renungan

PERHATIAN YANG DIPENUHI KASIH DALAM RUMAH TANGGA

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

 Jalan Menuju Kebanagiaan yang Selalu Terbuka

Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita. 1 Yohanes 4:12

Jadikanah suasana rumah tanggamu harum semerbak dengan hati yang Iemah lembut dan suka memperhatikan orang lain.

Rumah tangga haruslah menjacii pusat kasih sayang, dan kebahagian haruslah dihargai dengan tekun setiap hari, sehingga perkara-perkara yang indah ini tinggal dalam hati mereka yang membentuk keluarga.

Sebab musabab mengapa begitu banyak pria dan wanita yang kejam di dunia zaman ini adalah karena kasih sayang sejati telah dipandang lemah dan hati telah tawar dan tertekan. Bagian terbaik dari sifat-sifat orang yang tergolong kelompok ini telah rusak dan kerdil tumbuhnya pada masa kanak-kanak, dan kecuali terang ilahi dapat mencairkan sifat dingin dan hati keras yang mementingkan diri sendiri, maka kebahagiaan orang itu akan terkubur selama-lamanya. Jika kita mau memiliki hati yang lemah lembut, seperti Yesus waktu Ia hidup di dunia ini, dan mempunyai belaskasiahan yang suci, sebagaimana halnya malaikat-malaikat mengasihi orang-orang berdosa yang fana, maka kita harus memupuk rasa belaskasihan seperti kanak-kanak yang sederhana.

Pujilah anak-anakmu bilamana engkau dapat melakukannya. Jadikanlah hidup mereka berbahagia sedapat-dapatnya … jagalah  tanah hati itu tetap lembut dengan menyatakan cinta dan kasih sayang, dengan demikian menyediakan tempat untuk benih kebenaran. .  . Tuhan memberi kepada dunia ini bukan saja embun dan hujan, tetapi juga sinar matahari yang indah dan senyum, yang menjadikan benih itu bertunas dan bunga-bunga mengembang.

Pandangan yang menguatkan hati atau pujian yang diucapkan sepintas Ialu akan menjadi seperti sinar matahari dalam hati mereka, dan sering menjadikan waktu sepanjang hari sebagai hari kesenangan.

Kebahagiaan suami dan anak-anak haruslah lebih suci terhadap setiap isteri dam ibu dari pada terhadap siapapun juga.

Hidupku Kini, hal. 175


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *