ANAK YANG BOROS

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Menanggapi tuduhan ahli Taurat dan orang Farisi terhadap pilihan Yesus untuk berteman dengan orang-orang berdosa, maka Ia mengatakan perumpa- maan-perumpamaan mengenai domba yang hilang, uang perak yang hilang, dan anak yang boros, dan melalui itu memperlihatkan bahwa misi-Nya ke du- nia ini bukan untuk menyengsarakan, menghukum dan menghancurkan, tetapi untuk memulihkan yang tersesat…. Mereka ini memerlukan Juruselamat….

Anak yang boros itu bukan seorang anak yang menurut, bukan yang suka menyenangkan ayahnya, tetapi yang menuruti jalannya sendiri.  Simpati dan

kasih lembut dari ayahnya disalahgunakan, dan semakin sabar, baik ayahnya bersikap, maka semakin gelisah anak itu jadinya. Ia mengira kebebasannya dibatasi, karena cita-cita kebebasannya itu adalah kebebasan yang liar, dan ke- tika ia sangat ingin bebas dari segala kekuasaan, ia lepas dari semua kekangan di rumah bapanya, dan dalam waktu singkat menghabiskan kekayaannya de- ngan kehidupan yang tak karuan. Bala kelaparan besar terjadi di mana ia ting- gal, dan karena lapar ia nekat memakan makanan yang dimakan oleh babi….

Tidak ada lagi orang yang berkata padanya: “Jangan lakukan itu, karena itu akan melukai dirimu sendiri. Lakukan ini, karena ini benar.”  Kelaparan

menghadangnya, dan ia mendatangi warga di tempat itu. Ia disuruh melakukan pekerjaan paling kasar—memberi makan babi. Meskipun bagi seorang Yahudi ini adalah pekerjaan yang paling hina, namun ia bersedia melakukannya, begi- tu besar kebutuhannya…

Ia menderita rasa lapar, dan tidak bisa mengenyangkan perutnya, dan da- lam keadaan begini ia mengingat bahwa ayahnya memiliki cukup roti dan ba- nyak sisa, dan memutuskan untuk pergi kepada bapanya.  Setelah membuat

keputusan ini, ia tidak berharap membuat dirinya sendiri dihormati.  “Ketika

ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.”…

Rumah tampak sebagaimana ketika ia tinggalkan; tetapi sungguh satu per- bedaan terjadi dalam dirinya sendiri. sang ayah tidak memberinya kesem-

patan untuk berkata, “Jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.” Sambutan yang diterimanya meyakinkan dia bahwa ia dikembalikan pada ke- dudukannya sebagai anak.

Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. 12Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Lukas 15:11, 12.

-Suara Hati Nurani, Hlm. 124-


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *