KEMANUSIAAN YESUS (Bag. 4a)

Belajar Firman Mengenal Yesus
Mari bagikan artikel ini

  1. Dampak Kemanusiaan Yesus Bagi Makhluk-makhluk Ciptaan Allah yang Tidak Jatuh

Kebesaran semesta alam adalah suatu rahasia bagi kita. Kebesaran Allah tidak mungkin dapat dijelaskan dengan kata-kata manusia! Ada kalanya Tuhan membuat suatu usaha untuk menjelaskan Kebesaran-Nya dan kebesaran alam semesta dengan memberikan wahyu atau penglihatan kepada nabi-nabi pilihannya. Tetapi nabi-nabi Allah sekalipun tidak mampu menjelaskan dengan kata-kata mereka apa yang telah mereka lihat.

Pada waktu Rasul diberi penglihatan tentang Firdaus dan memperolah pengalaman seolah-olah dirinya telah berada di tempat mulia itu, ia berkata bahwa: ”Ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan  manusia.” 2 Kor. 12:4.

Uraian itu bukan saja berarti bahwa ia tidak mengerti bahasa yang digunakan di tempat itu, tetapi juga bahwa ia tidak mampu menjelaskan apa yang telah dilihat dan didengarnya.

Kesimpulan kita ini bukanlah tanpa landasan, oleh sebab pada kesempatan yang lain, pada saat Rasul Paulus menjelaskan tentang ”Hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia” (1 Kor. 2:7) yang telah menyediakan sesuatu bagi kemuliaan kita, ia berkata: ”Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: ( adalah ) yang disediakan  Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” 1 Kor. 2:9.

Bahasa adalah suatu cetusan dari apa yang pernah kita lihat, kita dengar, atau yang pernah timbul di dalam hati dan pikiran kita. Anak bayi yang dibesarkan di antara binatang-binatang dan tidak pernah mendengarkan bahasa manusia, tidak akan dapat berbicara. Seorang nabi, yang belum pernah melihat atau membayangkan kemuliaan sorga, tidak mempunyai kata-kata untuk melukiskan kemuliaan tersebut.

Rasul Paulus berbicara tentang ”tingkat yang ketiga dari sorga”. Dalam Alkitab bahasa Indonesia terjemahan yang lama, tempat yang ia maksud itu disebut ”langit yang ketiga”. (2 Kor. 12:12). Alkitab Bahasa Inggris menyebut tempat itu sebagai ”Sorga yang ketiga”, atau  ”Langit yang ketiga”. Apa pun yang dimaksud oleh Rasul Paulus sebagai ”Sorga yang ketiga” atau ”Langit yang ketiga”, sebagai manusia yang tidak pernah melihat atau mendengar tentang tempat itu, kita tidak akan pernah dapat membayangkan lokasinya!

Adalah lebih bijaksana apabila dalam hal ini, kita tinggal dalam kebodohan kita dan tidak berusaha menjelaskan di manakah ”Langit yang ketiga” itu! Alam semesta adalah begitu luas, sehingga kita tidak akan mempunyai harapan sedikit pun untuk membayangkan tempat di mana Allah kita itu berada! Dalam hal ini, kita patut mengucap syukur kepada Allah kita. Sekiranya kita dapat membayangkan tempat kediaman-Nya dalam keadaan kita yang sekarang ini, sedangkan kita makhluk yang terbatas dan picik sekali pun sudah dapat menjangkau ”Kebesaran-Nya”, ini berarti bahwa Allah bukanlah BESAR! Namun karena kita terbatas maka sangatlah wajar bilamana kita tidak dapat menjangkau ”Kebesaran-Nya”.

Sekarang kita tidak dapat mengetahui di manakah ”langit yang ketiga” itu berada! Untuk membuktikan hal ini, biarlah kita mempertimbangkan penemuan-penemuan atau observasi-observasi yang terakhir dari dunia perbintangan. Dalam majalah Reader’s Digest bulan Agustus 1980 dimuat satu karangan yang menjelaskan bahwa gugusan-gugusan bintang yang terdapat dalam alam semesta, bergerak menjauh satu dari yang lainnya dengan kecepatan sampai 160 juta km per jam. Apakah yang dimaksud dengan gugusan-gugusan bintang-bintang? Bumi kita ini dengan matahari dan planet-planetnya dan bintang-bintang yang malam demi malam kita lihat di tempat-tempat yang terjangkau oleh penglihatan mata kita, termasuk dalam satu gugusan bintang-bintang. Ada banyak gugusan bintang-bintang. Salah satu lagi yang dapat kita lihat dengan mata telanjang kita adalah Milky Way atau Melkweg; yaitu gugusan bintang yang pada malam hari yang cerah dapat kita lihat seperti awan putih. Ada banyak lagi gugusan-gugusan bintang di alam semesta ini bergerak menjauh dari yang lainnya dengan kecepatan yang meliputi ratusan juta Km per jam.

Kalau satu hari mempunyai 24 jam dan gugusan bintang bergerak menjauh satu dari yang lainnya dengan kecepatan 160 juta Km per jam, dalam satu hari saja jarak dia antara kedua gugusan itu sudah bertambah dengan 2 x 160 juta x 24 = 7.680.000.000 kilometer. Dalam satu tahun, jarak itu akan menjadi 365 x 7680 = 2.803.200.000.000 kilometer. Kalau usia manusia di bumi ini sudah 6000 tahun, maka jarak yang sudah dicapai oleh kedua gugusan tersebut adalah 1,68192e+16 kilometer.

Jarak antara gugusan-gugusan itu membengkak terus. Dapatkah kita membayangkan di manakah ”langit yang ketiga” itu berada? Rasul Paulus tidak berusaha untuk menemukan di manakah  ”langit yang ketiga” itu! Rasul Paulus juga tidak berusaha untuk membayangkan di manakah ”langit yang ketiga”. Selebihnya ia hanya berkata bahwa tempat itu belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinga dan belum pernah masuk di dalam pikiran manusia!

Penglihatan tentang Firdaus itu bahkan tidak dapat membuat dirinya bermegah, melainkan membuat dirinya merasa teramat kecil dan lemah (2 Kor. 12:5). Kesadaran yang telah ada pada diri Paulus perlu sekali ada pada kita!

Allah adalah penuh rahasia bagi kita. Semesta alam adalah penuh rahasia juga! Tanpa penjelmaan Yesus Kristus tidaklah mungkin bagi kita untuk menjangkau ”rahasia ke-Allah-an”. Itulah sebabnya kedatangan Yesus Kristus sebagai manusia adalah hal yang besar artinya bagi kita! Kemanusiaan-Nya itu adalah rantai emas yang akan mengikat kita kepada DIA dan, melalui DIA, kepada Allah!

Buku Ayub menjelaskan kepada kita bahwa kita bukanlah satu-satunya makhluk hidup yang telah diciptakan oleh Allah dan yang diperkenankan untuk menikmati anugerah kasih Allah yang dilimpahkan untuk kesejahteraan semesta alam. Buku itu menggunakan istilah ”anak-anak Allah”.

”Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis. Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: ’Dari mana engkau?’ lalu jawab Iblis kepada TUHAN:  ’Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajahi bumi.’’’  Ayub 1:6,7.

Rupanya diadakan suatu rapat besar dan setiap dunia di semesta alam diwakili. Wakil dunia kita (bumi) ini adalah Iblis oleh sebab ia telah berhasil untuk merebut hak milik atas dunia ini dengan jalan menggoda dan menjatuhkan Hawa dan Adam. Anak-anak Allah telah datang menghadap TUHAN dalam pertemuan besar itu dan hal ini memberi petunjuk kepada kita bahwa, di samping manusia yang menghuni bumi ini, TUHAN mempunyai anak-anak yang menghuni dunia-dunia yang lainnya.

Apakah sebabnya kita hendak mencari tahu apakah ada penghuni-penghuninya di dunia-dunia yang lain? Kita tidak mempunyai maksud untuk menjelajahi rahasia semesta alam oleh sebab kita diberi tahu bahwa kita tidak akan mengetahui rahasia tersebut. Walaupun begitu kita ingin mempelajari apa yang dinyatakan oleh Ilham Roh agar kita dapat mengetahui apakah sebabnya ada dunia yang ditaklukkan dalam pelanggaran dan ada dunia-dunia yang tidak jatuh. Di atas segala sesuatu, kita ingin mencari tahu apakah efek penebusan Kristus bagi dunia yang telah jatuh terhadap dunia-dunia yang tidak jatuh.

”Pekerjaan Anak Allah yang kekasih dalam menghubungkan yang diciptakan dengan yang Menciptakan, yang fana dengan yang baka, melalui ke-Allahan-Nya sendiri, adalah suatu mata pelajaran yang akan menyibukkan pikiran kita sepanjang hidup. Pekerjaan Kristus akan menetapkan penduduk dunia yang lain dalam kemurnian dan kesetiaan mereka, di samping menyelamatkan yang hilang dan diancam kematian dari penduduk dunia ini. Ia telah membuka jalan bagi yang tidak menurut untuk kembali kepada kesetiaan mereka pada Allah, sedangkan dengan pekerjaan yang sama Ia membangun pagar perlindungan mengelilingi mereka yang suci agar mereka tidak tercemar… Lengan yang telah mengangkat manusia dari kebinasaan yang telah didatangkan oleh setan melalui godaan-godaannya, adalah lengan yang telah  melindungi penduduk-penduduk dunia yang lainnya dari dosa. ” Amanat Kepada Orang Muda, bab 81, par. 3.

Dengan demikian kita melihat bahwa pekerjaan Yesus dalam mengambil keadaan kemanusian kita untuk berjuang bagi kita dalam mengalahkan setan, bukan saja membuka jalan bagi keselamatan kita yang telah jatuh dalam dosa, tetapi juga mempertahankan kesucian mereka yang belum jatuh dalam dosa.

Editor : Setyo Kusuma A


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *