TIADA KUTARUH DI DEPAN MATAKU PERKARA DURSILA

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Menjaga Jalan-jalan Menuju Jiwa

Tiada kutaruh didepan mataku perkara dursila; perbuatan murtad aku benci, itu takkan melekat padaku. Mazmur 103:3

Semua orang harus menjaga inderanya, supaya setan tidak mengalahkan mereka; karena indera itulah yang menjadi jalan masuk menuju jiwa.

Hindarkanlah membaca dan melihat hal-hal yang akan menanamkan kesan yang najis terhadap pikiran. Peliharalah kekuatan moral dan kecerdasan.

Tempat-tempat kepelisiran yang paling berbahaya adalah gedung bioskop. Gantinya menjadi sekolah yang memberikan pengajaran moral dan kebaikan, malah sering menjadi gedung persemaian kebajatan. Kebiasaan yang keji dan kecenderungan berdosa dikuatkan dan didorong oleh hiburan-hiburan ini. Nyanyian-nyanyian yang rendah mutunya, gerak-gerik yang mengobarkan nafsu dan cara-cara yang cabul merusak angan-angan hati dan merendahkan akhlak. Setiap orang muda yang biasa memasuki pertunjukan demikian akan rusak pendiriannya. Tidak ada pengaruh yang lebih kuat di negeri kita ini yang meracuni angan-angan hati, membinasakan kesan-kesan agama, dan menumpulkan kesenangan hati yang sehat dan kenyataan hidup yang tabah lebih dari pada kesenangan menonton bioskop.

Kesukaan akan adegan-adegan ini menambahkan pemanjaan nafsu makan, sebagaimana bertambahnya keinginan menggunakan minum-minuman yang memabukkan. Satu-satunya cara yang baik ialah menghindarkan diri dari gedung bioskop, sirkus, dan semua tempat hiburan yang meragukan.

Banyak rekreasi yang sangat menguntungkan pikiran dan tubuh. Pikiran yang terang dan berakal budi akan mendapat hiburan dan kesenangan yang Iimpah dari sumber-sumber yang tidak hanya menguntungkan, tetapi juga bersifat mendidik. . . . Allah yang besar, yang kemuIiaanNya memancar dari sorga, yang tangan ilahiNya menopang jutaan planet, adalah Bapa kita. Dengan mengasihi Dia, percaya kepadaNya, sebagaimana anak-anak kecil yang yakin dan beriman, Ia akan menerima kita sebagai putera-puteriNya, dan kita akan menjadi pewaris dari segala kemuliaan dunia yang kekal yang tiada taranya itu.

Hidupku Kini, hal. 88


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *