TOKOH YANG LAYAK DITIRU

Belajar Alkitab
Mari bagikan artikel ini

Kita berada dalam suatu masyarakat pemuja tokoh-tokoh. Mereka yang diidolakan pada abad kedua puluh satu
adalah para bintang olahraga, musisi pop, Hollywood, dan para eksekutif bisnis yang memiliki jutaan dolar. Namun
ketika kita memikirkannya dengan serius, salah satu bintang pada suatu generasi akan segera menjadi kenangan jauh. Sinar lampu yang menyinari papan iklan dunia ini meredup dengan cepat. Dengan memakai kaus yang ditulis “Superhero for Hire” seolah-olah membuat kita berpikir bahwa banyak dari antara
kita akan menjadi bintang.

Dalam pelajaran Alkitab bulan ini kita akan mempelajari dua tokoh Alkitab yang layak untuk ditiru, dan juga mempelajari mengenai DIA yang berdiri sebagai tempat bersandar dari semua makhluk di bumi ini. Peninggalan mereka telah bertahan selama ribuan tahun, dan tetap bersinar cerah meskipun generasinya telah berlalu.

Daniel dan Yusuf adalah dua tokoh yang menjadi contoh bagaimana cara Tuhan memberkati orang-orang yang percaya kepada-Nya tanpa syarat, yang menyerahkan hidup mereka kepada-Nya dengan sepenuhnya, dan mengikuti petunjuk-Nya di mana pun Ia memimpin mereka dengan sukarela. Meskipun dedikasi mereka berada di bawah standar ideal yang ditetapkan oleh Kristus yang hidup, yang mengungkapkan makna sesungguhnya untuk benar-benar berkomitmen pada kehendak Bapa.

1. Bagaimanakah Daniel membedakan dirinya dari pemuda lain di Babel? Baca Daniel 1:8 dan bandingkan sikap Daniel sebagai seorang remaja dengan orang-orang yang ada pada akhir hidupnya di Daniel 6:4, 5, 10.
Sebuah penelitian mengenai kehidupan Daniel mengungkapkan tentang kesetiaannya kepada Allah yang tak tergoyahkan. Dari sejak ia dibawa pada saat ia masih remaja ke Babel sebagai tawanan, sampai pertemuannya dengan pemimpin politik Persia di akhir hidupnya, Daniel menjaga komitmennya yang mutlak, tak tergoyahkan kepada Allah di surga.

2. Apakah yang menjadi persamaan antara godaan yang dialami Yusuf dan Daniel? Baca Daniel 1:5,8 dan Kejadian 39:7-9. Perhatikan juga persamaan respons mereka.
Daniel dan Yusuf menghadapi godaan sengit yang membangkitkan keinginan daging mereka. Tapi keduanya membuat keputusan yang tegas dan tak tergoyahkan. Mereka mengikuti nasihat yang kemudian diberikan dalam kitab Yakobus: “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! “(Yakobus 4:7).

3. Meskipun Yusuf berakhir di penjara, dan Daniel unggul sebagai ketua kelas di Universitas Babilon, berkat apakah yang Tuhan berikan kedua tokoh iman ini? Daniel 1:9,17-20 dan Kejadian 39:21-23.

4. Baca Amsal 3:1-10, dan catat semua janji yang Allah berikan bagi orang yang setia kepada-Nya. Berapa
banyakkah janji yang Anda temukan? Dalam bagian apakah dari kehidupan Anda mereka berhubungan?
Baik Daniel maupun Yusuf menghadapi berbagai tantangan dalam hidup mereka. Mereka berdua menjalani pencobaan dan mengalami kesulitan. Namun berkat Allah atas hidup mereka jauh melebihi tantangan atau kesulitan yang mereka hadapi.

5. Bagaimanakah kesetiaan Daniel dan Yusuf kepada Allah memberikan contoh dari kehidupan Yesus sendiri pada masa selanjutnya? Baca dan bandingkan Yohanes 8:29, Matius 26:39, dan Ibrani 10:7 untuk memperoleh pemahaman yang kuat tentang kehidupan Kristen.
Yesus benar-benar berkomitmen untuk melakukan kehendak Bapa. Penyerahan-Nya kepada kehendak Bapa adalah tanpa kompromi. Dasar keputusan ini adalah satu kunci untuk menjalani kehidupan Kristen yang dimenangkan. Pertanyaan yang sangat mendasar adalah “Apakah saya benar-benar berkomitmen melakukan kehendak Bapa sekalipun bertentangan dengan hati saya sendiri?

6. Janji apakah yang Bapa berikan kepada Yesus karena ketaatan-Nya yang rendah hati dan roh penurutan-Nya dalam melakukan kehendak Bapa dengan mengorbankan diri-Nya? Filipi 2:8-11.

7. Janji apakah yang Yesus sendiri berikan kepada semua orang yang “meninggalkan semua” dan mengikuti-Nya tanpa syarat? Markus 10:29, 30.
Seperti Yusuf dan Daniel, kita juga akan menghadapi tantangan ketika mengikuti Yesus. Namun berkat Allah atas hidup kita akan berlimpah. Kita akan merasakan sukacita atas kehadiran-Nya, kepastian tentang tuntunan tangan-Nya sehari-hari, kepastian tentang pemberian-Nya dalam semua kebutuhan kita, dan kabar baik yang mulia tentang hidup kekal melalui keselamatan yang Ia berikan dengan cuma-cuma.
Itulah makna kehidupan yang sesungguhnya


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *