MURKA ANAK DOMBA

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

end_of_days_2012_wallpaper_yd9dj-scenicreflections-dot-comDan raja-raja di bumi dan pembesar-pembesar serta perwira-perwira, dan orang-orang kaya serta orang-orang berkuasa, dan semua budak serta orang merdeka bersembunyi ke dalam gua-gua dan celah-celah batu karang di gunung. Dan mereka  berkata kepada gunung-gunung dan kepada batu-batu karang itu: “Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu.” Wahyu 6:15,16

Tertawa mengejek telah diam. Bibir yang berdusta telah dibungkamkan. Pertarungan dengan senjata, pertempuran yang gencar, “dengan gentarnya, dan pakaian perangnya yang berlumuran dengan darah pun” (Yesaya 9:4), dihentikan. Kini tidak ada yang kedengaran selain daripada suara doa dan bunyi tangisan dan ratapan. Jeritan meledak dari bibir-bibir yang tadinya baru saja mengolok-olok: “Hari yang besar, yaitu hari murkaNya itu sudah tiba dan siapakah yang dapat menahan?” Doa orang-orang jahat itu terkubur di bawah batu-batu pegunungan dan bukan sampai ke muka Dia yang mereka telah remehkan dan tolak.

Suara itu yang menembus telinga orang mati, mereka ketahui. Berapa banyak kali nada suara itu yang lembut dan jelas memanggil mereka untuk bertobat. Betapa sering suara itu terdengar sebagai suatu ajakan dari seorang sahabat, seorang saudara, dan Penebus. Kepada para penolak anugerahNya tidak ada orang lain yang  benar-benar tertuduh, yang sangat dibebani dengan pengaduan, ketika suara itu yang begitu lama membujuk: “Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu; mengapakah kamu akan mati?” Yehezkiel 33:11. Ya, bagi mereka suara itu merupakan suara orang asing! Yesus berkata: “Oleh karena kamu menolak ketika Aku memanggil, dan tidak ada orang yang menghiraukan ketika Aku mengulurkan tanganKu, bahkan kamu mengabaikan nasihatKu, dan tidak mau menerima teguranKu.”  Amsal 1:24,25. Suara tersebut membangkitkan kenangan yang dengan girangnya mereka anggap hampa belaka – amaran-amaran diremehkan, undangan ditolak, kesempatan disia-siakan. …

Dalam kehidupan semua orang yang menolak kebenaran ada sewaktu-waktu timbul kesadaran, apabila ingatan menyuguhkan kenangan yang menyiksa mengenai kehidupan yang penuh dengan kemunafikan dan jiwa diusik oleh penyesalan yang sia-sia. Tetapi apakah artinya hal-hal ini dibandingkan dengan penyesalan yang sangat mendalam pada hari itu … ketika “kebinasaan itu datang seperti pusaran angin!” Amsal 1:27. Mereka yang telah membunuh Kristus dan umatNya yang setia sekarang  menyiksakan kemuliaan yang dikenakan ke atas mereka.

 

Maranata Hal. 295 


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *