SUKACITA DALAM PENDERITAAN

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Ketika Steven Pete masih balita, kakinya patah di rumah sakit — tetapi tidak ada yang memperhatikan sampai lebih dari sehari kemudian. Steven dan saudaranya memiliki analgesia bawaan, artinya mereka tidak merasakan sakit. Mengasuh anak merupakan tantangan monumental bagi ibu mereka, Janette Pete. Sebagai anak-anak, mereka harus diawasi 24 jam sehari untuk memastikan bahwa mereka tidak melukai diri mereka sendiri. Janette ingat bagaimana dia harus mengambil sepeda mereka karena Steven akan berbaring di tanah dan membiarkan saudaranya naik atasnya. Terkadang Steven akan melelehkan kunci di outlet listrik karena dia menyukai getaran di lengannya.

Sama seperti rasa sakit adalah sistem peringatan yang diperlukan untuk tubuh, penderitaan bagi Kristus adalah tanda bahwa seseorang telah memilih untuk memalingkan muka dari dosa. Sebelum seseorang bertobat, mereka menghabiskan waktu mencari kesenangan dan keuntungan duniawi: “Karena mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging” (Roma 8:5).

Ketika seseorang yang dulu hidup untuk kesenangan mulai “menderita karena kebenaran” itu adalah tanda yang jelas bahwa mereka tidak hidup sebagaimana mereka dulu hidup (1 Petrus 3:14). Petrus mengatakannya sebagai berikut: “Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa, supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.” (1 Petrus 4:1, 2).

Orang-orang Kristen tahu apa yang tidak diketahui orang duniawi: Upah hidup bagi Tuhan itu tak ada bandingannya. Ketika kita menganggapnya demikian, penderitaan bagi Allah tidak lagi menjadi beban melainkan sukacita— itu adalah bukti dari kehidupan yang berubah.

Roma 8:18
Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.

-Doug Batchelor-


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *