mengenal Yesus

KEMANUSIAAN YESUS (Bagian 2B)

Belajar Firman Mengenal Yesus
Mari bagikan artikel ini

  1. Jenis Kemanusiaan Yesus Tidak Ada Perbedaannya Dengan Jenis Kemanusiaan Kita

Dalam pelajaran yang lalu (Bagian 1 dan Bagian 2A), kita telah memeriksa melalui asas-asas Injil, bahwa untuk dapat menebus dan menyelamatkan manusia yang telah jatuh dalam dosa, Kristus harus mati dan membayar upah dosa bagi manusia.

Kita juga telah memeriksa bahwa bagi Yesus untuk dapat menggenapi tuntutan kematian itu, satu-satunya kemungkinan adalah bagi Yesus untuk mengambil sifat kemanusiaan Adam setelah ia jatuh ke dalam dosa. Kemanusiaan yang dikenakan Yesus haruslah kemanusiaan yang telah dikutuk dosa. Ibrani 2:16 terjemahan King James Version yang sudah di-Indonesia-kan mengatakan, “Karena sesungguhnya Dia tidak mengambil sifat malaikat; tetapi Dia mengambil baginya benih Abraham.” Frase “Dia tidak mengambil sifat malaikat” dan “Dia mengambil baginya benih Abraham” merujuk pada jenis kemanusiaan yang dikenakan oleh Yesus adalah sama dengan kita karena Abraham juga orang berdosa. Sekiranya tidak demikian, maka kematian Yesus adalah tidak sungguh-sungguh, dan segala macam kematian yang tidak sungguh-sungguh, tidak dapat menggenapi tuntutan keadilan hukum Allah.

Atas dasar kebenaran Injil yang satu ini saja, kita sudah dapat menentukan bahwa kemanusiaan Yesus adalah kemanusiaan yang berada di bawah kutuk dosa. Hal ini tidak dapat diganggu gugat dan seyogyanya akan membuat kita sepaham.

Seorang Penulis Kristen mengatakan: “Sungguhlah merupakan kehinaan yang tidak terhingga bagi Anak Allah untuk mengambil sifat-sifat manusia, sekali pun ketika Adam masih dalam keadaannya yang tidak berdosa di Eden dahulu kala. Tetapi Yesus sudi menjadi manusia setelah bangsa manusia itu dilemahkan oleh dosa selama 4000 tahun. Seperti setiap anak Adam, Ia menerima segala akibat buatan hukum hereditas yang besar (hereditas: sifat genetika turunan dari orang tua kepada anak). ……. Ia (Allah Bapa) mengijinkan Dia (Kristus) menghadapi ancaman nyawa yang lazim berlaku atas tiap jiwa manusia, bertempur dalam peperangan sebagaimana tiap anak manusia wajib bertempur dengan resiko kegagalan dan kematian yang kekal.”Kerinduan Segala Zaman, Bab 4, hal. 39.

Berdasar Ibrani 2:16 (KJV) dan kutipan di atas menjadi begitu jelas bagi kita bahwa kemanusiaan Yesus bukanlah kemanusiaan Adam sebelum kejatuhannya ke dalam dosa, melainkan kemanusiaan yang telah dilemahkan selama 4000 tahun oleh dosa. Inilah kemanusiaan yang sejenis dengan kemanusiaan kita. Ini kemanusiaan yang berada di bawah hukum hereditas yang besar (hereditas: sifat genetika turunan dari orang tua kepoada anak).” Inilah kemanusiaan yang sungguh-sungguh dapat mati, dan dalam kasus Kristus, apabila Yesus sendiri berbuat dosa, akan mendatangkan kematian yang kekal.

Seandainya saja ada kelengahan yang sedikit saja dari pihak Kristus; dengan menceraikan diri-Nya sebentar saja dari kebenaran Injil serta keilahian Roh Kudus, Yesus akan dikalahkan oleh daging kemanusiaan-Nya yang cepat dikendalikan setan! Tetapi kerendahan hati Kristus adalah sempurna dan kesadaran akan kelemahan kemanusiaan-Nya adalah selalu di bawah kendali Injil. Itulah sebabnya Roh Kudus telah berhasil bekerja di dalam kemanusiaan Yesus sehingga Juruselamat kita telah memenangkan perjuangan-Nya bagi kita! Pada titik ini patutlah setiap orang yang dilahirkan di bawah kolong langit meneriakkan “puji syukur” dan “haleluya” bagi Allahnya oleh sebab jalan keselamatan telah disediakan oleh-Nya melalui Yesus Kristus Tuhan kita!

Tidak ada manusia yang dapat menaklukkan setan! Tidak ada manusia yang dapat melepaskan dirinya dari kutuk dosa yang mendatangkan maut! Itulah sebabnya Rasul Paulus berkata, “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?” (Roma 7:24). Kita tidak tahu caranya bagaimana kita harus berperang menghadapi setan! Tapi kabar baik dating di ayat 25, “Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.”

Sehingga pertolongan kita hanyalah Yesus saja. Ibrani 4:15, 16 menuliskan, “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.”

“Ia datang dengan hereditas yang besar itu (sifat genetika turunan dari orang tua kepada anak) untuk turut memikul segala duka dan segala pencobaan yang menimpa diri kita, dan untuk memberikan kepada kita teladan suatu kehidupan yang bebas dari dosa.”Kerinduan Segala Zaman, Bab 4, hal. 39.

Manusia tidak tahu bagaimana caranya ia harus berperang melawan setan. Sekiranya kita sudah mengetahui bagaimana kita seharusnya berperang melawan setan, kita akan berhenti berdebat tentang kemanusiaan Yesus, oleh sebab pengertian akan kemanusiaan-Nya itulah yang akan membuka rahasia cara berperang kita melawan setan! Dengan mengambil sifat kemanusiaan kita, Yesus “memberikan kepada kita teladan suatu kehidupan yang bebas dari dosa”.

Apabila kita sudah mengetahui bahwa kemanusiaan Yesus adalah sama dengan kemanusiaan kita, kita akan berhenti berkata bahwa Yesus adalah lain dari kita. Dan hanya Dialah yang dapat hidup mengalahkan setan, dan kita semua tidak dapat. Bilamana kita tidak mau menerima kebenaran ini, maka IMAN kita akan mengalami pembatasan oleh sebab kita secara tidak langsung telah berkata kepada diri kita sendiri bahwa Roh Kudus tidak mempunyai cukup kuasa untuk mendatangkan kemenangan bagi diri kita!

Yesus memang adalah lain dari kita di dalam hal bahwa kemanusiaan-Nya itu menyelubungi “ke-Allahan”. Kita tidak! Kita adalah manusia belaka! Tetapi kemanusiaan Yesus sendiri adalah sama dengan kemanusiaan kita. Keilahian Yesus sendiri tidak boleh berfungsi. Yesus harus “bertempur dalam peperangan sebagaimana tiap anak manusia wajib bertempur”. Dalam hal ini Ia ”memberikan kepada kita teladan suatu kehidupan yang bebas dari dosa”. Dengan kata lain, Yesus telah menunjukkan kepada kita caranya untuk berperang menghadapi setan. Sebagaimana Ia merendahkan diri-Nya secara total di hadapan Roh Kudus dan telah menundukkan diri-Nya kepada “demikianlah firman Allah”, Yesus mengajar kita bagaimana seharusnya kita berperang!

Sampai detik ini kita masih saja menjadi bulan-bulanan setan dan tinggal di dalam cengkeramannya sebagai mangsanya! Mari, saudara-saudara, marilah kita berbalik dari kebodohan kita itu dan pergi ke Juruselamat kita! Marilah kita mulai membolehkan diri kita ‘disalib’ oleh Roh, agar kebenaran Yesus boleh hidup di dalam diri kita, dan Ia dapat memulaikan pekerjaan pembaharuan-Nya di dalam diri kita masing-masing! Marilah kita belajar mengasihi Tuhan kita! Marilah kita membolehkan Dia menjalankan segala rencana-Nya dalam sidang-sidang kita agar tidak lama lagi kuasa Roh boleh dilihat dan Kristus dapat mengakhiri pekerjaan keimamatan-Nya dan menyediakan diri-Nya untuk datang menjemput kita!

 

  1. Rantai Emas Yang Mengikat Kita Kepada Kristus Adalah Tangga Yang Telah Dilihat Oleh Yakub

Kisah Yakub adalah penting bagi kita yang akan memasuki “masa pergumulan Yakub” pada akhir zaman. Kita semua telah mengetahui siapakah Yakub itu! Kita tidak akan mengulangi pembahasan detailnya kehidupan Yakub. Kita hanya akan menarik kesimpulan-kesimpulan dari kisah kehidupannya.

Dari namanya kita telah diberi tahu oleh Tuhan bahwa Yakub adalah seorang yang merampas hak orang lain dengan cara penipuan. Dengan kata lain, Yakub hendak mewarisi janji-janji dan menggenapi perjanjian Allah dengan cara-cara dan metode-metodenya sendiri. Pertama-tama Yakub telah merampas dengan membeli hak kesulungan Esau dengan apa yang dimiliki. Kemudian ia telah merampas berkat bagi hak kesulungan Esau itu dengan menyembelih binatang yang bukan merupakan binatang yang seharusnya disembelih. Dalam melakukan hal ini Yakub telah menyebut nama Tuhan dan telah berkata bahwa Allah Ishak sendiri yang telah menyediakan binatang itu bagi-Nya! (kebohongan besar).

