“Dan . . . tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.” Ibrani 9:22
Setelah dosa masuk ke dunia ini, Tuhan menetapkan pengorbanan hewan untuk melambangkan misi Juruselamat yang akan datang (Kejadian 4:4). Sistem lambang ini mendramatisasi cara di mana Allah Anak akan membinasakan dosa.
Karena dosa adalah suatu pelanggaran hukum Allah, maka umat manusia harus menghadapi kematian (Kejadian 2:17, 3:19; 1 Yohanes 3:4; Roma 6:23). Hukum Allah menuntut nyawa orang berdosa. Namun dalam kasih Allah yang tidak terbatas itu, Ia mengaruniakan AnakNya “yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal” (Kejadian 3:16). Sungguh suatu tindakan merendahkan diri yang tiada taranya! Bayangkan Allah Anak yang abadi, Ia sendiri membayar hukuman dosa yang seharusnya menjadi tanggungan orang lain, supaya dengan demikian Ia dapat memberikan pengampunan dan perdamaian dengan Keallahan itu.
Setelah bangsa Israel keluar dari Mesir, persembahan korban diselanggarakan di dalam Bait Suci sebagai suatu bagian hubungan perjanjian antara Allah dengan umat-Nya. Musa membangun kaabah itu sesuai dengan pola yang terdapat di surga. Bait Suci dengan segala pelayanan yang dilakukan di dalamnya dibuat untuk menggambarkan rencana keselamatan (Kejadian 25:8,9,40; Iberani 8:1-5).
Untuk memperoleh pengampunan, orang berdosa yang bertobat harus membawa persembahan korban hewan yang tidak bercacat, yang melambangkan Juruselamat yang tidak berdosa itu. Kemudian orang berdosa tersebut akan menumpangkan tangannya di atas binatang, seraya mengakui dosa-dosanya (Imamat 1:3,4). Tindakan ini melambangkan pemindahan dosa dari yang bersalah kepada korban yang tidak bersalah itu, dimana ini semua menggambarkan sifat penganti dari korban itu.
Karena “tanpa pertumpahan darah tidak ada pengampunan” dari dosa-dosa (Iberani 9:22), maka orang berdosa mengorbankan binatang tersebut, sehingga sifat dosa yang mematikan itu terlihat dengan nyata. Sunggh suatu cara yang menyedihkan untuk mengungkapkan harapan kita, tetapi inilah satu-satunya cara orang berdosa untuk menyatakan imannya.
Perjanjian Baru mengakui Yesus Kristus, Anak Allah sebagai “Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Marilah kita terima Dia dengan iman, sehingga keselamatan itu akan menjadi bagian kita masing -masing.
Kathleen-Jonathan Kuntaraf