KEJUTAN DI JALAN BUNTU

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus di tengah-tengah mereka yang diselamatkan dan di antara mereka yang binasa” (2 Korintus 2:15)

Selama bertahun-tahun, Noelene dan saya adalah tetangga yang buruk, dan hal itu mengganggu kami.

Ketika kami pindah ke Silver Spring, Maryland, kami membeli di jalan buntu, rumah kedua dari tujuh rumah. Kami tidak memiliki tetangga yang bergereja dari tempat kami bergereja. Kami tenggelam ke dalam pekerjaan kami di kantor pusat gereja se-dunia. Kami berdua bepergian kemana-mana; dan rumah kami hanya menjadi tempat pengungsian sementara. Tetangga kami hampir tidak pernah melihat kami, dan ketika mereka bertemu kami hanya mendapat sebuah lambaian tangan atau kata halo saja.

Itu tampaknya tidak benar bagi kami. Kami menceritakan Yesus kepada dunia tetapi tidak memiliki waktu untuk orang-orang yang ada di sekitar tempat kami berada.

Lingkungan pada umumnya berubah; nilai properti jatuh. Kami pikir mungkin sudah waktunya untuk meninggalkan pinggiran kota dan pindah lebih jauh. Tetapi seolah-olah Tuhan berkata kepada kami, Tetaplah tinggal di tempat Anda berada tetapi kenali tetangga Anda. Saya punya kejutan untuk Anda.

Jadi kami tetap bertahan. Dan Tuhan mulai membuka mata kami.

Tetangga pertama kami yang menjadi sahabat adalah Jimmy, tinggal di persimpangan jalan di dekat rumah kami. Dia datang mengagumi bunga bakung yang mekar lebih awal dan berlimpah di depan rumah kami yang menghadap ke selatan. Kami berbicara tentang bagaimana berkebun, ia menunjukkan kepada kami halaman belakangnya yang indah dan memberi tahu kami rahasia—mulsa.

Kami memperhatikan bahwa kesehatan Jimmy menurun. Dia harus mengambil cuti, lalu akhirnya berhenti bekerja sama sekali. Dia tumbuh kurus dan tampak menyedihkan. Terakhir kali kami melihatnya hidup saat terbaring di tempat tidur, rangka tubuhnya jadi kurus kering karena diserang penyakit AIDS.

Sementara itu, di sebelah kami, di rumah ketiga. Suatu hari ketika saya sedang memotong rumput, saya melihat tetangga saya tiba-tiba jatuh. Saya berlari dan membantunya bangun. Tes menunjukkan dia adalah orang yang mengidap sakit parah: Penyakit Lou Gehrig telah menyerangnya. Pada bulan Desember ia harus duduk di kursi roda. Tepat sebelum Natal, ketika staf Adventist Review dan keluarga mereka datang untuk pesta, kami semua mengunjunginya dan menyanyikan lagu-lagu Natal. Wajahnya membeku. Tidak bisa tersenyum, hanya matanya yang bersinar. Dalam dua minggu dia sudah tidak ada lagi.

Ada empat rumah lain di jalan buntu. Dua dari mereka menjadi sahabat kami;  sementara dua lainnya tidak bisa ditembus.

Tetapi Tuhan, yang telah membuat kami heran, belum selesai dengan jalan buntu.

Ps. William G. Johnsson – Yesus, Hati yang Penuh Kasih Karunia / Jesus a Heart Full of Grace, pg. 42

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *