“Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku” Kisah 27:23.
Paulus adalah penceramah, dan ia membicarakan sekumpulan jiwa yang putus asa. Mereka semuanya berjumlah 276, dan selama 14 hari siang dan malam yang mengerikan mereka tampaknya hendak masuk ke dalam kuburan air, ketika kapal yang mereka naiki terhempas, terpukul, terkurung dalam badai yang keras.
Pelayaran itu memang telah berisiko sejak permulaan. Paulus telah memperingatkan bahwa pada tahun itu mereka sudah terlambat untuk mencoba memaksakan lebih jauh melintasi Laut Tengah. Tetapi yang memimpin saat itu lebih mengikuti nasihat jurumudi dan nakhoda kapal itu daripada nasihat Paulus, dan bencana telah mengincar mereka.
Selama 14 hari mereka putus asa. Semua harapan selamat tampaknya lenyap. Tetapi kemudian Paulus menenangkan mereka. Ia memberitahu mereka bahwa seorang malaikat telah mendatanginya pada malam itu, meyakinkan dia bahwa Allah akan menyelamatkan semua orang di kapal, meskipun kapal itu sendiri akan hilang. Untuk menunjukkan keyakinan, Paulus mengambil makanan (karena berjuang untuk bertahan hidup, mereka belum makan selama ini), dan mendesak mereka untuk melakukan hal yang sama.
Saya suka dengan cara Paulus menjelaskan hubungannya dengan Allah: “yang aku sembah sebagai milik-Nya.” Di situlah terletak jaminannya bahwa semua akan baik-baik saja; di situlah kita mendapati sumber kekuatannya di tengah ketidakpastian, ketenangannya meskipun badai tengah menderu-deru di sekelilingnya.
Ini masih tetap merupakan ringkasan kehidupan Kristen yang baik dan akurat: Saya milik Allah, dan saya melayani Dia. Kita bisa juga membacanya: Saya milik Allah oleh sebab itu, Saya melayani Dia.
Bertahun-tahun sebelumnya, rasul yang sama yakni Paulus telah menulis pada orang-orang Korintus, mendesak mereka untuk menjauhkan diri dari kejahatan seksual: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu” (1 Korintus 6:19, 20). Dan bagaimana dengan kita hari ini—apakah kita mendapatkannya? Kita ini bukan milik kita sendiri, tidak bebas “melakukan perkara-perkara kita sendiri.” Kita ini milik Allah! Kita dibeli dengan sebuah harga, harga yang tinggi, bahkan dengan hidup Yesus Kristus.
Paulus kerap menggunakan istilah duolos untuk menjelaskan hubungan ini. Itu artinya budak atau hamba, sebagaimana dalam Roma 1:1 : “Dari Paulus, hamba Kristus Yesus.” Yesus adalah Tuhan; kita adalah hamba-Nya. Kita hidup bagi Dia; kita melayani Dia.
Tidak dengan enggan hati tetapi dengan suka hati. Ia adalah Tuhan yang penuh kasih; dengan sukacita kita menyerah, dengan gembira kita melayani.