Wahyu adalah buku yang penuh dengan simbol-simbol yang mengajarkan kita tentang realitas spiritual. Kadang-kadang orang tergoda untuk mengartikan bagian-bagian dari penglihatan apokaliptik ini secara literal ketika nubuatan itu sendiri sudah dijelaskan di dalam Kitab Suci. Sebelum melihat ke Efrat, mari kita fokus sejenak pada raja-raja timur.
Alkitab menggunakan banyak referensi “timur” sebagai identifikasi arah dari mana Tuhan berasal. Raja-raja dari timur adalah Raja (Bapa dan Anak) surga. Mereka disebut raja dari timur karena itulah arah dari mana makhluk surgawi mendekati Bumi.
Perhatikan hal berikut, misalnya: Kedatangan Yesus yang kedua kali akan datang dari timur. “Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia.” (Matius 24:27). Kemuliaan Tuhan datang dari timur. “Sungguh, kemuliaan Allah Israel datang dari sebelah timur” (Yehezkiel 43:2). Malaikat pemeterai Wahyu datang dari timur. “Lalu aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup.” (Wahyu 7:2).
Bagaimana dengan ‘Efrat’? Sebelum kerajaan kuno Babel direbut oleh Jenderal Darius dari Media, air sungai Efrat, yang mengalir di bawah tembok kota, dialihkan ke danau buatan manusia. Pengalihan ini memungkinkan pasukan Darius untuk merebut kota pada malam hari dengan masuk dari bawah tembok melalui dasar sungai yang kering.
Dalam nubuatan Wahyu, “air” melambangkan manusia (Wahyu 17:15). Jadi, air sungai Efrat mengacu pada para pengikut “Babel besar”, yang dukungannya mengering ketika mereka berbalik melawan Babel dengan maksud untuk menghancurkannya (Wahyu 17:16). Pengeringan dukungan untuk “Babel besar” ini memastikan kemenangan bagi raja-raja timur, Bapa dan Putra.
Dan malaikat yang keenam menumpahkan cawannya ke atas sungai yang besar, sungai Efrat, lalu keringlah airnya, supaya siaplah jalan bagi raja-raja yang datang dari sebelah timur. Wahyu 16:12.
-Doug Batchelor-