APA ALKITAB MENDUKUNG PERKAWINAN DENGAN LEBIH DARI SATU ISTRI?

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Orang Farisi pernah bertanya kepada Yesus, “Apakah diperbolehkan orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?” (Matius 19: 3). Saya percaya tanggapan Kristus atas pertanyaan mereka menggambarkan sebuah prinsip yang menjelaskan pertanyaan tentang poligami. Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, “Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian” (ayat 8).

 Hal yang sama bisa dikatakan tentang poligami. Tidak pernah menjadi bagian dari rencana Tuhan yang sempurna bagi seorang pria untuk memiliki lebih dari satu istri. Ketika kita melihat penciptaan Adam di Eden, Tuhan tidak menciptakan Hawa dan Sally untuknya. Hanya ada satu istri.

 Meskipun Anda dapat menemukan beberapa hukum dan ketentuan untuk banyak istri dalam Alkitab, lihat saja semua kesedihan dan sakit hati yang ditimbulkan oleh rumah-rumah semacam itu.  Kisah-kisah Abraham dan Hagar, tentang Yakub dengan Lea dan Rahel, tentang Daud dan Batsyeba, dan komentar sedih tentang Salomo dan beberapa istrinya, hanya menunjukkan rumah tangga yang tidak sempurna dan banyak masalah yang melanda mereka.

 Ada skenario dalam Alkitab yang kurang ideal di antara umat Allah. Israel menginginkan seorang raja pada zaman Samuel. Karena desakan keras kepala mereka, Tuhan dengan enggan memberi mereka seorang raja. Paulus memberi kita sudut pandang lain tentang bagaimana Tuhan berurusan dengan mereka yang tidak selalu tahu yang ideal. Dia berkata, “Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.” (Kisah Para Rasul 17:30).

 Poligami bertentangan dengan kesatuan yang Allah dirikan pertama kali dalam pernikahan Adam dan Hawa. Pernikahan yang langgeng adalah pernikahan di mana kedua pasangan “meninggalkan yang lainnya”. Meskipun kita menemukan pernikahan dengan lebih dari satu istri dan perbudakan sebagai kenyataan pada masa para Leluhur, mereka jelas bukan cita-cita ilahi. Ini adalah “dua orang yang menjadi satu daging” yang memberikan dasar untuk keintiman sejati.  Itu juga mencerminkan hubungan antara Kristus dan gereja-Nya.

“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”

Matius 19:6

-Doug Batchelor-


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *