SEPERTI PADA ZAMAN NUH

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan” Kejadian 6:8.

Matahari terbit, matahari terbenam. Pernikahan-pernikahan, kelahiran-kelahiran, dan kematian. Pesta-pesta dan perayaan-perayaan; kumpulan-kumpulan dan kesenangan-kesenangan. Membeli dan membangun; bekerja dan bermain. Kehidupan ini berlanjut terus dan terus, seperti sebuah disket kaset yang dipasang pada “repeat” (ulang).

Selalu seperti ini. Dan akan selalu seperti ini. Demikianlah mereka berpikir. Tetapi Allah berkata, “Tidak! Tidak ada lagi yang lain.” Dia melihat kalau setiap bayangan dari pemikiran di dalam hati hanyalah jahat secara terus-menerus, sehingga semua makhluk telah digerogoti sementara mereka berada di atas bumi in. Dan Dia berkata, “Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi” (Kejadian 6:13).

Di tengah-tengah kejahatan yang sedang berlaku, ada seseorang yang berdiri teguh. Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan. Dan kepadanya Tuhan memberikan sebuah pesan tentang peringatan kepada generasi yang sudah merosot ini dan sebuah misi untuk membangun sebuah bahtera demi keselamatan orang-orang yang mau memperhatikan.

Buku Ibrani mengatakan kepada kita bahwa orang ini, “dengan petunjuk Allah tentang sesuatu yang belum kelihatan—dengan taat mempersiapkan bahtera untuk menyelamatkan keluarganya” (Ibrani 11:7). Sesungguhnya iman—untuk membangun sebuah kapal dengan tidak air untuk melayarkannya, sebuah tempat untuk berkhotbah di atas dunia yang meremehkannya, di bawah sinar matahari. Orang ini memandang jauh melampaui apa yang dilihat oleh mata dan akalnya seperti yang sudah dikatakan kepadanya, dia memandang kepada Allah, sang Pencipta langit dan bumi, yang mengatakan bahwa Dia akan membinasakan (dan pasti Dia dapat) segala sesuatu yang ada di dalamnya.

Dan kata Yesus, sebagaimana pada zaman Nuh, demikian jugalah pada hari kedatangan Anak Manusia. Mereka tidak tahu, tetapi seharusnya mereka tahu. Seseorang—seorang dengan iman, seseorang yang disukai Allah—telah mengkhotbahkannya dengan kata-kata dan dengan perbuatan selama 120 tahun.

Baru saja Yesus menjanjikan, “Aku akan datang kembali” (Yoh 13:3). Kebanyakan orang berpikir bahwa janji itu sudah mati. Namun di luar dugaan mereka, Dia akan datang.

Pada zaman ini, sebagaimana sebelum air bah, Allah sedang mencari orang-orang seperti Nuh.

Ps. William G. Johnsson – Hati yang Berlimpah Kasih Karunia, hlm. 118

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *