kebenaran

DENGAN KEBENARAN

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Saya Juga Dapat Menang
Maka sisa orang Israel tiada lagi akan berbuat salah, atau berkata dusta, dan lidah penipu pun tiada lagi terdapat dalam mulutnya, melainkan mereka itu akan mencahari makannya dan berbaring dan seorang pun tiada yang mengusik akan dia. Zefanya 3:13 (Terjemahan Lama)

Sifat yang benar dan kejujuran adalah sifat Allah, dan barang siapa yang memiliki sifat-sifat ini, berarti memiliki suatu kuasa yang tidak kelihatan.

Janganlah sekali-kali berbicara bohong, janganlah Sekali-kali mengajarkan yang palsu dan teladan yang tidak benar. Berdirilah teguh dan jangan menyimpang. Sedangkan orang yang berbicara putar balik tidak dapat diperkenankan.

Juruselamat mereka jijik terhadap segala penipuan. Hukuman berat yang dikenakan pada Ananias dari Safira adalah contoh dalam hal ini.

Bibir pembohong adalah suatu kebencian kepada-Nya. Ia menyatakan bahwa ke dalam kota yang suci itu “tidak akan masuk . . . . sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau dusta.” Biarlah kebenaran yang diberitakan itu dipegang dengan teguh. Biarlah kebenaran itu menjadi sebagian dari kehidupan. Terburu nafsu sehingga kehilangan kebenaran, sehingga rencana hanya untuk kepentingan diri sendiri, berani imannya seperti dalam kapal yang karam …. Barang siapa yang berkata dusta berarti menjual jiwanya di suatu pasar yang murah. Kepalsuannya mungkin dapat menolongnya dalam keadaan darurat; dengan demikian kelihatannya ia maju dalam usahanya yang ia tidak dapat peroleh dengan usaha yang jujur; tetapi akhirnya ia akan sampai, di tempat di mana tak seorang pun yang dipercayainya. Ia yang pembohong, tidak mempunyai keyakinan pada perkataan orang lain. Tidak ada orang yang dapat membanggakan kebenarannya sendiri, kecuali ia sudah menang ia tidak mengerti apa kebenaran itu.

Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui kebenarannya dan kejujurannya sampai ia telah melewati siksaan yang pedas dari pencobaan untuk memperoleh arti dalam cara-cara yang diragukan.

Ia yang hatinya diisi dengan kasih yang berasal dari Allah tidak akan membiarkan sifat memuji diri sendiri, dan ketidakjujuran mendapat tempat dalam kehidupannya. “Ia yang dilahirkan kembali” dengan Roh, menyatakan Kristus dalam hidupnya setiap hari. Ia tetap teguh dalam segala urusan. Ia tidak mengerjakan sesuatu dengan diam-diam atau dengan licik. Buah yang baik yang keluar dari kehidupannya menyatakan keadaan hatinya.

Hidupku Kini, hlm. 333


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *