Menurut legenda, Gordius adalah seorang petani Yunani yang menjadi raja Frigia—karena dia adalah orang pertama yang berkendara ke kota setelah utusan dewa memerintahkan orang-orang sebangsanya untuk memilih sebagai penguasa orang yang pertama yang akan berkendara ke alun-alun dengan kereta!
Sebagai rasa terima kasih, Gordius mendedikasikan keretanya kepada dewa Zeus dan mengikat lidah kereta dengan aman di hutan sebuah kuil dengan tali tebal yang kuat. Simpul itu terikat begitu rumit sehingga tidak ada yang bisa membukanya. Banyak yang mencoba, tetapi semuanya gagal. Namun seorang nabi mengatakan bahwa siapa pun yang berhasil melepaskan ikatan yang sulit itu akan menjadi penguasa seluruh Asia.
Mendengar ini, Alexander Agung yang gagal melepaskan simpul Gordian yang rumit ini, menghunus pedangnya dan memotongnya dengan satu ayunan. Alexander, tentu saja, kemudian menjadi penguasa Asia dan sekitarnya. Ungkapan “memotong simpul Gordian” kemudian diasosiasikan sebagai penyelesaian masalah yang sulit dengan tindakan cepat dan tegas.
Tetapi Alexander Agung memiliki masalah sulit lainnya. Dia adalah penguasa Makedonia pada usia 16 tahun, seorang jenderal tak terkalahkan pada usia 18 tahun, dan menjadi raja pada usia 20 tahun—lalu apa yang terjadi dengan raja besar itu? Setelah Alexander memulai malam pesta pora kedua di Babel dengan 20 tamu, dia minum untuk kesehatan setiap orang yang duduk di meja.
Untuk memuji Proteas, seorang Makedonia yang ada bersamanya, Alexander meminta cangkir Hercules, cangkir dengan kapasitas besar. Setelah diisi, dia meminum semuanya. Dia lalu jatuh ke lantai, demam, dan—beberapa hari kemudian—mati. Dia telah menaklukkan dunia yang dikenal saat itu, tetapi bukan dirinya sendiri.
Tidak banyak pujian untuk raja-raja di Bumi. Daud menantikan satu masa ketika, “Semua raja di bumi akan bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, sebab mereka mendengar janji-janji dari mulut-Mu, mereka akan menyanyi tentang jalan-jalan Tuhan, sebab besar kemuliaan Tuhan.” (Mazmur 138:4, 5).
Bergabunglah dengan suara Anda dalam memuji Penguasa alam semesta kita dan jadikan Tuhan sebagai raja di hati Anda.
Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba, bunyinya: “Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa! Wahyu 15:3.
-Doug Batchelor-