KUASA KEMAUAN KITA (3)

Belajar Firman Pendalaman Alkitab
Mari bagikan artikel ini

  1. Kain dan Habel (Kejadian 4)

Pelajari siasat-siasat setan dalam kisah anak-anak Adam ini.

Setan tidak  menganjurkan Kain untuk tidak berbakti kepada Allah. Sama sekali tidak. Setan hanya membuat Kain menyerahkan kuasa kemauannya kepada kuasa kemauan setan.

Pelanggaran Kain bukanlah suatu pelanggaran yang serius menurut kita. Kain masih mempersembahkan korban kepada Allah. Yang dikorbankannya kepada Allah adalah barang-barang pilihan semua. Bukan barang-barang buangan!

Apakah unsurnya yang penting dalam siasat setan? Setan telah membuat Kain terpisah dari satu-satunya kuasa yang dapat menyelamatkan dia dari kebinasaan yang didatangkan oleh penipuan-penipuan setan. Kuasa itu adalah darah Kristus yang menjadi penebusan yang sah dari pihak Allah bagi kita. Dengan penolakan Kain terhadap jalan tebusan itu, tidak ada kuasa yang tertinggal baginya untuk menjadi kendali kuasa kemauannya. Jadi kuasa kemauan Kain akan tetap dikendalikan setan bagi derita,  kehancuran dan kebinasaannya. Inilah yang penting untuk kita pelajari dan sadari. Setan hanya menuju kepada satu sasaran saja. Apakah dengan kekerasan, paksaan, himbauan yang manis, hasutan-hasutan yang licik, atau bujukan-bujukan yang ‘penuh kasih’.

Setan berusaha untuk meniadakan IMAN kita pada Yesus Kristus. Dia menciptakan suatu injil yang akan ia miripkan dengan Injil Kristus. Ia akan membuat konsep pembenaran oleh iman palsu yang akan menentang PEMBENARAN OLEH IMAN asli. Hebat sekali iblis itu. Ia mengenal Alkitab. Ia tahu bagaimana memutar balikan Alkitab! Ia membuat kita tetap  berbakti kepada Allah.

Tetapi pada saat yang sama ia membuat kita bertindak seperti Kain! Ia mengendalikan kuasa kemauan kita dan membuat pandangan kita terarah pada diri kita sendiri, pada manusia yang lain, pada gereja secara organisatoris (berkaitan dengan tertib organisasi) melulu, pada jasa-jasa yang sudah kita lakukan untuk Tuhan, dan pada kebesaran-kebesaran yang sudah berhasil kita capai! Tetapi Yesus Kristus ditinggalkannya dalam ingatan dan pikiran kita sebagai semboyan melulu, sehingga kuasa Kristus tidak lagi dapat bekerja.

Masih tetap ada Injil di antara kita! Masih tetap ada pekabaran tiga malaikat! Tetapi Injil Kristus dan Pekabaran Tiga Malaikat yang hendak dikembangkan Roh Kudus menjadi jeritan yang nyaring (Loud Cry) diperanginya. Keadaan di kalangan umat Tuhan dewasa ini sungguh memprihatinkan! Perdebatan-perdebatan telah terjadi di semua lapisan. Himbauan-himbauan Roh Tuhan diremehkan dan banyak yang melayani bisikan-bisikan setan!

Apakah setan sudah berhasil untuk memperlakukan kita seperti Kain tanpa kita menyadari hal itu? Bukan perlakuannya terhadap individu-individu yang kita permasalahkan. Itu tidak perlu diragukan lagi. Setan sudah memperlakukan kita semua seperti Kain. Yang kita tanyakan sekarang adalah apakah setan sudah berhasil untuk memperlakukan gereja seperti Kain?

Kepada siapa kita mau menyerahkan kuasa kemauan kita sekarang? Habel telah menyerahkan kuasa kemauannya kepada Kristus. Persembahan korbannya telah menjadi persembahan korban Kristus! Asap korbannya telah naik lurus ke hadirat Allah! Terjalin suatu persekutuan yang indah di antara surga dan bumi! Sudahkah, secara pribadi maupun gereja, kita mempunyai kerinduan untuk mempunyai pengalaman Habel itu?

Habel adalah berdosa. Habel tidak suci. Tetapi Habel tahu bahwa ia memerlukan pembenaran Kristus. Itulah sebabnya ia telah menyerahkan kuasa kemauannya kepada kuasa kemauan Kristus. Korban dari seorang yang berdosa telah menjadi korban yang berkenan di hadapan Allah oleh karena IMAN pada DARAH KRISTUS telah dibolehkan untuk menyempurnakan korban tersebut!

Pengalaman Habel ini sudah sepatutnya dirindukan oleh iman kita semua agar kita boleh keluar dari keadaan kita yang sekarang!

  1. Tinggi Hati dan Tidak Percaya

“Ia (Tuhan) lebih merasa sedih dari pada mereka (Israel) oleh sebab Ia tidak dapat membawa mereka untuk mempusakai Tanah Perjanjian itu dengan cepat, di mana Ia dapat menunjukkan kuasa-Nya yang hebat di hadapan segala bangsa dalam melepaskan umat-Nya. Dengan tiada berharap kepada Allah, oleh kesombongan dan tiadanya percaya mereka, mereka tidak bersedia memasuki Kanaan. ….. Kalau saja leluhur mereka telah menyerah dengan iman kepada petunjuk Allah, sambil diperintah oleh pertimbangan-pertimbangan Allah dan berjalan dalam upacara-upacara-Nya, mereka sudah lama telah menempati Kanaan sebagai satu umat yang makmur, suci, dan berbahagia”.—2 S.P.N. 58, 59. (SPN = Sejarah Para Nabi).

Dalam kutipan di atas terdapat beberapa kata yang menjelaskan kepada kita peranan “kuasa kemauan” kita dalam rencana keselamatan. Bagaimana kita seharusnya menggunakan kuasa kemauan kita telah diterangkan sesuai dengan maksud-maksud Ilahi.

  1. Berharap kepada Allah.
  2. Menyerah dengan iman.
  3. Diperintah oleh pertimbangan-pertimbangan Allah.
  4. Berjalan dalam upacara-upacara-Nya.

Kuasa kemauan bangsa itu harus diserahkan kepada kuasa kemauan Yesus. Mereka tidak boleh mengharapkan suatu negeri yang cocok dengan selera dan kesukaan mereka sendiri. Mereka dipimpin oleh Tuhan ke sebuah negeri di mana mereka akan dianugerahi kemakmuran, kesucian, dan kebahagiaan. Tetapi Israel telah berulang kali menggerutu terhadap Yesus oleh karena mereka menghendaki Mesir dengan makanan lezat dan segala kesukaan lainnya. Mereka tidak berharap kepada Allah.

Mereka tidak menyerah dengan iman. Ini pun menyangkut kuasa kemauan yang diserahkan kepada kuasa kemauan ilahi. Mereka tidak bersedia melakukan hal itu!

Diperintah oleh pertimbangan-pertimbangan Allah. Bukankah hal ini juga menyangkut penyerahan kuasa kemauan kita kepada kuasa kemauan Allah?

Berjalan dalam upacara-upacara-Nya. Inilah sama dengan apa yang sudah dipilih Habel. Tuhan menentukan upacara-upacara-Nya agar Juruselamat manusia boleh dipercayai dan dikenal. Habel telah menyerahkan kuasa kemauannya sendiri kepada kuasa kemauan Allah dan ia telah menemukan Juruselamatnya dengan jalan itu! Korbannya telah menjadi penghubung di antara dirinya dengan Juruselamatnya.

Apakah kita sudah berharap kepada Allah, menyerah dengan iman dan menyatakan kesediaan untuk diperintah oleh pertimbangan-pertimbangan Allah dan berjalan dalam upacara-upacara-Nya, supaya Yesus dapat dengan cepat membawa mereka mempusakai Kanaan Semawi?

Yesus lebih sedih dari pada kita. Kita terkadang sama sekali tidak peduli berapa lama lagi kita tinggal berputar-putar di dunia ini! Asalkan kita melihat gereja bertumbuh dalam kejayaan materi dan jumlah keanggotaannya bertambah terus, kita tidak peduli berapa lama lagi kita tinggal di dunia ini.

Seperti Israel, kita mencintai tanah Mesir, dan sekiranya Tuhan berusaha untuk mempercepat laju kemajuan kita, kita berteriak bahwa kita sudah jemu dengan makanan-makanan rohani maupun badani yang Tuhan sudah berikan kepada kita dan kita minta agar dikembalikan ke ‘Mesir’. Begitulah tingkah laku kita sebagai umat Allah.

Apakah yang membuat para pemimpin bangsa Israel tidak bersedia memasuki Kanaan? KESOMBONGAN dan TIADANYA PERCAYA! Apakah ada persamaannya dengan pengalaman kita? Apa yang membuat kita menolak permulaan pekerjaan jeritan nyaring dari pekabaran pembenaran oleh iman yang benar yang seyogyanya sudah lama membawa kita masuk Kanaan Semawi? Apakah ketidakpercayaan yang ada pada waktu itu juga diakibatkan ketinggian hati?

Musa, yang sudah dilatih dua kali 40 tahun di bawah pimpinan Yesus sendiri dan yang sudah mendengar suara Juruselamatnya secara berulang-ulang, masih juga dapat menggunakan kuasa kemauannya bertentangan dengan kemauan Juruselamatnya (Bilangan 20:2-13), apakah kita dapat melakukan kesalahan serupa dalam membuat pilihan yang tidak menguntungkan Pekabaran Tiga Malaikat (Wahyu 14:6-12)?

Kalau saja masing-masing kita mau lebih merendah di hadapan Tuhan, dan menyambut pekabaran Allah secara serentak, mengalami persatuan di dalam kuasa Injil, menerima baptisan Roh dan memanggil dunia untuk keluar dari Babilon agar supaya dapat dibawa ke Kanaan Semawi.

“(Tuhan) merasa lebih sedih dari pada (kita) oleh sebab Ia tidak dapat membawa (kita) untuk mempusakai (Kanaan Semawi) itu dengan cepat, di mana Ia dapat menunjukkan kuasa-Nya yang hebat di hadapan segala bangsa dalam melepaskan umat-Nya”.

Pada waktu Hawa (simbol umat Tuhan yang pertama) melawan kehendak Yesus, Ia sedih. Pada waktu Israel (simbol umat Tuhan yang berikutnya) melawan kehendak-Nya, Ia sedih. Pada waktu sidang Kristus dari abad ke abad melawan kehendak-Nya, Ia sedih. Pada waktu sidang Kristus di zaman kita menentang lagi kehendak-Nya, Ia sedih. Sekarang umat-Nya belum juga mau maju. Apakah Ia tidak sedih? Berapa lama lagi kita akan membuat Juruselamat kita sedih? Kita akan mengobati kesedihan-Nya apabila kita mau merendah di hadapan-Nya dan mau percaya!

KESOMBONGAN, Dosa Terbesar! Alangkah kejamnya perilaku dikau dalam membunuh Anak Allah di masa lampau, Dan menyedihkan-Nya SEKARANG pun juga.

SKA

Artikel sebelumnya Kuasa Kemauan Kita (1) dan Kuasa Kemauan Kita (2)


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *