah praktik yang menggairahkan imajinasinya yang sudah aktif.
marah pada tuhan
Di antara para profesornya, Kekristenan adalah fase yang tidak menguntungkan yang dilalui umat manusia sebelum mencapai tahap pencerahan yang lebih tinggi.
Jadi dengan keyakinan idealis ini, sebuah lensa yang terdistorsi yang sebagian besar merupakan hasil karyanya sendiri, C.S. Lewis, sebagai seorang remaja, menjadi seorang ateis. Meskipun ia merasa lega karena telah melepaskan diri dari kuk agama, namun pada saat yang sama ia juga “marah kepada Tuhan.
Ia marah kepadaNya karena telah menciptakan dunia” (Surprised by Joy, hal. 115). Dalam keadaan yang bertolak belakang inilah Lewis mulai menyadari beberapa hal yang sangat aneh tentang dirinya sendiri.
Renungkanlah: Pemahaman C.S. Lewis muda tentang Allah tampaknya berasal dari berbagai sumber: guru-gurunya, asumsi-asumsinya sendiri, dan dunia di sekelilingnya. Dari manakah persepsi Anda tentang Allah berasal?
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku. Mazmur 119:105.