MENGASIHI TETANGGAMU

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, kamu berbuat baik” (Yakobus 2:8).

Sampai saat saya menulis buku ini, saya tidak menyadari betapa banyak Alkitab membicarakan tentang hubungan dengan tetangga kita. Di kedua kitab perjanjian ide tentang “tetangga” muncul lebih dari 150 kali.

Noelene dan Saya memiliki suatu masalah. Di sini, rumah kedua kami berada di jalan buntu dan kedua tetangga kami tampaknya benar-benar tertutup kepada kami.

Bruce dan Shirley tinggal bersebelahan, di rumah pertama jalan buntu. Sepertinya kami sama sekali tidak memiliki kesamaan dengan mereka. Kapan saja kami melihat mereka, siang atau malam, mereka memegang sebatang rokok.

Perlahan-lahan kami mulai membangun percakapan di depan pagar. Lalu kami mendapatkan ide. Ketika anak kami dan istrinya datang untuk sebuah kunjungan bersama dengan bayi yang baru lahir mereka, kami memutuskan untuk mengundang tetangga, serta teman-teman, untuk acara pesta di rumah. Kemudian Bruce dan Shirley datang. Untuk pertama kali saya melihat mereka tanpa sebuah rokok .

Kemudian tahun itu juga kami mengundang mereka untuk menikmati jamuan makan musim semi di teras rumah. Setelah dengan gugup menanyakan tentang makanan kesukaan kami, mereka mengundang kami kembali ke rumahnya.

Kami menjadi sahabat yang baik. Ketika mereka pensiun dan pindah rumah, mereka mendesak kami untuk mengunjungi mereka untuk menikmati jamuan makan bersama. Kami pun melakukannya. Dengan bangga mereka menunjukkan rumah baru mereka, yang mana dijaga agar bebas dari rokok.

Keluarga “mustahil” lainnya hidup di depan rumah kami. Mereka sepertinya tidak pernah di rumah; kami bahkan tidak tahu nama mereka. Sesekali kami melihat sebuah mobil menepi ke jalan masuk, tetapi kami tidak melihat wajah siapa pun. Kemudian hari Selasa yang mengerikan itu terjadi: 11 September. Pada hari doa nasional di hari Jumat kami memutuskan untuk mengundang tetangga kami untuk berkumpul bersama di rumah kami pada malam hari untuk waktu refleksi, membaca, dan doa yang sederhana, dengan minuman ringan. Dan tetangga di depan rumah kami datang untuk memberi tahu kami bahwa itu adalah ide yang bagus tetapi dia dan istrinya menyesal telah membuat janji sebelumnya.

Itu adalah tetangga ketujuh dan terakhir yang kami kenal di jalan buntu. Menengok ke belakang, kita bertanya-tanya bagaimana kita dapat memiliki begitu lama kepompong kecil kita sendiri.

Itu sungguh-sungguh hari yang indah di lingkungan tetangga tersebut.

Ps. William G. Johnsson – Yesus, Hati yang Penuh Kasih Karunia / Jesus a Heart Full of Grace, pg. 41

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *