APABILA KAMU MENJADI MARAH, JANGANLAH KAMU BERBUAT DOSA.

Renungan Harian
Mari bagikan artikel ini

Orang yang terbiasa marah, memiliki kemungkinan untuk mendapatkan serangan jantung tiga kali lebih besar.

Pernahkah Anda mendengar seseorang berkata, “Maaf, saya khilaf!” ketika dia baru selesai marah? Apa yang dia maksudkan dengan khilaf adalah, pemikiran rasionalnya hilang! Kemarahan mematikan bagian otak kita yang membantu kita berperilaku bijaksana. Menjadi jengkel berpotensi membajak kemampuan kita untuk membuat pilihan yang baik. Orang yang tidak bisa mengendalikan amarahnya sering menyakiti diri sendiri dan orang lain. Saya tahu ini dari pengalaman pribadi. Saya dulu mengalami kesulitan, ketika saya masih muda, mengendalikan emosi saya. Saya sering berkelahi di sekolah.

Beberapa orang marah karena merasa diperlakukan tidak adil. Yang lain marah ketika mereka berada di bawah banyak tekanan. Ada orang yang menjadi jengkel ketika mereka tidak bisa mengendalikan situasi tertentu. Dan beberapa orang marah pada ketidakadilan yang mereka lihat terjadi terhadap orang lain. Apapun alasannya, kemarahan berpotensi meledak dan menyebabkan kerusakan. Ahli jantung mengetahui persis efek mematikan pada pasien yang pernah mendapatkan serangan jantung jika tidak mengatasi kemarahan mereka.

Kisah pertama persaingan antar saudara kandung dalam Alkitab mengungkapkan dampak buruk dari kemarahan. Kain dan Habel adalah saudara yang, melalui ayah mereka Adam, belajar untuk menyembah Tuhan dengan persembahan. Meskipun instruksi Tuhan jelas tentang membawa anak domba sebagai korban, Kain adalah seorang petani dan memutuskan untuk membawa sebagian dari hasil panennya sendiri, mungkin karena lebih praktis? Tuhan menerima persembahan Habel, tetapi tidak menerima persembahan Kain. Kakak laki-laki menjadi cemburu pada adiknya dan membunuhnya. Itu bukanlah suatu gambaran yang sehat.

Anda mungkin merasa bahwa masalah kemarahan Anda bukanlah masalah besar, tetapi Yesus sebenarnya memperingatkan, “Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum” (Matius 5:22). Kristus sebenarnya mengasosiasikan kemarahan dengan pembunuhan. Seolah-olah Yesus memberi tahu kita bahwa hasil akhir dari semua kemarahan mengarah pada kematian, sama halnya bila kita melanggar salah satu perintah Tuhan.

Pangeran Damai dapat memberi Anda kemenangan atas kemarahan Anda. Dia telah menolong saya. Melalui pendalaman Alkitab, doa, menghafal Kitab Suci, dan kuasa Roh, saya telah belajar untuk tidak menanggapi dengan kasar orang lain yang mungkin sedang marah. Itu seakan merusak sarang lebah. Jauh lebih baik untuk memberikan jawaban yang lembut. Tanggapan lembut terkadang datang melalui keheningan dan di lain waktu melalui kata-kata yang dipilih dengan cermat.

Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah. Amsal 15:1.

-Doug Batchelor-


Mari bagikan artikel ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *