TUHAN MENDIRIKAN SEBUAH TAMAN

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

“TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu” Kejadian 2:15.

Saya semakin yakin bahwa apa yang perlu kita padukan dalam kehidupan kita di zaman yang tidak tenang dan penuh ketidakpastian ini adalah hal-hal mendasar. Gantinya dikendalikan oleh ponsel, media sosial, dan kesibukan yang tiada hentinya, kita harus kembali ke prinsip hidup fundamental yang kita temukan dalam Alkitab.

Jadi saya merekomendasikan agar kita melihat pada gagasan yang sangat lama, yang dimulai dengan Allah sendiri pada Penciptaan. Tuhan mendirikan sebuah taman, kata Kitab Suci (Kej. 2:8), dan menempatkan manusia yang baru diciptakan di dalamnya untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Sangat sedikit dan kita mencari kehidupan mengusahakan tanah sekarang ini, tetapi kita akan mendapatkan relaksasi dan kedamaian pikiran dengan mengolah sebuah taman, baik yang besar maupun yang kecil. Ketika kami pindah ke daerah Washington D.C., kami membeli sebuah rumah yang mempunyai sebidang tanah yang bagus tetapi tak terpelihara. Di belakang berdiri pohon-pohon tinggi yang indah, beberapa di antaranya pohon ek berusia 150 tahun atau lebih. Pemilik sebelumnya telah menanam beberapa pohon azalea berkualitas dan semak lainnya; tetapi, keluarga itu mempunyai tujuh anak, dan halamannya menjadi tempat bermain anak-anak di lingkungan itu.

Ketika kami pindah ke situ, kami menghadapi banyak upaya membentuk kembali pekarangan itu, tetapi secara perlahan mulai tampak, sedikit demi sedikit, tahun demi tahun. Anak-anak di lingkungan itu tidak lagi menganggapnya sebagai tempat bermain umum, dan perlahan-lahan kami membangun halaman rumput hijau. Saya bermimpi menanam sebuah kebun bunga di depan, tetapi sebuah pohon maple besar, yang tumbuh semakin besar semakin lama, menghalanginya. `

Setelah lebih dari 20 tahun di rumah itu, kami membuat keputusan: sudah saatnya menebang pohon maple itu. Kami menebang, dan membayar pelayanan untuk menggerinda tunggulnya. Saya bekerja untuk mendirikan sebuah taman. Diperlukan banyak waktu mengerjakan tanah yang sudah terjalin dengan jaringan akar, yang beberapa setebal lengan saya, menjadi kebun yang cocok untuk ditanami.

Noelene dan saya membeli buku tentang tumbuh-tumbuhan yang telap hijau sepanjang tahun. Kami memilih phlox, dengan spiccata untuk kontrasnya, pinggirannya dengan rerumputan yang selalu hijau diselingi berwarna merah muda, bunga aster yang baru berbunga, butterdy bush, daylily dan maple Red Dragon Japanese yang lambat bertumbuh. Setelah berpikir-pikir, kami menambahkan dahlia.

Kebun kami, begitu saksama dihasilkan oleh peluh dahi kami, berkembang dengan baik dan penampilan yang spektakuler. Tiap tumbuhan utama melampaui harapan kami. Bunga dahlianya tumbuh selebar lima kaki dengan beratus-ratus bunga ungu beludru.

Dan kami merasa seperti Adam dan Hawa—sangat puas, bahagia, dan lebih dekat dengan Allah.

Ps. William G. Johnsson – Hati yang Berlimpah Kasih Karunia, hlm. 149

Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *