MEMBEDAKAN TEORI

MELAMPAUI KATA-KATA

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus” Yohanes 1:7.

Saya seorang penulis dan editor, jadi kata-kata membuat saya kagum. Kata-kata berubah makna dari satu budaya ke budaya lain atau dalam budaya yang sama.

Ambil saja kata “wrinkly,” misalnya. Ketika saya tumbuh di Australia, itu adalah kata sifat yang merujuk pada kerutan pada kulit karena perasaan khawatir, pengaruh usia, atau kelelahan. Yakni, keriput adalah seseorang yang sudah tua. Namun, belakangan ini, orang-orang Australia menggunakannya sebagai kata benda untuk menunjuk orang yang berbakat secara kronologis.

Yang menuntun saya untuk merenungkan orang-orang Kristen abad pertama dan tantangan yang mereka hadapi yang mana berusaha menulis tentang Seseorang yang melampaui kata-kata. Meskipun dalam banyak hal Yesus dari Nazaret sama seperti manusia lainnya, dengan cara lain Dia sangat berbeda. Dalam keindahan dan kemurnian hidup-Nya, dalam belas kasih dan rahmat-Nya, dalam kesempurnaan karakter-Nya, Yesus adalah sui generis—satu-satunya tipe, unik.

Bagaimana Anda berbicara atau menulis tentang seorang Pria yang melampaui kemampuan bahasa untuk mengekspresikan-Nya? Apakah Anda menemukan kata-kata baru, kosakata baru?

Anda dapat saja melakukannya, tetapi itu tidak akan membantu. Tapi orang tidak akan mengetahui apa yang kamu bicarakan.

Cara lain (yang merupakan satu-satunya cara) adalah mengambil kata-kata yang ada dan memberi mereka sentuhan makna baru.

Itulah yang dilakukan orang Kristen. Secara khusus, mereka menemukan kata Yunani kuno, charis, dan menuangkan konten baru ke dalamnya. Kata ini, dari mana kata-kata bahasa Inggris seperti “karisma” dan “karismatik” berasal, berasal dari kata perasaan “suka.” Itu digunakan dalam dua cara utama; pertama, untuk menggambarkan menganai seseorang yang disukai dengan baik; kedua, untuk menyatakan penghargaan.

Perjanjian Baru berisi beberapa contoh bagaimana kata itu digunakan, contohnya ketika kita membaca Yesus semakin disukai Allah dan manusia (Lukas 2:52), atau ketika Paulus berseru: “Syukur kepada Allah!” (1 Kor. 15:57). Dalam kedua kasus tersebut berasal dari kata ‘charis.’

Tetapi sesuatu yang baru penggunaan luar biasa kata ‘charis’ dalam Perjanjian Baru adalah: “kasih karunia.” Bukan sekedar suka saja, tetapi kasih karunia dari Tuhan, ditunjukkan kepada kita dalam memberikan Anak-Nya. Suka tanpa kebaikan, suka yang sama sekali tidak pantas.

Yesus, penuh kasih karunia ‘charis’ dan kebenaran, menghancurkan batas bahasa. Dia melakukannya—dan dia masih melakukannya. Dia begitu indah melampaui kata-kata.

Ps. William G. Johnsson – Yesus, Hati yang Penuh Kasih Karunia / Jesus a Heart Full of Grace, pg. 37

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *