MENERIMA DENGAN KASIH KARUNIA

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” Matius 10:8.

Saya tidak tahu manakah yang lebih keras–memberikan dengan kasih karunia atau menerima dengan kasih karunia. Pemberian manusia itu dilakukan dengan ikatan-ikatan; pemberian Ilahi itu tidak memiliki ikatan apa pun. Dan penerimaan manusia secara terus-menerus berupaya untuk memperkenalkan unsur kelayakan pribadi; penerimaan Ilahi adalah rasa puas untuk menerima kita sebagaimana kita adanya.

Sungguh sangat sulit bagi kita untuk menerima tanpa membalas. Ketika kredit itu tiba pada akhir suatu acara, kita ingin nama kita ditonjolkan, mendapatkan nama besar.

Buku Perjanjian Lama mencantumkan sebuah cerita yang kita kenal bahkan juga dikenal oleh anak-anak dan ditulis juga dalam lagu-lagu rohani–penyembuhan Naaman, jenderal pasukan Syria. Seorang gadis kecil tawanan mengatakan tentang seorang nabi besar yang ada di negeri itu, yang terkenal karena perbuatan ajaibnya. Tentu saja dia dapat membantu tuannya! Jadi Naaman pergi ke Israel dengan membawa sejumlah besar hadiah beserta dengan rombongannya. Setelah dia melakukan pertimbangan yang sangat mendalam terhadap raja orang Israel dan menekan ketinggian hatinya, pada akhirnya Naaman setuju untuk melakukan tepat seperti yang dikatakan oleh Nabi Elisa, yang tidak menampakkan diri, menggambarkan penyembuhan yang akan diperoleh dengan cara mandi tujuh kali di Sungai Yordan. Dan seperti yang ditekankan oleh lagu rohani itu, pada penyelaman yang ketujuh kalinya, Naaman keluar dari air sebagai orang yang disembuhkan.

Tetapi cerita itu memiliki episode tertentu yang jarang sekali mendapat perhatian. Elisa mempunyai seorang hamba, Gehazi, seorang yang serakah. Sesudah Naaman disembuhkan, Naaman ingin melimpahkan hadiah kepada Elisa. Namun Elisa menolak untuk menerimanya; keajaiban yang terjadi pada hari itu adalah dari Allah datangnya, bukan dari seorang nabi. Hanya Allah sendiri yang layak mendapatkan pujian dan kredit yang baik.

Jadi Naaman kemudian bersiap-siap untuk pulang ke negerinya, semua pemberian yang telah dibawanya masih berada padanya. Hamba itu, Gehazi, sekarang mengambil alih permasalahan ke dalam tangannya sendiri. Dia merupakan pendamping yang berdiam diri di dalam cerita itu sebelumnya, menyaksikan penyembuhan Naaman dan kemudian melihat usahanya yang sia-sia untuk memberikan hadiah kepada Elisa. Gehazi berpikir dalam hatinya, ini tidaklah benar! Naaman menerima hadiah kesembuhan, jadi dia juga harus memberikan kembali sesuatu hadiah. Elisa itu bodoh karena telah menolaknya.

Gehazi kemudian berlari mengejar rombongan itu. Ketika dia telah sampai, dia berbohong dan mengatakan kepada Naaman bahwa Elisa telah berubah pikiran dan mau menerima hadiahnya. Naaman dengan senang hati memberikan padanya uang dan pakaian-pakaian, namun pemberian-pemberian itu telah berubah menjadi kutukan, Gehazi yang serakah mendapatkan penyakit kusta Naaman juga.

Masih tetap sulit untuk menerima dengan kasih karunia. Tetapi itu adalah inti dari lnjil.

Kita tidak membawa apa-apa; kita menerima segala sesuatunya.

Ps. William G. Johnsson – Hati yang Berlimpah Kasih Karunia, hlm.  70

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *