KEHIDUPAN TANPA TELEPON SELULAR

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi” Mazmur 46:10.

Beberapa waktu lalu saya mengadakan perjalanan bisnis ke sebuah negara di mana saya tidak mendapatkan komputer dan tidak ada handphone. Ketika saya kembali ke rumah setelah sekitar dua minggu lamanya pergi, awalnya saya terkejut terhadap bagaimana saya merindukannya—dan betapa kecilnya.

Alat yang kita rasa begitu penting telah mengendalikan kehidupan kita. Teknologi yang seharusnya menghemat waktu kita justru akhirnya membuat kehidupan kita lebih tertekan.

Lihat media sosial (whatsapp, FB, Instagram dll). Itu Iuar biasa: saya bisa mengirim sebuah pesan pada seseorang di sisi lain dunia dan mendapat jawaban dalam hitungan menit, dan semua dengan biaya minimum. Sisi buruknya adalah banyak orang mengirim saya pesan whatsapp dll mengharap saya meninggalkan hal lain yang sedang saya lakukan dan mengirim jawaban. Dan bila mereka tidak segera mendengar dari saya, nada mereka terdengar marah, bahkan kasar dan bermusuhan.

Kemudian ada ponsel di mana-mana. Luar biasa memang! Saya menekan beberapa nomor, meletakkan di telinga, dan mendengar dengan jelas seseorang yang beribu-ribu mil jauhnya seolah mereka sedang duduk di sebelah saya. Tetapi telepon seluler juga mempunyai titik kelemahan, kelemahan yang besar. Dalam satu kata, itu merupakan polusi.

Udara semakin terpolusi dengan suara-suara orang yang mengobrol di ponsel. Anda melihat seseorang yang berjalan di tengah jalan, melambaikan tangannya dan berbicara dengan keras sendirian. Beberapa tahun silam Anda tentunya akan memanggil seseorang untuk membawanya ke rumah sakit jiwa. Sekarang tidak lagi—ia hanya sedang berbincang-bincang di ponselnya!

Mengapa seseorang harus berbicara demikian kerasnya dengan ponselnya, di mana pun mereka berada-di ruang tunggu pesawat terbang, di bis-bis, di dalam restoran, sambil menunggu pesawat tinggal landas? Dan mengapa banyak dari Kita berpikir bahwa bila sebuah panggilan yang datang itu begitu penting maka kita harus memotong percakapan di tengah kalimat? Media sosial dan ponsel telah mengendalikan kehidupan kita.

Sudah waktunya merebut kendali dari semuanya itu. Ada sangat sedikit pekabaran dan sangat sedikit panggilan yang tidak bisa menunggu sehari, atau seminggu, atau lebih lama lagi.

Kebutuhan besar kita hari ini adalah apa yang ayat tadi katakan: Perlahan! Berhenti! Diamlah!

Itu satu-satunya cara kita bisa mengenai Allah.

Ps. William G. Johnsson – Hati yang Berlimpah Kasih Karunia, hlm. 152

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *