Datangnya Roh Kudus
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku. Wahyu 3:20
Semua orang mulai dari yang tertua sampai kepada yang paling muda perlu diajar oleh Allah. Boleh jadi kita diajar oleh manusia untuk menemukan kebenaran dengan jelas, tetapi Allah sendiri dapat mengajarkan hati untuk menerima kebenaran dengan aman. Tuhan sedang menunggu dengan sabar guna mengarahkan setiap keinginan jiwa yang mau diajar. Kekeliruan tidak berada dipihak Penasihat, Guru Terbesar sepanjang abad yang pernah kita kenal, melainkan pada pelajarnya sendiri yang berpegang pada kesan dan pertimbangannya sendiri, dan yang tidak mau menyerahkan teori manusia dan dengan rendah hati datang untuk diajar. Ia tidak akan membiarkan angan-angan dan hatinya untuk diajar, didisiplin dan dilatih—bekerja sebagai seorang pekerja di atas dunia, sementara sang arsitek mendirikan bangunan itu. “Kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah” (1 Kor 3:9).
Setiap orang perlu bekerja, dibentuk dan dipoles agar serupa dengan Ilahi. Kristus mengatakan kepada Anda semua, sahabat-sahabat-Ku orang muda, orang tua kebenaran abadi, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, dia tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia” (Yoh 6:53-56). Kristus berkata, “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup” (ayat 63).
Mereka yang meneliti Kitab Suci dan bersungguh hati mencari pengertian dari dalamnya, akan menyatakan penyucian Roh melalui kepercayaan yang diyakini, karena mereka memasukkan ke dalam hati satu-satunya kebenaran, sehingga memiliki iman yang bekerja oleh kasih dan pengudusan jiwa. Otot dan urat rohani mereka dikuatkan oleh Roti Hidup yang mereka kecap.
Kamu Akan Menerima Kuasa, hlm. 34