Pada saat membandingkan kerajaan surga dengan sebuah permata, Kristus ingin menuntun setiap jiwa menghargai permata itu di atas segalanya. Kepemilikan permata itu, yang berarti memiliki Juruselamat pribadi, merupakan simbol kekayaan sejati. Itu adalah kekayaan di atas setiap harta di dunia.
Kristus siap menerima semua orang yang datang kepadaNya dalam ketulusan. Ia adalah pengharapan kita satu-satunya, Alfa dan Omega kita. Ia adalah kebenaran kita. Hanya dengan kekuatanNya hati kita dapat dipelihara.
Pada satu kesempatan Kristus memperingatkan para muridNya untuk berhati-hati bagaimana mereka memberikan permata di hadapan orang-orang yang tidak memiliki ketajaman untuk menghargai nilainya. “Jangan memberikan yang suci kepada anjing,” kataNya, “jangan pula memberikan permata-permatamu kepada babi, kalau tidak mereka akan menginjak-injak di bawah kakinya, dan kemudian menyerangmu.”
Ketika orang-orang memperlihatkan diri tak menyukainya, tak mampu menghargai permata yang mahal itu; ketika mereka memperlakukan Allah dan orang lain dengan tidak jujur; ketika mereka mempertunjukkan bahwa buah yang mereka hasilkan adalah dari pohon terlarang, berhati-hatilah kalau tidak, bila bergaul dengan mereka, kau akan kehilangan hubungan dengan Allah.
Kebenaran sebagaimana di dalam Yesus meluruskan kita dan menjaga kita tetap demikian. Kebenaran adalah jangkar jiwa, kokoh dan pasti. Tetapi kebenaran bukanlah kebenaran kepada mereka yang tidak menurutinya. Ketika pria dan wanita menyimpang dari prinsip-prinsip kebenaran, mereka selalu mengkhianati kepercayaan yang suci. Biarlah setiap jiwa, dalam pengaruh tindakan mana pun, memastikan bahwa kebenaran ditanamkan di dalam hati oleh kuasa Roh Allah. Kecuali ini dipastikan, mereka yang mengkhotbahkan Firman akan mengkhianati kepercayaan kudus. Para dokter akan merusakkan iman. Para pengacara, para hakim, para senator, akan jadi jahat, dan berserah pada penyuapan, akan membiarkan diri sendiri dibeli dan dijual. Mereka yang tidak berjalan dalam terang sebagaimana Kristus dalam terang adalah para pimpinan buta dari orang-orang buta, “Mereka itu awan tanpa kandungan air, terbawa angin; pohon-pohon yang buahnya layu, tanpa buah, dua kali mati, dicabut akarnya.”
Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu. Matius 13:45, 46.
-Suara Hati Nurani, Hlm. 117-