Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Mazmur 127:1.
Tuhan telah berjanji untuk memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya. Haruskah kita percaya pada firman-Nya? Jika kita datang kepada Tuhan dalam roh yang rendah hati dan mau diajar, bukan dengan rencana yang telah kita susun sebelum meminta kepada-Nya, dan dibentuk menurut kehendak kita sendiri, tetapi dalam ketundukan, dalam kerelaan untuk diajar di dalam iman, maka adalah hak istimewa kita untuk mengklaim janji itu setiap jam sepanjang hari. Kita mungkin tidak percaya pada diri kita sendiri, dan kita perlu berjaga-jaga terhadap kecenderungan dan kecenderungan kita yang kuat, agar kita tidak mengikuti pikiran dan rencana kita sendiri, dan berpikir bahwa itu adalah jalan Tuhan; tetapi janganlah kita pernah mendustai firman janji itu.
Kebahagiaan yang sejati dan kekal tidak akan pernah berasal dari manusia mana pun. Kita mungkin memiliki teman-teman yang istimewa dan terpilih, yang tidak kita sadari dan tidak kita akui, yang kita tempatkan di dalam hati di mana Tuhan seharusnya berada, dan kita tidak akan pernah bisa menyempurnakan pengalaman Kristen yang utuh dan menyeluruh hingga semua dukungan duniawi disingkirkan, dan jiwa kita memusatkan seluruh kasih sayang kita kepada Tuhan. “Kecuali Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah mereka yang membangunnya: Kecuali Tuhan yang menjaga kota, sia-sialah para penjaga yang berjaga-jaga.”
Kita perlu mengawasi tanpa henti kasih sayang dan kecenderungan alamiah dari hati kita sendiri, agar kita tidak terasing dari Allah, dan menempatkan kasih sayang kita kepada manusia untuk mempermalukan Allah; karena kebahagiaan kita akan terancam jika kita tidak berjaga-jaga, dan berdoa, dan menghargai iman yang bekerja oleh kasih dan memurnikan jiwa. Kita harus menjadikan Allah sebagai kepercayaan kita.