Oleh Clair Sanches
Jadi Bagaimanakah Kita Bisa Mengatasi Ketakutan Orang Tua?
Anak pertama kami baru saja lahir. Kami adalah orang tua baru pada awal petualangan. Kami menggunakan waktu sepanjang malam untuk bertanggung jawab atas kehidupan manusia. Anak kami tidak bisa makan sendiri, tidak bisa membersihkan dirinya sendiri, dan benar-benar bergantung pada kami. Bukankah itu sangat menakutkan? Kami menyadari bahwa dengan semua pemahaman kami tentang pengasuhan anak, kami tidak diperlengkapi dengan sempurna untuk pekerjaan itu dan membutuhkan nasihat dari orang lain.
Mungkin pembaca yang adalah orang tua baru merasakan hal yang sama. Jadi mengapakah kita mencari bantuan? Mungkin Anda telah meminta nasihat dari teman-teman yang berpengalaman, atau mengikuti kursus membesarkan anak, atau membaca buku pengasuhan anak. Mengasuh anak adalah pekerjaan yang paling penting di dunia, tetapi juga merupakan sesuatu yang memiliki paling sedikit kualifikasi.
Seperti orang tua dengan beberapa anak akan memberi tahu Anda, setiap anak berbeda. Apa yang berhasil untuk satu tidak selalu berhasil untuk yang lain. Saya punya bibi dan paman yang punya 10 anak. Bibi saya sering berkata bahwa setiap anaknya berbeda satu dengan yang lain.
APAKAH YANG MENAKUTKAN?
Apakah yang dapat menakutkan tentang membesarkan anak-anak? Alkitab menggambarkan anak-anak sebagai “milik pusaka dari pada Tuhan” (Mzm. 127: 3). Namun secara alami, membesarkan anak-anak memancing tingkat kecemasan tertentu. Merasakan beberapa kecemasan dan ketakutan adalah wajar di dunia ini. Pada saat menulis artikel ini, seluruh planet dicengkeram oleh pandemi virus corona, menyebarkanketakutan dan kematian. Karena dosa, dunia ini penuh dengan risiko dan tantangan, sehingga wajar bagi orang tua untuk takut pada waktu-waktu tertentu. Tetapi ada perbedaan besar antara mengalami kecemasan dan ketakutan serta membiarkannya mengambil alih hidup kita sepenuhnya.
Tidak seorang pun dari kita yang ingin menjadi orang tua penuh kecemasan; kita ingin menjadi orang tua yang penuh kasih. Dan jujur saja, kita semua pernah membuat kesalahan. Kita tidak sempurna, dan kita hidup di dunia yang hancur. Kita semua memiliki temperamen yang berbeda, dan keanekaragaman ini juga bercampur aduk. Beberapa dari kita secara alami lebih cemas, sementara yang lain tampaknya menerima begitu saja saat masalah datang.
Tergantung pada situasi spesifik Anda, termasuk di mana Anda tinggal, ketakutan Anda akan berbeda dari yang lain. Anda mungkin khawatir akan keselamatan anak Anda atau khawatir dari mana mendapatkan makanan berikutnya untuk keluarga Anda. Mungkin anak Anda diganggu, atau Anda berjuang untuk memenuhi kebutuhan khusus anak Anda. Anda mungkin tinggal di negara di mana senjata dapat diakses
dan membahayakan, atau Anda mungkin merupakan keluarga migran yang sedang dalam pelarian.
Yang lainnya, ketakutan Anda mungkin melibatkan jumlah waktu yang dihabiskan anak Anda di internet. Sebagai orang Kristen, kita mungkin khawatir tentang apakah anak kita akan mengikuti Yesus.
APAKAH JAWABANNYA?
Jadi bagaimanakah mungkin orang tua membesarkan anak tanpa merasa takut dan kewalahan oleh tanggung jawab besar yang menyertainya?
Anda dapat mulai dengan menentukan apa ketakutan dan kecemasan pribadi Anda. Menuliskan ketakutan dan kecemasan spesifik Anda akan membantu Anda untuk fokus di mana Anda saat ini dalam hal emosi Anda. Ini membantu merealisasikan ketakutan. Begitu ada sesuatu di atas kertas, itu cenderung mengurangi cengkeraman rasa takut di pikiran Anda. Tanyakan kepada diri sendiri, “Apakah ketakutan ini
realistis? Apakah ada yang bisa saya lakukan untuk mengubah ini? Apakah saya cukup khawatir?”
Sebagai orang Kristen, kita bisa membawa semua ketakutan dan kecemasan kita kepada Tuhan. Sungguh luar biasa bahwa betapa banyak wawasan yang bisa kita dapatkan dengan cara itu. “Bapa surgawi kita memiliki ribuan cara untuk menyediakan bagi kita, yaitu kita yang tidak tahu apa-apa.” The Desire of Ages (Mountain View, Calif.: Pacific Press Pub. Assn., 1898, 1940), hlm. 330.
Ketika kita memercayai Allah akan anak kita, kita juga harus memercayai-Nya untuk membantu kita menjadi orang tua terbaik yang kita bisa. Melihat hal itu sebagai petualangan bersama dengan Tuhan. Selama petualangan, hal yang tak terduga akan terjadi—tetapi kita tidak sendirian.
Selanjutnya, kita dapat membagikan perasaan kita dengan pasangan kita atau teman yang bisa dipercaya. Terkadang berbicara dengan orang lain membantu kita mendapatkan perspektif baru dan mengurangi tingkat kecemasan kita.
Penting juga untuk meluangkan waktu dan fokus agar tetap sehat melalui latihan fisik, latihan pernapasan dan sebagainya.Kesehatan fisik yang baik membantu meningkatkan kesehatan mental.
KASIH DAN BIMBINGAN
Salah satu mantan profesor saya menyimpulkan tentang mengembangkan sebuah keluarga dengan dua kata: kasih danbimbingan. Ini harus dinyatakan dalam kehidupan anak Anda, menunjukkan kasih sayang, dapat diprediksi dan stabil dalam kehidupan mereka, dan mendorong mereka. Anak-anak perlu tahu bahwa Anda ada untuk mereka. Hormati anak-anak Anda dan bantu mereka menghormati orang lain. Bicaralah dengan anak-anak Anda, dan dorong mereka untuk membagikan pemikiran dan perasaan mereka juga kepada Anda.
Terutama tunjukkan pada mereka kasih Tuhan. Anak-anak belajar mengenal Tuhan melalui Anda. Mereka akan melakukan kesalahan, tetapi itu tidak berarti kita berhenti mengasihi mereka. Kasih dan bimbingan juga melibatkan penetapan batasan realistis untuk anak-anak Anda. Beri mereka tugas, tanggung jawab, dan bimbingan dalam hidup sehat. Ajari mereka tentang hidup secara etis dan moral, menggunakan prinsip-prinsip Tuhan. Cara terbaik untuk memperlengkapi anak-anak kita agar hidup dengan baik adalah dengan mempraktikkan apa yang kita khotbahkan. Anak-anak melihat apa yang kita lakukan lebih baik daripada mereka mendengar apa yang kita katakan.
Menjadi orang tua yang baik membutuhkan kasih dan kebijaksanaan. Kita harus membuat keputusan secara sadar untuk terus mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana menjadi orang tua yang baik. Dibutuhkan disiplin diri dan komitmen. Tidak peduli bagaimana anak-anak kita berubah dalam kehidupan, ingatlah bahwa mereka semua adalah hadiah dari Tuhan. Kita hanya melayani mereka. Seperti yang dijanjikan dalam Mazmur 127: 3, ketika kita berkomitmen pada Tuhan, memperlengkapi diri kita sebagai orang tua, peka terhadap kebutuhan anak-anak kita, dan menuntun mereka ke tahta Tuhan—kita memberi mereka awal terbaik yang kita bisa dalam hidup. Kita dapat percaya kepada Allah dan janji-janji-Nya (lihat Mat. 11: 28–30; Ibr. 4: 15, 16; Yak. 1: 5, 6). Tuhan mengasihi anak-anak kita lebih dari yang kita mampu, dan Dia juga akan bersama mereka dan melakukan yang terbaik untuk mereka.
Kita tanpa rasa takut dapat menempatkan diri kita dan anak-anak kita ke dalam tangan-Nya.