Umat Tuhan di zaman akhir mungkin sebagai kegenapan Yakub pada zaman akhir, telah melakukan hal-hal yang serupa walaupun tidak persisnya sama. Umat Tuhan zaman akhir telah banyak mengandalkan penyelesaian pekerjaan Tuhan agar dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah atas kekuatan uang dan peralatan-peralatan lainnya yang kita miliki. Kita telah berusaha untuk membeli “hak kesulungan” bagi Kerajaan Allah dengan harta milik kita sendiri. Di samping itu, kita juga telah berusaha untuk mewarisi Kerajaan Allah dengan menyembelih domba yang bukan Domba Allah. Kita belum memiliki kebenaran sebagaimana kebenaran itu dinyatakan dalam Yesus Kristus. Kita telah ditegur oleh Tuhan dan telah dianjurkan untuk membeli segala sesuatu dari Dia (Wahyu 3:18). Dengan kata lain, kita telah dianjurkan untuk mempelajari cara-cara Yesus berperang melawan setan dan memperhatikan bagaimana Dia, sebagai saudara kita, telah mencapai kemenangan-Nya!

Yakub telah dikejar dosa-dosanya. Yakub telah merasa dirinya terkucilkan dari Allahnya! Yakub tidak mengetahui ia harus berpaling ke mana? Dalam kelelahannya, ia telah tidur dan meletakkan kepalanya di atas batu (Kejadian 28:11)! Batu itu adalah lambang Yesus Kristus (1 Petrus 2:4) yang kemudian telah ia urapi (Kejadian 28:18) sebagai asas dan tiang rumah Allah yang ia beri nama Betel (ayat 19).

Dalam kelelahannya dan keputusasaannya oleh karena tidak dapat melepaskan dirinya dari tuduhan dosa-dosanya, Yakub telah didekati oleh Yesus. Yakub telah diberi suatu penglihatan oleh Yesus dalam mimpi. “Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit (tangga itu berpijak di bumi, dan tidak tergantung di atas bumi), dan tampaklah mailakat-malaikat Allah turun naik di tangga itu.” – Kejadian 28:12.  Yakub telah melihat sebuah tangga yang menghubungkan bumi berdosa ini dengan sorga. Tangga itu adalah Yesus sendiri (baca Yohanes 1:51). Yakub telah diberi tahu oleh Yesus bahwa untuk menjadi anak-anak sulung yang akan mewarisi Kerajaan Sorga, Yakub tidak boleh menggunakan cara-cara dan metode-metodenya sendiri. Sorga hanya dapat dicapai melalui TANGGA PENGHUBUNG yang dilihatnya itu!

Bumi kita yang dicemari dosa ini seharusnya sudah dikucilkan dari persekutuan dunia-dunia kesucian Allah. Bumi ini seharusnya sudah dibinasakan pada saat dosa masuk ke dalamnya. Sekiranya tidak ada kesediaan Yesus untuk menjadi korban bagi penghapusan dosa sebelum dunia ini dijadikan (baca Wahyu 13:8 Alkitab Terjemahan Lama atau KJV atau Indonesia Literal Translation), Adam sudah tidak akan dapat menurunkan Yakub! Kita semua sudah tidak akan berada di dunia ini!

Tanpa pengorbanan Yesus, tidak ada seorang malaikat pun yang boleh mengunjungi bumi ini! Itulah sebabnya dalam mimpi itu Yakub telah melihat malaikat-malaikat itu turun naik di atas tangga itu. Yesus berkata:  “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.” – Yohanes 1:51.

Kristus adalah anak tangga yang dilihat Yakub, alasnya di bumi ini, dan ujungnya sampai di pintu surga, di ambang pintu kemuliaan. Jikalau tangga itu telah gagal oleh satu langkah mencapai bumi ini, sudah pasti kita hilang. Tetapi Kristus telah mendapatkan kita di mana kita berada. Ia telah mengambil sifat kita dan mengalahkannya, agar kita dengan mengambil sifat-Nya dapat menang, ‘yang serupa dengan daging  yang dikuasai dosa karena dosa’ (Roma 8:3), Ia hidup tanpa dosa.” – Kerinduan Segala Zaman, Bab. 1, hal. 332, par. 2.

“Yesus di dalam segala sesuatu dijadikan sama dengan saudara-saudaraNya. Ia menjadi daging, sama seperti kita.”Kerinduan Segala Zaman, Bab. 1, hal. 332, par. 1.

Itulah Yesus Kristus, tangga Yakub itu! Ujung bawah tangga yang menginjak bumi itu adalah kemanusiaan Yesus yang sama dengan kemanusiaan masing-masing kita. Sekiranya Yesus tidak ‘mendapatkan kita di mana kita berada’, kita semua sudah pasti hilang, oleh sebab tidak ada jalan keluarnya bagi kita untuk dikembalikan kepada kemuliaan sorga. Ujung atas tangga itu adalah keilahian Kristus.

Sekiranya Ilahi tidak rela untuk menjalani rencana keselamatan bagi manusia dengan segala resikonya, kita sudah tidak ada pengharapan apapun untuk dirujukkan kembali dengan Allah. Allah ….

“Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa ……. Telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging.” – Roma 8:3.

Bersambung . . .

Editor :Setyo Kusuma A. 


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *