PARA ATLET

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!” (Lukas 12:6)

Bila menengok ke belakang dibandingkan dengan perspektif dari budaya atlit bergaji tinggi saat ini berserta pelatih dan agen promosinya, kisah itu tampaknya hampir tidak nyata.

Pada pagi hari tanggal 6 Mei 1954, dokter magang Roger Bannister berkeliling di Rumah Sakit St. Mary di London. Kemudian dia naik kereta untuk perjalanan satu jam ke Oxford. Itu adalah hari Kamis sore, dan sekitar 1.000 penonton telah berkumpul memenuhi untuk stadion lintasan lari. Ada satu kamera televisi di sana, ditambah beberapa wartawan yang sudah diberi tahu sebelumnya.

Roger Bannister tengah belajar untuk menjadi seorang dokter. Di waktu luang ia juga berlatih, tanpa gembar-gembor, sebagai pelari jarak menengah. Dia berlari selama jam makan siang, di malam hari, dan di akhir pekan. Dia tidak memiliki pembina, tidak ada pelatih, tidak ada ahli diet. Dia berlari di jalur batu bara kelas dua, di taman, di mana pun dia bisa menemukan tempat untuk berlatih.

Bannister telah dipilih untuk mengikuti perlombaan mewakili negaranya di Olimpiade Musim Panas tahun 1952 di Helsinki, Finlandia. Tapi semuanya gagal. Alih-alih mendapatkan medali emas dalam lomba 1.500 meter, justru ia finish di urutan keempat. Dia gagal; dan telah mengecewakan Oxford, yang memiliki kebanggaan akan pencapaian gemilang para pelari dimasa lalu, dan juga Inggris.

Waktu hampir habis untuk Bannister. Dia berusia 25 tahun, dan banyak waktunya terbuang untuk karirnya di bidang kedokteran. Daripada menunggu perlombaan lain di tahun 1956, Bannister menetapkan pikirannya pada tujuan yang lebih besar. Dalam atletik modern, ada satu rintangan yang tegak berdiri yang tampaknya tidak dapat ditembus. Tidak seorangpun yang dapat berlari satu mil kurang dari empat menit.

Sore itu di Oxford, pada hari yang berangin dan hujan, Roger Bannister mematahkan catatan rekor tersebut. Pada jalur yang berat ia mencapai garis akhir di menit ke 3 dan 59,4 detik, jatuh ke pelukan teman-teman. Setelah kemenangan atas perlombaan itu, Bannister tidak mendapatkan kontrak jutaan dari perusahaan Nike seperti atlet saat ini. Sebaliknya Bannister melanjutkan kariernya sebagai ahli saraf terkenal.

Kita semua pelari dalam perlombaan kehidupan ini. Di bumi, persaingan berlaku. Namun dalam perlombaan kristen, perlombaan dimungkinkan oleh kasih karunia, kita saling membantu menuju garis finish. Dalam gelanggang ini setiap orang yang menyelesaikan perjalanan untuk mendapatkan hadiah hidup yang kekal.

Ps. William G. Johnsson – Yesus, Hati yang Penuh Kasih Karunia / Jesus a Heart Full of Grace, pg. 40

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *