Amazingfacts.id: Setelah terhindar dari sambaran petir pada usia 21 tahun, Martin Luther, yang telah memiliki gelar sarjana muda dan master di bidang hukum, memenuhi sumpahnya. Selama badai, dia berdoa kepada St Anne dan berjanji untuk menjadi biarawan Katolik jika dia selamat.
Mencari Pengampunan Dosa
Sebagai orang yang menepati janjinya, Luther memasuki biara tak lama kemudian. Dia menanggung segala macam kekurangan dan hukuman diri sendiri saat dia mencari pengampunan dosa: “Jika ada orang yang dapat memperoleh surga dengan menjadi biarawan, maka itu adalah saya.” Namun, seperti yang Luther temukan, “perbuatan baik” tidak memuaskan. Ia selalu merasa gelisah akan keselamatan kekalnya, khawatir ia akan gagal.
Pindah ke Universitas Wittenberg, di mana ia memperoleh gelar doktor dalam bidang Alkitab dan menjadi profesor, Luther pada tahun 1513 dan 1514 mulai memberi kuliah tentang Mazmur dan mempelajari surat Roma. Selama studi ini, Luther menemukan jawaban yang selama ini dicari oleh jiwanya yang gelisah.
“Akhirnya, setelah merenungkannya siang dan malam, dengan kemurahan Allah, saya mulai memahami bahwa kebenaran Allah adalah kebenaran yang melaluinya orang benar hidup oleh karunia Allah, yaitu oleh iman. Di sini saya merasa seolah-olah saya sepenuhnya dilahirkan kembali dan telah memasuki surga itu sendiri melalui pintu-pintu yang telah terbuka,” tulisnya.
Kunci Hubungan Yang Benar
Pengungkapan seperti itu bukannya tanpa konsekuensi. Alih-alih menerima pekerjaan yang dilakukan oleh banyak rekan seagamanya untuk mencoba mendapatkan perkenanan Tuhan, dan menolak taktik penggalangan dana dengan menjual “indulgensi” untuk orang yang telah meninggal, Luther dengan gigih berpegang teguh pada kebenaran oleh iman dan mengkhotbahkannya. Pada tahun 1517, “95 Tesis” yang ditulisnya ditempelkan di pintu Katedral Wittenberg, yang kemudian memicu apa yang sekarang dikenal sebagai Reformasi Protestan.
Perpisahannya dengan gereja masa mudanya bukannya tanpa risiko atau biaya. Namun, ia tetap teguh pada pendiriannya dan para pengikut Luther mengembangkan sebuah teologi yang melanda dunia. Saat ini, iman Protestan telah menyentuh setiap sudut dunia dan menjangkau kehidupan jutaan orang.
Di akhir hidupnya, ucapan-ucapan Luther yang kasar terhadap lawan-lawan teologisnya menodai reputasinya. Namun hari ini, Luther paling dikenang, bukan karena kegagalannya, tetapi karena imannya. Dia menemukan bahwa kunci untuk memiliki hubungan yang benar dengan Allah adalah dengan percaya dan menerima Kristus, sebuah warisan yang terus hidup hingga saat ini.
Renungkan: Berapa lama Anda bersedia berdoa untuk sesuatu yang Anda inginkan dari Allah? Yesus berkata kepada kita untuk “berdoalah dengan tidak jemu-jemu” (Lukas 18:1). Ingatkah Anda kisah tentang janda yang gigih berdoa (Lukas 18:1-8)?
Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: Orang benar akan hidup oleh iman. Roma 1:17.