KEHARUMAN KASIH KARUNIA

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana” (2 Korintus 2:14).

Rasul Paulus di sini menyamakan kehidupan Kristen dengan “kemenangan” kerajaan Romawi, iringi-iringan parade besar melalui jalan-jalan Roma yang dihadiahkan bagi keberhasilan sang jenderal.

Iring-iringan yang terdiri dari barang jarahan perang, binatang eksotis, tawanan, dan akhirnya jenderal penakluk sendiri dimana biasanya berjalan-jalan di tengah udara yang harum oleh dupa atau sejumlah besar kelopak bunga mawar.

Dan, Paulus berkata, kita berada dalam iring-iringan kemenangan Kristus. Dia adalah pahlawan penakluk, kita adalah tawanan-Nya yang dengan sukarela menyerahkan diri, keharumannya menyebar saat kita merasakan aroma kasih karunia-Nya.

Pernahkah Anda memperhatikan bagaimana kita mencoba mengaitkan antara aroma dan tempat? Kita menangkap bau, suatu kesan keharuman yang muncul, dan pikiran kita berpacu kembali ke suatu peristiwa yang terjadi mungkin bertahun-tahun yang lalu. Pikiran kita kembali kepada peristiwa itu, dan pengalaman masa lalu itu menjadi hidup kembali.

Begitu juga dengan orang. Kita menghubungkan seseorang yang spesial bagi kita dengan keharuman spesial yang mereka miliki. Itu bisa berupa parfum. Kapan pun kita mencium parfum itu, kita berpikir tentang mereka.

Ketika kami tinggal di India, kami jatuh cinta kepada bunga Lady of the Night, tanaman merambat kecil dengan bunga-bunga mungil yang memberikan keharuman di malam hari. Kami bangun pada dini hari dan menikmati aroma manis dan lembut yang masuk melalui jendela yang terbuka. Saat kami berjalan-jalan di kampus Spicer College di malam hari dan menyeberangi arus wewangian yang tak terlihat dan melacaknya ke sumbernya, itu adalah bunga-bunga putih kecil yang mungkin beberapa meter jauhnya dari kami, mekar tanpa terlihat tetapi mengubah udara malam.

Saya menyukai bunga kecil. Jika saya mencium keharuman itu saat ini, maka seakan-akan saya berada di kampus saat ini.

Saya menyukai bunga; saya tidak peduli dengan bunga palsu. Beberapa imitasi tampak seperti yang aslinya, tetapi itu sangat mudah untuk membedakannya dengan yang asli—cukup cium keharumannya. Hanya bunga yang hidup memiliki keharuman.

Yang mana hal ini memimpin saya untuk menyelidiki hati saya. Apakah saya sungguh-sungguh orang Kristen atau palsu? Sebagaimana saya menjalani kehidupan ini, apakah baik pria, wanita, anak-anak menemukan keharuman yang manis—keharuman dari Kristus, keharuman dari kasih karunia dalam hidup saya?

Ps. William G. Johnsson – Yesus, Hati yang Penuh Kasih Karunia / Jesus a Heart Full of Grace, pg. 45

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *