MENGHORMATI HARI SABAT

Belajar Alkitab
Mari bagikan artikel ini

Mengingatkan kepada keputusan Eric Liddell untuk tidak ikut dalam Olimpiade Musim Panas 1924 di Paris (dipopulerkan oleh film tahun 1981, Chariots of Fire), dua mahasiswa dari Peruvian Union University menolak untuk bertanding pada hari Sabtu selama National University Games di Chiclayo pada musim panas 2016.

Menurut salah satu laporan, “Langkah ini mengejutkan para ofisial dan juga 34 tim lain yang berlaga di ajang tahunan tersebut. Dua pelari Advent lolos ke final dalam lomba lari datar 100 meter, satu orang telah mengalahkan rekor nasional sebelumnya. Sementara penyelenggara perlombaan berusaha untuk mengakomodasi jadwal siswa Advent — tentu saja sikap yang baik — aturan menentukan acara berjalan sesuai jadwal.”

Alih-alih berlomba pada hari Sabtu, para pemuda itu beribadah bersama yang lain di gereja pemelihara Sabat setempat. Keesokan harinya, tim Advent bertanding di nomor 4 x 100 meter dan meraih juara kedua dengan mendapatkan medali perak. Tiga puluh empat tim lainnya tercengang melihat pemelihara Sabat yang mengutamakan Tuhan.

Alkitab mengajarkan kita untuk menghormati hari kudus Tuhan. Salah satu masalah utama yang dibahas oleh nabi Yesaya adalah kecenderungan orang untuk percaya pada diri mereka sendiri daripada pada Tuhan. Perhatikan pesannya dari Tuhan yang menyoroti menghormati hari Sabat:

Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat “hari kenikmatan,” dan hari kudus Tuhan ”hari yang mulia”; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena Tuhan, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya. Yesaya 58:13, 14

Tuhan merasa dihormati ketika umat-Nya memilih kegiatan yang membawa mereka lebih dekat kepada Pencipta mereka pada hari Sabat. Tuhan meminta kita untuk mengesampingkan pengejaran duniawi satu hari dalam seminggu untuk mengakui kesetiaan kita kepada-Nya. Pemeliharaan Sabat seperti itu bukanlah suatu beban, tetapi suatu kesenangan dan berfungsi sebagai kesaksian bagi dunia.

Sungguh suatu inspirasi untuk melihat para pemuda Peru ini menjunjung Sabat Tuhan dan diberkati dengan medali perak. Meskipun penghargaan yang mereka terima suatu hari nanti akan binasa, kesaksian yang mereka berikan akan bertahan selamanya. Tentunya para siswa ini berlari di “puncak bukit-bukit di bumi” (ayat 14) untuk kemuliaan Tuhan dan bukan untuk kemuliaan mereka sendiri.


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *