KESUCIAN TEMAN KERENDAHAN HATI

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: “Allah menentang orang-orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” 1 Pet. 5:5

Betapa banyak orang yang bergantung kepada martabat mereka sendiri, yang sebenarnya hanyalah rasa harga diri. Mereka ini berusaha menghormati diri sendiri gantinya menunggu dalam kerendahan hati Kristus untuk menghormati mereka. Dalam percakapan, lebih banyak waktu digunakan membicarakan diri sendiri daripada meninggikan kekayaan kasih karunia Kristus. . . .

Kesucian yang benar dan kerendahan hati tidak bisa dipisahkan. Semakin dekat jiwa datang kepada Tuhan, semakin sempurna kerendahan hatinya dan penyerahannya. Pada waktu Ayub mendengar suara Tuhan dari badai, ia berseru, “OIeh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu” (Ayub 42:6).

Adalah pada waktu Yesaya melihat kemuliaan Tuhan dan mendengar Serafim berseru, “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam,” sehingga ia berseru, “Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir” (Yes. 6:3,5). Daniel, pada waktu dikunjungi oleh utusan kudus, berkata, “Hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatanku” (Dan. 10:8). Paulus, setelah Ia diangkat ke langit yang ketiga dan mendengar perkara-perkara yang tidak sah menurut hukum bagi seseorang membicarakannya, berkata mengenai dirinya, “paling hina di antara segala orang kudus” (Ef. 3:8). Yohanes yang kekasihlah, yang bersandar ke dada Yesus dan memandang kemuliaan-Nya, yang jatuh tersungkur bagaikan orang mati di hadapan malaikat. Semakin dekat dan semakin terus-menerus kita memandang Juruselamat, semakin berkurang kita memandang dan mengakui diri kita.

Ia yang menangkap kilasan kasih Kristus yang tiada bandingannya menganggap segala sesuatu yang lain sebagai kerugian, dan memandang kepada-Nya sebagai yang terutama dari berlaksa-laksa dan sekaligus yang terindah. Pada waktu serafim dan kerub memandang kepada Kristus, mereka menutupi wajahnya dengan sayapnya. Kesempurnaan dan kecantikan mereka tidak diperagakan di hadirat dan kemuliaan Tuhan mereka. Betapa tidak selayaknya manusia meninggikan diri mereka! Lebih baiklah mereka ditutupi dengan kerendahan hati, menghentikan semua perjuangan ke arah supremasi, dan belajar apa artinya lemah lembut dan rendah hati. Ia yang merenungkan kemuliaan dan kasih Tuhan, akan memandang dirinya rendah, tetapi oleh memandang tabiat Tuhan, ia akan berubah kepada gambar llahi-Nya.

 

“That I May Know Him”


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *